Rian—tampak tertidur pulas diatas kasur kesayangan, tanpa menyadari bahwa hari sudah malam. Sampai ketika jam menunjukan pukul 19:00, dan waktunya untuk makan malam.
Anisa masuk sembarangan kedalam kamar milik kakaknya—Rian, dan menggoyangkan-goyangkan tubuhnya—berusaha untuk membuatnya bangun. "Abang, Abang bangun...! Ini udah malem loh, kalo enggak bangun aku pukul nih!"
Alih-alih merespon panggilan dari Anisa dan bangun, Rian justru mengubah posisi tidurnya, dan juga sedikit menjauh dari Anisa.
Anisa tentu kesal, hal itu ditunjukkan dengan pipinya yang menggembung, dan sedikit memerah.
Ia lalu terpaksa naik keatas kasur dengan melepas alas kakinya, dan mendekat kearah Rian—melanjutkan menggoyang-goyangkan tubuh Rian agar ia bangun.
"Bangun, bangun, Abang bangunnn....!!!! Liat mamah masak daging loh!" Anisa memalingkan pandangannya kearah pintu keluar kamar sambil menunjuk kearahnya.
"Ow tei wei!"
Namun, ia terkejut saat mendapati kakaknya sudah dalam posisi berganti baju, dan tengah berjalan keluar kamar.
"Eh?" Anisa mengembalikan kembali pandangannya kearah kasur yang tadi ditiduri oleh kakaknya, dan kembali kaget saat sudah tidak ada orang diatas kasur tersebut. "Eh?"
Ia lalu kembali menatap kakaknya itu. Dengan wajah masam, ia berkata, "Giliran daging aja, langsung bangun."
"Apa coba? Abang dari tadi dah bangun kok..."
****
"Yah... Mamah kaget, ternyata Abang gk jadi langsung pergi lagi tadi sore."
Rian terlihat cukup kecewa dengan makannya. Hal itu ditunjukkan dengan cara dia makan, yang enggan tak enggan untuk memakannya. Namun meski begitu, ia harus memakannya, meski adiknya telah sedikit menipu dirinya.
"Salahin kasurnya itu, keenakan buat ditidurin, jadi kebablasan deh. Lagian, mana dagingnyaaaaa...!"
Dengan wajah penuh kekecewaan, ia berteriak cukup kencang saat ia menyebutkan kata 'daging'.
"Siapa coba yang bilang mamah masak daging malam ini?"
Sontak, Rian menunjuk kearah kursi yang diduduki oleh Anisa yang tiba-tiba saja menghilang saat ia tunjuk.
"Dih, adek sialan!"
"Tapi mahh... Sayur itu racun, aku gak mau makan rumput-rumputan kayak gini! Apalagi banyak! Apa coba? Semuanya ijo. Klo sedikit mah, masih bisa di tolel—" "PLAKK...!"
Sebuah pukulan cukup keras dari sebuah kangkung yang diikat banyak berhasil mengenai kepala Rian, dan langsung memotong pembicaraannya.
"Eh, maaf, tadi ada kutu terbang di atas kepala kamu." Orang yang memukul Rian, yang tak lain adalah ibunya sendiri pun mengembalikan kangkung tersebut ketempatnya semula.
Rian hanya menyipitkan matanya saat melihat kearah ibunya itu. Tentu ia cukup kesal, dimana pembicaraannya yang cukup keren tadi harus terpotong karena ibunya memukulnya dengan kangkung.
"Haduh... Rian, hidup itu harus banyak bersyukur, jangan suka ngeluh, apalagi soal makanan yang sampe dipilih-pilih. Lagipula, sayur kan sehat, harganya juga terjangkau, biar kamu bisa hidup hemat dan sehat mau gak mau dan cepat atau lambat kamu harus belajar masak sendiri, jangan suka beli di luar."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Is From Another World
RomanceSeorang pemuda yang mempunyai cita-cita tinggi namun berakhir nganggur setelah selesai sekolah. Namun rentetan kejadian aneh terus bermunculan pasca ia menyewa kos-kosan milik saudara ayahnya. Bagaimanakah kelanjutan kisahnya?