PROLOG

4.5K 520 208
                                    

"Kalian mau ikut siapa? Mama atau Papa?" Soya bertanya dengan nada suara yang penuh penekanan pada kedua anaknya yang kini duduk diam di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian mau ikut siapa? Mama atau Papa?" Soya bertanya dengan nada suara yang penuh penekanan pada kedua anaknya yang kini duduk diam di sofa.

"Kok aku? Kenapa ngga kamu aja? Kamu kan Mamanya anak-anak," sahut Jongi pada istrinya.

"Kamu juga Papanya anak-anak kalo kamu lupa! Mau lepas tangan kamu dari mereka, hah!" ujar Soya dengan nada tinggi tidak terima.

Di sisi lain, Jeongwoo meremas ujung baju Haruto erat-erat. Ketakutan tampak jelas di matanya. "Kak," gumamnya lirih.

Haruto menoleh, melihat wajah adiknya yang pucat. Ia memasang senyum tipis meski hatinya sama-sama gelisah. "Lo ke kamar aja, tutup pintunya. Biar gue yang urus ini."

"Tapi—" Jeongwoo tampak ragu, memutar-mutar antara Haruto dan orang tua mereka yang terus berdebat.

"Percaya sama gue, semuanya bakal baik-baik aja." Haruto menepuk bahu Jeongwoo pelan.

Jeongwoo akhirnya menurut. Ia melangkah ke kamar dengan enggan, sesekali menoleh, sebelum menutup pintu rapat di belakangnya.

Haruto menarik napas panjang, menatap kedua orang tuanya yang masih saling menyalahkan. "Mah, Pah, cukup," katanya dengan tegas, mengalihkan atensi mereka.

Soya dan Jongi terdiam sejenak, tapi emosi mereka tetap membara. Keduanya tampak tidak ingin membawa Haruto ataupun Jeongwoo ke kehidupan baru mereka nanti. Dan berakhir mereka yang saling melempar kesalahan tanpa adanya pertanggung jawaban.

"Papa sama Mama ngga perlu lempar-lemparan tentang hak asuh aku dan Jongu."

"Aku bisa tanpa Papa dan Mama, aku bisa jagain adek ku sendiri kalo kalian ngga mau bawa kita." tutur Haruto merasa lelah dengan perdebatan ini.

"Apa-apaan omongan kamu itu? Merasa udah mampu banget kamu, hah!" sentak Soya merasa tersinggung pada ucapan Haruto.

"Maksud Haru ngga gitu, Mah."

"Halah, banyak alasan. Kalo gitu urus diri kamu sendiri, urus juga adek kamu itu."

"Jangan minta tolong apapun sama Mama kalo kamu udah ngerasa hebat dan mampu."

"Mama pergi!" Suara Soya meninggi, dan tanpa menunggu jawaban, ia meraih kopernya lalu pergi, meninggalkan Haruto yang berdiri diam mematung.

"Mah..." gumam Haruto lirih, tetapi pintu rumah sudah tertutup dengan keras.

Jongi, yang sejak tadi diam, kini menghela napas panjang. Ia memijat pangkal hidungnya sebelum menatap Haruto.

"Pah, maafin Haru." ucap Haruto pada Jongi yang masih berdiri di tempatnya.

"Haru." Ia yang di panggil itu menatap sang ayah. Dilubuk hati terdalamnya, Haruto sedikit menyimpan harapan. Namun, saat mendengar kalimat selanjutnya, membuat Haruto yakin akan pilihan awalnya tadi.

"Kamu yakin sama omongan kamu tadi?"

Haruto menegakkan bahunya, meski matanya sedikit memerah. "Kalau Papa dan Mama berat buat rawat kita, aku bisa urus Jongu sendiri."

Jongi diam beberapa saat dan menepuk pundak Haruto pelan. "Kalo gitu jaga diri kalian."

"Kalo perlu apapun, kamu bisa hubungin Papa."

Setelah itu, Jongi meraih kopernya dan pergi, meninggalkan Haruto tanpa menoleh lagi.

Saat pintu rumah kembali tertutup, Haruto berdiri diam di ruang tamu yang kini terasa begitu sunyi. Kedua orang tuanya sudah pergi, membawa serta apa yang tersisa dari keluarga mereka. Menahan pun rasanya percuma jika akhirnya hanya saling menyakiti.

Dengan langkah berat, Haruto menuju kamar. Begitu pintunya terbuka, Jeongwoo langsung berlari ke arahnya dan memeluknya erat.

"Kak..." Suara Jeongwoo pecah dalam tangisan.

Haruto menahan napas, mengusap kepala adiknya pelan. "Ngga apa-apa. Semuanya bakal baik-baik aja," bisiknya, meski dia sendiri tidak yakin.

Namun, satu hal yang ia tahu pasti: rumah mereka mungkin sudah hancur, tetapi ia akan melakukan apa pun untuk menjadi rumah terbaik bagi adiknya.

"Gue janji." Haruto mengeratkan pelukannya itu dan berusaha untuk tidak menangis di hadapan Jeongwoo.

" Haruto mengeratkan pelukannya itu dan berusaha untuk tidak menangis di hadapan Jeongwoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Punten 👀
Adakah yang menunggu soklin budiman ini kembali?

Dan yah, author kembali dengan cerita bahagia ini. Permulaan yang begitu bahagia sekali bukan? ☺

Next or No?

Have a Nice Day. 🦋💙

JejalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang