Chapter 11. Refreshing?

3 2 0
                                    

"Minggir...! Gue lagi sigma!"

Tiga orang siswa laki-laki berjalan dengan lantang melewati para siswa yang sedang berjalan melewati koridor kelas. Suasananya terlihat sangat ramai, karena memang pada saat itu bel istirahat sudah berbunyi, dan para siswa berbondong bondong keluar kelar, ada yang ke kantin, ada yang ke lapangan olahraga, ada yang ke taman, atau bahkan ada yang tetap didalam kelas.

"hah... bocah freak itu lagi..." Lirih Anisa, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Tiga laki-laki itu berjalan kearahnya.

Ini adalah pemandangan yang sudah biasa di lihat oleh Anisa, bagaimana tidak? Hampir tiap hari dia selalu didatangi oleh seorang siswa hanya untuk sekedar berkata, "Ohh wahai sang sukmaku, apakah dirimu sudah bersedia untuk memadu kasih dengan pria sigma sepertiku? Aku sudah menunggu terlalu lama wahai calon ist—"

  PLAK!

Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi seorang siswa yang tengah berbicara padanya, bahkan dia belum sempat menyelesaikan apa yang ingin ia sampaikan.

"Duh... sorry tadi gue liat ada nyamuk di pipi lu, jadi ga sengaja ketempar deh..." Ucap Anisa sambil memasang senyum masam.

"Aduduh... Gapapa, apapun untukmu Anisa, aku rela merasakan sakit yang luar biasa seperti ini asalkan itu bisa membuatmu menerimaku." Ia berbicara sambil mengelus-elus pipinya yang memar akibat tamparan keras dari Anisa.

"Noo...! Icibos! Mewingmu memudar! Dasar cewek brengsek! Beraninya kau melukai pemimpin sigma kami!"

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut salah satu pengikutnya, membuat Anisa semakin jijik melihat mereka bertiga.

"Yaampun kalian ini... Lu kenapa sih Ril? Gak capek ngejer-ngejer gue terus? Sampe kapanpun gue gak bakalan mau."

Ariel... Begitulah namanya—Nama yang membuat Anisa merasa jijik ketika mendengarnya, tidak hanya Ariel, tapi juga Udin dan Marki yang merupakan bawahan dari Ariel.

"Tapi Nis... Gue punya 5 juta pow—"

PLAK!

"Stop. Jokes lu itu gak lucu sama sekali, paham? gue dengernya aja muak. Dan lagi, lu itu jelek, dekil, bau, kerjaan lu cuma nongkrong, main Facebook, adu ayam, mabuk-mabukan yang gajelas. Gue tau lu mabuk cuma pake minuman Power F yang di campur Kuku Bima sama Teh Gelas, jadi jangan sok deh, lu itu gak keren sama sekali."

Mendengar perkataan pedas dari Anisa, membuat hati Ariel hancur berkeping-keping, ia bahkan sudah tidak mampu berkata apa-apa lagi.

"Oh iya, satu lagi. Lu itu cringe."

Ariel termenung. Ia lalu berbalik, dan berjalan dengan santai nya, menjauh dari Anisa seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya.

"Ayo." Seru Ariel pada anak buahnya.

Udin dan Marki lalu bergegas menyusul. Walaupun dari belakang Ariel terlihat biasa saja, tapi dari depan, terlihat air mata sudah banyak mengalir dari matanya.

"hiks... Awas kau admin anjing, akan ku balas kau nanti." Lirihnya.

Disisi lain, Anisa merasa lega saat Ariel dan temannya pergi, namun ia merasa seperti keterlaluan mengatainya seperti itu. Walaupun, ya... itu semua fakta.

Tak lama, seorang wanita datang menghampiri Anisa sambil tergesa-gesa.

"Aninyan...! Maaf lama...!" Ujarnya dengan nafas yang terengah-engah.

"Astaga... Lina, padahal mah santai aja."

Yah, walaupun tadi itu Anisa kembali mendapatkan moment sialnya, tapi ia tetap selalu bisa melewatinya. Kini, ia bisa kembali bersama temannya yang datang kembali membawakan makanan dari kantin, dan mereka pun menyantapnya sampai bel kembali berbunyi.

***

"Tada...~"

Rian mempersembahkan sebuah aquarium besar berisi beragam macam ikan untuk dilihat oleh Yuuna.

"Uwah... Baru kali ini aku melihat ikan sedekat ini! Dan juga, ini banyak sekali...!"

Seperti yang di lihat, kini mereka sedang berada di tempat wisata aquarium. Jujur saja, tiket untuk kesini tidaklah murah, jadi dompet Rian kali ini harus sedikit menangis kembali agar Yuuna bersenang-senang dengan liburannya.

Mereka berdua terus berjalan-jalan dan melihat-lihat kesekitar. Di aquarium itu terlihat ramai dengan pengunjung, karena memang ini adalah weekend, dan pasti setiap orang menginginkan liburan seperti ini.

"Tuh lihat, ada hiu." Ucap Rian sambil menunjuk kearah hiu yang seperti tengah melihat Kepiting yang sedang membuat rumah.

"Hoo... Aku baru pertama kali lihat hiu... ternyata sebesar itu ya."

"Yah... tapi kamu mungkin pernah melihatnya beberapa kali di internet kan? apa dulu di duniamu tidak ada hiu?"

"Ah, iya aku pernah melihatnya di internet dan juga dulu di duniaku aku sempat membaca buku mengenai ekosistem lautan di perpustakaan. Tapi itu tidak sebesar apa yang aku lihat sekarang..."

"Ahahaha, iya juga ya. Mau coba melihat pertunjukan lumba-lumba?"

"Eh? Apa itu?" Yuuna kebingungan, karena bagaimana caranya lumba-lumba bisa dipertontonkan sebagai pertunjukan. Yah, wajar saja karena dia tidak pernah melihatnya bahkan mendengarnya. Bahkan ia tidak sempat membaca artikel mengenai itu di laptop Rian.

"Eh... Kau tau? seperti pertunjukan sirkus, tapi dilaut dan ini bukan gajah, melainkan lumba-lumba."

"Aku tidak mengerti... Tapi aku ingin mencoba melihatnya."

"Baiklah, ayo kita segera kesana untuk membeli tiket" Rian menunjuk kearah kasir yang terlihat ramai dengan antrian. Sepertinya pertunjukan lumba-lumba sangat diminati oleh banyak orang, terlihat dari antriannya yang menumpuk.

Yuuna mengangguk, dan mereka berdua pun bergegas pergi. Namun, seorang anak kecil tiba-tiba menabrak Yuuna begitu saja. Anak kecil itu menangis sejadi-jadinya sambil memanggil-manggil ibunya.

Rian yang mendengar suara tabrakan dari belakangnya, sontak segera berbalik dan terkejut melihat ada anak kecil yang tengah menangis didepan Yuuna. Tabrakan kecil dari seorang anak kecil tidak terlalu berarti apa-apa bagi Yuuna, ia lalu jongkok dan mengelus kepala anak kecil tersebut.

"Cupcupcupcup... Adek... Kenapa kamu menangis?"

Rian mendekat, dan berkata, "Yuuna, sepertinya dia kehilangan ibunya."

"Eh, iya kah? Kalau begitu, ayo kita cari ibunya!"

"Yuuna, apa kamu yakin? kenapa tidak serahkan pada petugas keamanan saja?"

"Dulu aku suka menuntun anak kecil yang kehilangan ibunya di pesta dansa, dan aku senang melakukannya..." Lirih Yuuna yang masih mengelus kepala anak tersebut. Anak itu tak kunjung berhenti menangis, di tambah permintaan dari Yuuna, membuat Rian tidak bisa menolak permintannya tersebut.

"Hah... Baiklah-baiklah."

"Cupcup... udah-udah, kakak akan bantu kamu mencari ibumu, oke?" Lirih Yuuna sambil mengusap air mata anak tersebut.

"Ayo." Rian memegang tangan kanan anak tersebut, di susul dengan Yuuna yang memegang tangan bagian kirinya.

Yah, meskipun hal ini beresiko akan membuat tiketnya keburu habis terjual, tapi apa boleh buat, toh bulan depan masih bisa melihat pertunjukannya. Lagipula ini permintaan Yuuna, jadi Rian harus menyanggupinya. Tapi kalau bisa, Rian harus menyelesaikannya secepat mungkin karena ia ingin menonton pertunjukannya sekarang bersama Yuuna.

BERSAMBUNG...!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Wife Is From Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang