🍇17🍇

106 15 1
                                    

~~~~~

"Minum"

Jisoo tak menoleh. Ia menerima dengan diam. Ini sudah hari ketiga ia disini, namun belum ada penjelasan lebih jauh sejak obrolan terakhirnya dengan Junkyu. Bahkan ia tak melihat Junkyu sekalipun.

"Kamu Lisa?" tanya Jisoo menatapi teh hangat di tangannya.

Lisa tersentak. Mengiyakan dengan cepat. Pasalnya sejak ia di tugaskan untuk menemani Jisoo tiga hari yang lalu. Jisoo tak pernah bersuara walau satu kata. Ia harus mengabarkan ini.

"ya, aku Lisa" jawabnya ikut duduk disebelah Jisoo yang menatap kosong gelas berisi teh di tangannya sembari menikmati angin sore yang sejuk di bawah pohon.

"Tolong ceritakan semuanya" pintahnya lirih.

Lisa meletakkan gelas miliknya. Menarik kakinya sampai ia dapat melingkarkan tangannya dengan nyaman.

"Maaf, lebih baik adikmu atau-"

"Seokjin?"

Lisa mengangguk.

Jisoo mengalihkan pandangannya. Menoleh ke arah Lisa yang kebingungan dengan tatapan sendunya. Apakah ia menyesal? Entahlah.

"Kim Seokjin"

"Huh?"

"Ceritakan tentang dia, aku mau mendengarnya"

Lisa menarik nafas panjang. Mungkin ia bisa menyeritakan hal ini.

"Seokjin. Pria itu, entahlah aku harus mulai dari mana. Ceritanya terlalu membosankan untuk di dengar. Kamu yakin?"

Jisoo mengangguk. Ia harus memecahkan semuanya sedikit demi sedikit. Ia harus mengetahui apa yang tak ia tahu. Dan Seokjin yang menjadi langkah awal untuk dirinya.

*flashback

Kim Seokjin. Anak yang kehilangan kedua orang tuanya saat perjalanan menuju tempat pesta ulang tahun yang ke sepuluhnya dirayakan. Kecelakaan maut yang menewaskan orang tuanya dalam sekejap mata.

"Dia anak korban, tak ada keluarga yang bisa dihubungi. Mungkin kami akan membawanya ke polisi untuk diserahkan ke panti asuhan" jelas dokter yang baru saja keluar dari ruangannya setelah menjelaskan kondisi para korban.

"Aku akan membawanya, kalian bisa menyerahkannya padaku biar aku yang urus" tegas pria dengan penampilan yang cukup kacau itu.

"Apa anda adalah keluarga dari anak korban?" tanya dokter mencaritahu.

"Bukan. Walau begitu saya akan bertanggung jawab atas kematian orangtuanya"

"Baiklah, pihak rumah sakit tak akan ikut campur dalam urusan ini. Kalau begitu saya permisi" ucapnya berlalu pergi.

Pria itu berjalan mendekati Seokjin setelah dokter pergi. Ia menyamakan tingginya dengan anak kecil yang terduduk diam tanpa tangisan. Padahal ia baru saja mengalami kejadian yang mengerikan.

"Ikutlah denganku" ucapnya.

Seokjin kecil menggeleng. Air mata yang ia tahan kini mulai berjatuhan.

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang