~~~~~
Dua jam sebelumnya.....
Jisoo berjalan dengan terburu-buru. Senyum manis sejak tadi terus menemani aksinya. Ia tak sabar ingin segera bertemu dengan pria yang kini berdiri bersandar pada mobil bewarna hitam yang belakangan ini sering mereka kendarai bersama.
"Bapak udah nunggu lama?" tanyanya.
Gelengan kecil yang pria itu tujukan cukup untuk menjadi jawaban. Jisoo tau jika hari ini dosennya itu tak memiliki jadwal mengajar. Karena itulah ia tergesa-gesa tadi.
"Udah?" tanya yang lebih tua.
Jisoo mengangkat kedua jempolnya bersamaan sembari menunjukan seatbelt yang ia pakai dengan benar. Detik berikutnya Seokjin langsung menyalakan mesin dan melesatkan mobil yang ia kendarai.
"Pak," panggil gadis manis itu berusaha memecah keheningan.
Seokjin hanya menoleh sebentar seolah bertanya ada apa. Namun tak kunjung ada jawaban dari gadis di sebelahnya. Sekali lagi ia menoleh, dapat ia lihat kegugupan gadis itu saat ini.
"Kalo kamu ga mau bilang jangan di paksa,"
Jisoo menggeleng cepat. Ia pikir ia harus mengatakan semuanya saat ini atau semua kesempatan yang ia miliki akan hilang. Tapi, untuk memulai pembicaraan yang seperti itu membuatnya malu juga gugup.
"Kenapa? Kamu mau ngomong apa, hm?" Seokjin sesekali menoleh kecil, memastikan raut wajah Jisoo.
"Mmm, itu... itu"
Seokjin mengerutkan dahinya seolah tak paham. Padahal ia tau apa yang akan dikatakan oleh Jisoo. Jawaban yang ia tunggu selama beberapa hari ini sepertinya akan ia dengar sebentar lagi.
"Itu? Maksudnya?" tanyanya berpura-pura bingung.
Jisoo kembali diam. Ia memainkan ujung bajunya gusar. Kenapa rasanya sulit sekali untuk mengeluarkan kata itu.
"Itu, yang bapak bicaraan hari itu" ucapnya berbelit.
"Kapan? Yang mana?"
Jisoo rasanya ingin teriak keluar jendela sekarang. Ia kira Seokjin sudah tak memberi cela untuk dirinya masuk karena sudah menggantungkan perasaannya terlalu lama. Padahal baru beberapa hari.
Seokjin yang mengetahui Jisoo tengah resah saat ini menghentikan aksi pura-puranya. Ia menepikan mobilnya agar bisa mengobrol dengan leluasa.
"Saya bercanda kok, jadi apa jawaban kamu?" tanya Seokjin untuk yang ke sekian kalinya.
Jisoo mengangguk malu. Membuat Seokjin menarik nafas lega. Ia menarik masuk Jisoo kedalam dekapannya, menunjukkan betapa bahagianya ia. Tanpa Jisoo sadari ekspresi datar dengan mata tajam di balik punggungnya merasa puas akan kemajuan dari misinya.
"Jadi, kapan saya bisa ketemu orang tua kamu?" tanya melepaskan pelukan dan menatap Jisoo bersemangat. Perubahan yang sangat cepat.
Namun, reaksi yang ia dapat tak sesuai dengan harapannya. Dapat ia lihat Jisoo yang sangat terkejut mendengar pertanyaannya di samping itu gadis di sampingnya ini terlihat ketakutan.
"Kenapa Soo?"
"A-ah, saya boleh ngasih tau orang tua saya secara pribadi dulu kan? Setelah itu saya kabari lagi, gapapa kan?" ucap Jisoo hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission
DiversosKim Seokjin yang merupakan seorang pembunuh bayaran mendapatkan misi untuk bekerja sebagai seorang guru dan menikahi salah satu muridnya. Mungkinkah pria berdarah dingin ini berhasil menjalankan misinya sesuai rencana? Atau akankah ia terjebak dala...