Chapter_3

35 4 0
                                    

.
.
.
(…)
Awas TYPO Bertebaran!
.
.
.

Chapter sebelumnya:

"Bubur, 2 bungkus." Ucap Devian datar tanpa menoleh ke belakang. Dylan segera melaksanakan perintah tuannya.

"Siapa tuan ini, hingga paman itu begitu patuh padanya?" Batin Zio bertanya.

***

Devian menatap wajah Zio, "lapar?" Tanya Devian. Zio tidak bisa berbohong dan dengan jujur mengangguk.

1 menit kemudian, pintu ruang rawat Zio terbuka dengan suara yang cukup besar. Pelakunya adalah seorang pria yang dibelakangnya terdapat seorang wanita dengan raut khawatir yang sangat jelas.

"Dear, kau baik-baik saja? Ada yang terluka? Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa ada di rumah sakit?" Panik wanita itu langsung menghampiri Devian.

Devian tersenyum lembut melihat, betapa khawatirnya istrinya ini. "Tenanglah sayang, aku baik-baik saja tidak ada apa-apa. Siapa yang memberitahumu kalau aku ada di sini?" Wanita itu menghela nafas lega dan kemudian menjawab dengan tenang, "syukurlah kau baik-baik saja suamiku. Kenneth yang memberitahukan saat aku menanyakan dimana kau berada." Ia memeluk Devian erat yang sedang duduk di kursi, dan baru menyadari ada seorang pria kecil yang lucu sedang menatapnya polos.

"Ah, dia siapa sayang?" Tanyanya setelah melepas pelukannya pada Devian.

"Oh, aku melupakannya." Devian kembali menatap Zio dan kembali berbicara bahasa Mandarin. "Zio, perkenalkan istri saya, Sherry Monica Aldebaron. Dan ini Reinhard Aldebaron, putra bungsu— AKH!" Belum selesai memperkenalkan, Devian berteriak sakit karena kaget saat rasa sakit yang luar biasa berdenyut disisi perut kanannya.

Devian menatap sang putra dengan wajah bertanya, "apa?" Garang Rein kepada Devian dengan wajah datarnya yang sangat kentara.

Rein membungkuk yang tepat, mulutnya berhadapan langsung dengan telinga Devian, kemudian berbisik, "jangan menyebutku dengan gelar seperti itu, dad. Walau itu faktanya, aku tetap tidak terima. Jika daddy menyebutnya dengan jelas, maka aku akan dengan teliti meng-kuliti tubuhmu." Bisiknya dingin. Devian bukannya takut, ia hanya bisa menggeleng lemah melihat perlakuan anaknya.

"Kenapa aku tidak bisa memiliki anak bungsu yang tidak seperti bungsu seperti dirinya? Haa... Memang keturunan Aldebaron." Batin Devian. Hei tuan, sadarlah! Kau juga keturunan Aldebaron.

Devian kembali menatap Zio, "maaf untuk hal barusan. Reinhard adalah anakku yang terakhir." Sambung Devian, Zio hanya mengangguk.

Zio teringat, "ah, anak tuan bisa mengerti bahasa ini?" Tanya Zio kepada Devian. Devian mengangguk untuk mengiyakan.

"Dan kamu adalah?" Tanya Sherry, atau kita panggil saja mom Sherry.

Zio tersenyum tenang, "yang malang ini Zionathan Austin. Salam bibi." Hormat Zio menyatukan kedua angannya seperti sebelumnya. Mom Sherry menatap Devian bingung. "Aku menemukannya dipinggir hutan dalam keadaan pingsan. Umurnya 6 tahun, cukup polos dan kuno." Jelas Devian paham akan tatapan istrinya. Mom Sherry mengangguk.

"Emm, salam. Apakah masih ada yang sakit Zio?" Tanya Mom Sherry dengan bahasa Mandarin, sambil mengelus punggung tangan anak itu lembut.

Zio's Innocence and Antiquity (My Protective Family) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang