Bab 7 : Pendekatan

14 6 3
                                    

🌼🌼🌼🌼🌼
Selamat membaca
🌼🌼🌼🌼🌼

............

Hari ini merupakan hari terakhir ujian semester dan sekarang, Enzi, Venya, dan juga Kaivan beserta dengan teman temannya sedang berada dikantin untuk mengembalikan kewarasan mereka.

Mereka sudah menyelesaikan ujian, hari terakhir mata pelajarannya hanya 2 pelajaran saja yaitu fisika dan kimia baik untuk IPA dan IPS.

Dan beberapa hari ini Kaivan dan teman temannya selalu duduk dengan Enzi dan Venya saat di kantin. Walaupun ada tempat lain mereka pasti akan tetap duduk dengan Enzi dan Venya.

"Ya ampun, otak gue panas banget," ujar Aldo sambil mengibaskan tangannya diatas kepalanya.

"Tu rumus kagak gue pahami anjir, masa buah jatuh harus dihitung sih," gerutu Aldo

"Alah lo nya aja yang bego, pakai salahin rumus orang lain aja," ucap Reihan dan dibenarkan oleh teman temannya.

"Heh dugong, kayak lo pintar aja." Aldo menatap Reihan dengan sinis

"Iyalah gue emang pintar dari lahir," ucap Reihan dengan sombongnya

"Alah hasil contek aja bangga lo," ujar Kaivan tanpa mengalihkan pandangannya dari Enzi yang sedang makan

"Nggak ya gue nggak contek, gue udah pintar dari lahir jadi gue nggak butuh contekan." Kaivan yang mendengar ucapan Reihan pun mengalihkan pandangannya ke arah Reihan

"Yakin Lo?" tanya Kaivan

"Yakinlah," ujar Reihan tetap pada pendiriannya

"Ya udah, nanti waktu ujian kenaikan kelas gue duduk sama Arkan aja, lo duduk sama Aldo," ucap Kaivan dengan santai kemudian melihat Enzi lagi yang sedang makan dan Reihan membelalakkan matanya.

"Kok gitu sih lo sama teman sendiri." Keluh Reihan

"Katanya lo pintar, ngapain gue duduk sama gue." Sinis Kaivan

"Gue memang pintar, tapi gue nggak mau duduk sama si Aldo, gue enak duduk sama lo."

"Nggak mau gue, gue mau duduk sama Arkan aja," ujar Kaivan tanpa mengalihkan pandangannya dari Enzi.

"Jahat banget lo jadi teman."

"Emang lo teman gue, perasaan gue enggak punya teman model kayak lo." Sedangkan Reihan cemberut mendengarkan perkataan Kaivan

"Mampus!" teriak Aldo, Aldi, dan Arkan ditelinga Reihan sedangkan Enzi dan Venya hanya jadi penonton saja, mereka sedari tadi hanya mendengar dan memperhatikan percakapan kelima pemuda tersebut.

"Jahat banget lo semua," ujar Reihan dengan cemberut sambil memakan makanannya dan Kaivan hanya menggeleng melihat tingkah teman temannya yang diluar nalar semuanya termasuk dirinya juga.

Kaivan sedari tadi hanya melihat Enzi dan itu membuat Enzi risih karena ditatap seperti itu.

"Lo nggak ada kerjaan Kak?" tanya Enzi

"Ada, kerjaan gue itu lagi natap bidadari yang jatuh dari langit dan sekarang berada didepan gue lagi menikmati makanannya," ujar Kaivan sambil menopang dagunya dan melihat kearah Enzi

"Gombal aja kerjaan lo kak."

"Nggak papa kalau gombalan nya buat lo, gue siap gombalin lo tujuh hari tujuh malam agar lo senang," ucap Kaivan

"Dan sayangnya gue nggak suka digombalin dengan gombalan maut lo itu," ujar Enzi sambil membuka cemilannya yang berada di depannya.

"Masa sih." Kaivan langsung mendekatkan mukanya dengan kearah Enzi yang membuat Enzi sangat malu.

"L-lo apa apaan sih kak." Enzi langsung mendorong tubuh Kaivan dari hadapannya dan itu membuat Kaivan terkekeh.

"Katanya nggak mempan, masa baru gue liat aja lo udah salting."

"Siapa yang salting sih, gue itu nggak salting. G-gue cuma kepanasan aja, ya cuma kepanasan aja, aduh panas banget sih" ujar Enzi sambil mengibaskan tangannya dimukanya

"Masa?" Ujar Kaivan mengejek Enzi

"Apaan sih lo kak, udah gue mau pulang aja." Setelah mengatakan itu Enzi langsung berdiri dan pergi dari situ. Venya yang melihat itu pun langsung mengejar Enzi.

"Enzi!tungguin gue!" Venya berlari mengejar Enzi

"Gue harus dapetin lo Enzi, apapun caranya" batin seseorang

............

🌼🌼🌼🌼🌼
Terimakasih...
🌼🌼🌼🌼🌼

KENANGAN & TRAUMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang