tujuh belas

544 58 0
                                    


Setelah sakit selama dua hari. Malam ini Kirana dan juga Sadewa sedang tidur-tiduran santai setelah menunaikan ibadah isya berjamaah sebelumnya.

Dengan posisi Sadewa duduk menyandar di kepala ranjang dan sebuah buku bacaan ditangannya. Sedangkan Kirana, perempuan itu sedang bersandar nyaman di pundak suaminya. Hm, jangan sampai pemandangan ini bocor ke mata para jomlo, bisa kejang mereka melihat pasangan baru kita satu ini.

"Mas Sade," Kiran memanggil suaminya itu dengan lembut. Lalu Sadewa membalasnya dengan deheman singkat.

Setelah dua hari resmi menjabat sebagai istri dari laki-laki itu, Kirana baru faham Sadewa memang bukan tipe yang terlalu banyak bicara. Tetapi dia juga bukan tipe yang irit bicara seperti di cerita-cerita roman picisan anak sekolah. Seperti pemeran utama pria yang hanya akan menjawab 'hm' Ketika ditanya sesuatu. Menurut Kiran, pria itu selalu bisa menempatkan segala sesuatunya sesuai dengan kadaan.

"Kiran mau tanya, boleh nggak?"

Sesi pillow talk mereka mulai dibuka dengan beberapa pertanyaan Kirana. Mereka berdua memang belum melakukan apa-apa, untuk sekarang Sadewa dan Kirana memang sepakat untuk saling mengenal terlebih dahulu antara satu sama lain. Nggak tau kalau besok-besok berubah pikiran. Lagian kan udah halal, chuaks!

Mereka berdua sempat kehilangan kontak beberapa tahun dan juga pada masa sekolah bisa dibilang bahwa mereka tidak dekat. Karena hanya sebatas saling tau nama saja, tapi itu dari sudut pandang Kiran, tapi mari kita coba dengar dari sudut pandang Sadewa.

"Boleh dong, kamu mau tanya apa?" Sadewa menunggu dengan penasaran, kira-kira apa yang akan ditanyakan istrinya itu. Laki-laki itu lantas menyudahi sesi bacanya dan melepaskan kaca mata baca yang bertengger di hidung mancungnya. 

"Gimana ceritanya Mas Sade bisa jadi pengagum rahasianya Kiran sampai selama itu?"

Kiran mendongak menatap wajah suaminya yang kebetulan juga menatapnya. Sadewa menggenggam tangan Kiran hingga jari-jemari mereka berdua saling bertaut. Terasa romantis, seperti dunia hanya berputar untuk mereka berdua saat ini.

"Beneran, Sayang."

Ucapan Sadewa barusan mampu membuat kedua buah pipi Kirana memerah malu. Uhuy, dipanggil sayang sama ayang beb. Efek kelamaan jommlo membuat dia terlihat seperti para abege yang baru jatuh cinta.

"Jujur awalnya Mas biasa aja, tapi gara-gara nama kamu beberapa kali dipanggil pas jadi juara paralel 3 itu Mas mulai penasaran."

Sadewa semakin mengeratkan genggaman pada jari-jemari sang istri. Laki-laki itu tidak bisa berhenti melihat cincin kawin yang tersemat indah pada jari manisnya dan jari manis milik Kiran, dan Sadewa merasa bangga.

"Terus pas kamu dipanggil jadi juara umum peminjam buku terbanyak Mas makin penasaran sama kamu ... Kamu tau nggak sih? Kamu kayak beda aja, di saat semua sibuk ke kantin di jam istirahat, kamu malah sibuk mojok di perpus buat baca buku. Dipikiranku kamu tu kayak rajin banget."

Kiran terkekeh ringan mendengar pernyataan Sadewa. Lalu dia membalas genggaman tangan suaminya itu sama eratnya.

"Mas tau nggak, Kiran bukan baca buku pengetahuan, ensiklopedia dan semacamnya tau."

Sadewa mengangguk cepat. "Ya, mas tau. Kamu sering mojok di rak fiksi soalnya."

Kirana jadi tersenyum malu, sedetail itukah suaminya memperhatikan dirinya? Sampai spot favorit Kiran di perpustakaan pun Sadewa ketahui. 

"Emang aku semenarik itu, Mas? Kenapa sih kok bisa aku?" Kiran bertanya penasaran. Jujur pada zamannya itu cewek cantik bisa dikatakan banyak. Apalagi suaminya ini salah satu most wanted pada masanya. Akan sedikit tidak mungkin bila Sadewa malah tertarik dengan gadis biasa sepertinya.

Let's Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang