Hopeless

15 0 0
                                    

Callisty
🌷 The Magic Of Elemental Life 🌷

Chapter 7

-
-
-

Suara sorakan kemenangan terdengar jelas di telinganya, Alessa harus menelan kenyataan pahit kala melihat Edward dan pasukannya merayakan kemenangan mengusir para penyerang yang tak lain adalah mereka yang di anggap keluarga bagi wanita itu.

Air mata hampir terjatuh semakin ia mendengarkan sorakan itu, harusnya hari ini menjadi hari kebebasannya tapi tetap berakhir di dalam sangkar emas.

"Kenapa ibu sedih?" Crystal yang peka mengusap sudut mata sang ibu.

"Tidak, aku masih takut akan kejadian tadi.. beruntung kau tidak kenapa-kenapa"

"Jangan khawatir, aku masih di sini" di peluknya gadis muda itu membuat sedikit ketenangan untuk Alessa.

Para pelayan yang bekerja kembali seperti semula sambil membahas kejadian mengerikan yang mereka alami barusan.

"Aku benar-benar ketakutan melihat mereka tadi" ujar salah seorang pelayan.

"Bagaimana bisa ada makhluk seperti itu di negri ini?" tanya pelayan kedua.

"Entahlah, tapi aku sangat khawatir jika Draniex akan kembali lagi datang ke istana ini" kata pelayan ketiga.

"Kau melihatnya?"

"Iya.. aku sempat melihat makhluk bersayap itu"

Seorang wanita yang membersihkan barang-barang berantakan akibat ulah penyerang tadi hanya menyaksikan percakapan para pelayan namun ia meninggalkan mereka secara diam-diam.

Melewati pintu belakang istana sambil memeriksa keadaan agar jangan ada yang melihatnya, wanita itu lari menuju hutan.

Para makhluk aneh akhirnya kembali ke markas mereka, lelah, kecewa, telah bersatu di raut wajah mereka. Begitu sang pemimpin juga memendam amarah yang tadinya ingin meledak, sangat terlihat jelas warna hijau Zamrud menyala-nyala di matanya.

"Kita hampir sampai di tujuan, tapi gagal lagi.. harus berapa lama lagi kita menunggu? 30 tahun, bukankah itu lebih dari cukup untuk membalas dendam? Hanya sekali mencabut nyawa seseorang kau bahkan tidak bisa, tidak heran jika Callisty hancur karena makhluk seperti kalian sama sekali 'tidak berguna' dalam menjaga suatu hal"

Sudah cukup ia mendengarkan ocehan, ketika kata 'tidak berguna' terucap sukses melebarkan matanya dan menoleh ke arah yang berbicara.

"Bicara lebih banyak juga tidak akan mengubah apapun, bahkan lebih buruk dari itu.. setidaknya bukan hanya aku tapi semua yang di sini juga ikut berkorban menuntut hak yang sama. Jika kau lelah dengan misi ini maka lupakan asal mu, dan jadilah pelayan seumur hidup untuk mengabdi pada istana itu"

"Kau juga hanya besar bual Callista, ingatlah tanpa aku yang berhasil masuk ke istana itu, kalian juga tidak tahu cara melawan Raja sialan itu bukan?! Kalian hanya bisa bersembunyi di balik gua dan tebing ini menunggu kabar dari istana untuk membuat strategi, tapi strategi macam apa? Satu percikan api sudah membuat kalian mundur, benar-benar pengecut"

"Hati-hati perkataanmu Dewi!!! Mungkin di tempat asal kita semua makhluk memiliki kastanya tersendiri, tapi di sini kasta itu sudah lama hilang.. kau hanya menganggap satu percikan yang sangat remeh di matamu, lupakah dirimu? Satu percikan api mampu membakar satu pulau, satu percikan saja membunuh banyak teman dan keluarga besar kita. Bahkan sekarang beberapa spesies di antara kita menjadi langkah"

Lawan bicaranya berdiam saja, namun tidak lepas tatapan tajam ke arahnya.

"Sekarang aku bertanya padamu, apa kau ingin ada yang terluka lagi? APA KAU INGIN SEMUA MAKHLUK DI SINI MATI?!!!" teriak Callista berusaha menahan amarah agar tidak meledak.

"Tenanglah Callista.. tahan emosi mu itu, kita masih bisa cari jalan lain di lain waktu" ujar Centaur si Siluman Banteng.

"Jangan sampai karena keegoan kau yang sekarang mengubah nasibmu yang tadinya makhluk suci menjadi makhluk terkutuk seperti aku, mungkin kau lupa 'hukum alam' yang kita bawa dan menganut dari Callisty"

Lawan bicaranya tidak bisa lagi berkata-kata, ia langsung pergi begitu saja.

Callista mengatur nafasnya, ia benar-benar hampir meledak.

"Centaur!!" makhluk berbentuk banteng itu memajukan dirinya.

"Aku ingin kau tetap mengawasi istana itu

"Baiklah!"

***

Para pelayan memberikan air putih hangat kepada sang Putri. Crystal meminum air itu dan punggungnya di elus pelan oleh ibunya.

Rasa takut dan trauma yang ia rasakan tak dapat di tutupi, kejadian tadi membuatnya ketakutan hingga sampai sekarang tangannya masih bergetar.

"Tenanglah, jangan khawatir tidak akan terjadi apa-apa" ucap sang Ratu.

"Makhluk aneh itu hampir saja membunuhku" kata Crystal dengan mata berbinar.

"Mereka tidak akan kembali lagi, percayalah"

"Apa kau tidak terluka sedikitpun Putri?" kali ini Vernon yang bertanya.

"Tidak"

"Syukurlah"

"Malam ini kau tidur saja di kamar ibu"

Crystal hanya mengangguk saja, sementara Vernon langsung bergegas keluar. Ketika berada di luar ruangan ia bertemu dengan sang ayah.

"Bagaimana keadaan sang putri?" tanya Hugo.

"Dia baik-baik saja ayah"

"Ohh... syukurlah, Raja memintamu untuk menemuinya segera"

"Baiklah ayah" Vernon pergi melaksanakan perintah.

Kembali kepada sang Putri dan Ratu.

"Sekarang kau tidur dulu, beristirahat sejenak, ibu pergi sebentar"

"Ibu mau kemana?"

"Menemui Raja, mungkin dia sedang mengadakan pertemuan untuk membahas peristiwa tadi"

"Baiklah ibu, aku akan istirahat"

Crystal segera membaringkan dirinya ke atas kasur. Ratu Alessa bergegas melangkah keluar dari kamarnya. Crystal melihat langit melalui jendela, berharap makhluk itu tidak kembali lagi, bayangan wajah menyeramkan itu benar-benar menghantui pikirannya.

Sedangkan di sisi lain, Calista memandang langit yang sama, berharap menemukan sisa harapannya untuk mencapai tujuan yang selama ini di cari.

Callisty : The Magic Of Elemental Life  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang