Setelah memasuki enam bulan pernikahan, Sadewa memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dokternya menjadi dokter spesialis. Kirana tentu saja sangat senang mendengar niat baik suaminya itu. Selagi baik, wanita itu akan dengan senang hati mendukung keinginan Sadewa.
Sudah hampir tahun kedua, Saat ini Sadewa sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis. Pria tampan itu mengambil spesialis pediatri atau biasa yang kita kenal dengan dokter spesialis anak. Sekarang Sadewa sedang dalam masa sibuknya menjadi salah satu Dokter residen di salah satu rumah sakit swasta besar.
Kirana sendiri masih tetap bekerja. Sama seperti janji Sadewa di awal pernikahan mereka. bahwasanya Kirana masih tetap diperbolehkan bekerja. Mereka berdua sempat mendiskusikan tentang ini sebelumnya. Dan Sadewa mengembalikan semua keputusan pada Kirana.
Kiran hanya berpikir, bila dia berhenti bekerja maka bisa saja dirinya dibunuh oleh kebosanan. Ditambah saat ini Sadewa sedang sibuk-sibuknya praktek Residen di rumah sakit.
"Duh, kok kepingin banget makan nasi goreng di pengkolan depan ya?" Gumam Kiran pada dirinya sendiri.
"Lo kenapa Ran?" Sasa mengintip Kirana dari balik kubikel milik dirinya. Melihat Kirana yang sedang sibuk memijat kepala dengan pandangan terfokus pada komputer yang ada di hadapan gadis itu.
"Pusing, Lo?" Tanya Sasa lagi. Terselip nada mengejek pada perkataannya barusan.
"Emang Lo nggak pusing? Bisa-bisanya si Wisnu kagak masuk di tengah gempuran deadline akhir bulan begini," gerutu Kirana. Bagaimana mereka tidak pusing? Wisnu mendadak izin tidak masuk hari ini, kata bagian HRD sih karena sakit.
"La, bagimane katanya dia sakit." Sasa kembali menarik kursi nya lebih mendekat pada layar komputer. Menanggapi obrolan Kirana sembari mengerjakan tugasnya.
"Bisa juga ternyata si Wisnu sakit." Kata Kirana lagi, bahu yang tadinya sedikit merunduk kembali tegak setelah meneguk sedikit air putih dalam botol air minum yang dibawanya dari rumah.
"Ye, Lo kata Wisnu apa? Tu anak walaupun begitu tetep manusia juga," Bela Sasa.
"Gue curiga sama Lo berdua deh. Akhir-akhir ini udah jarang banget berantem. Terus biasanya Lo juga nggak bakalan belain tu anak. Ada kabar baik apa nih?" Kirana memandang Sasa dengan wajah seriusnya. Apakah ada rahasia yang tidak dia ketahui. Pasalnya kedua teman kantornya ini bertingkah sedikit aneh belakangan ini.
Sasa yang menjadi topik utama itu tampak duduk gelisah. Melihat gelagat aneh Sasa Kirana hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kirana tampak mengendikan bahu, saat ini dia tidak mau terlalu kepo dengan urusan orang lain. Setiap orang butuh privacy kan?
Dan ada yang lebih penting dari itu, laporannya yang harus segera balance!
***
"Kenapa muka Lo cemberut gitu, Ran?" Tanya mbak Lily pada Kiran.
Saat ini mereka sedang makan siang di kantin perusahaan. Perusahaan mereka mempunyai kantin yang cukup luas dan nyaman. Untuk makan di sini mereka tidak perlu membayar uang sepeser pun, dikarenakan kebijakan perusahaan menanggung makan karyawan.
Mereka yang sering makan di luar itu dikarenakan terlalu malas jika berdesak-desakan karena biasanya banyak karyawan yang makan di kantin.
Biasanya hari-hari lain, Kiran dan teman-teman satu divisinya itu akan makan di luar kantor. Atau jika malas mereka akan memesan makanan secara online. Tetapi momen kali ini sangat pas, Kirana tiba-tiba begitu malas untuk diajak keluar didukung oleh dompet mereka yang sudah tipis karena tanggal tua. Hanya tersisa perjuangan patimura di dalamnya. Kecuali milik Kirana sih, tapi wanita itu akhir-akhir ini tampak tidak terlalu berselera untuk makan, jadi dia hanya menuruti teman-temannya saja, biar sekalian maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Married
General FictionSelamat datang di projek abal-abal Author yang ke-3! Happy Reading ya Readers! Plagiator pergi sana, syuhsyuhh! **** "Let's get married! ayo bangun cinta sama saya!" kata-kata itu lolos begitu saja dari seorang dokter tampan di hadapan Kirana, ya...