[ Z ] The Procrastinator and Perfectionist

14 5 2
                                    

"Gawat! Mati aku!"

Zia membanting pintu kamar kosnya hingga menutup--tidak lagi kepikiran untuk mengambil kunci yang masih tergantung di bagian luar--dan tergopoh menuju meja belajar. Seraya berkali-kali menggumamkan kata "gawat", dia membuka layar laptop, menekan tombol daya, dan mengetuk-ketukkan jari di pinggir meja dengan tidak sabar. Sembari menunggu laptopnya menambilkan layar desktop, perhatiannya tertuju ke jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 8 lewat 5 menit. Kurang empat jam lagi sampai deadline pengumpulan tugas.

Tugas makalah analisis laporan keuangan ini diberikan 2 minggu yang lalu. Sebenarnya ada waktu lebih dari cukup untuk mengunduh laporan keuangan perusahaan ABCD selama 5 tahun, memindahkan datanya ke Excel, mengolah rumus dan rasio-rasio yang diminta, lalu menginterpretasikannya dalam bentuk analisis.

Untungnya Zia sudah sampai ke tahap selesai menghitung rasio keuangan. Bagian terberat sudah dilewati. Tinggal mengetik bagian analisis dan masih ada cukup waktu untuk mengerjakannya. Sisa hari dihabiskan Zia dengan santai dan berleha-leha. Dia hanya perlu mengumpulkan mood agar makalah itu bisa selesai dengan lebih sempurna. Sayangnya, dia terlena dengan waktu dan begitu sadar deadline tinggal satu hari lagi.

Satu hari terakhir sudah dia niatkan untuk menyelesaikan makalah, tapi ketika Microsoft Word-nya baru terisi tiga halaman, Siska--sahabatnya--mendadak minta ditemani ke mall. Katanya sih karena galau sehabis diputusin pacarnya. Zia mengiyakan. Bagaimana pun dia tidak tega membiarkan sahabatnya begitu saja.

Kayaknya nggak  bakalan makan waktu lama, pikirnya. Nanti aku pulang sebelum jam 3. Masih ada waktu.

Ternyata Siska butuh berjam-berjam untuk menghibur diri. Setelah curhatan penuh air mata--yang tidak bisa Zia diabaikan atas dasar rasa tidak enak--dan keluar masuk toko, food court, dan Time Zone, Siska akhirnya melepaskannya. Begitu keluar mall, tahu-tahu hari sudah gelap.

Sekarang Zia harus berjuang menyelesaikan tugasnya.

Sial. Nggak akan keburu. Dia membatin frustrasi sambil menghapus kembali paragraf terakhir yang diketiknya. Setelah dibaca ulang, ada yang aneh dengan deskripsi yang barusan ditulisnya. Harus diketik ulang dengan bahasa yang lebih tertata dan mudah dipahami.

"Ah, kenapa turnover-nya nggak masuk akal begini?" Zia menggaruk kepala. "Apa aku salah hitung?" Kemudian dia kembali membuka Excel dan mengecek laporan keuangan di tahun yang bersangkutan, lalu menyadari kesalahannya dalam meng-input data.

"Harusnya kubiarin aja nggak, sih? Tinggal ganti angka biar rasionya kelihatan wajar." Zia berbicara sendiri seperti orang gila. Kegiatan mengecek data abnormal itu baru saja membuang setengah jamnya yang berharga. "Toh, nggak mungkin juga pak Salman ngecek satu-satu ...."

Beberapa detik kemudian Zia menggeleng. Dia tidak boleh memanipulasi data. Pokoknya dia harus mengusahakan semua selesai sebagus mungkin.

Tiga jam berikutnya dia habiskan dengan mengetik layaknya kesetanan. Perutnya mulai keroncongan dan Zia bahkan tidak punya waktu untuk sekedar minum. Pakaian yang dikenakannya masih sama dengan tadi siang dan hanya Tuhan yang tahu betapa kusut penampilannya sekarang.

Makalah itu selesai jam 12 kurang seperempat. Setelah mengecek dan membaca ulang semuanya--agar tidak ada data dan analisis yang keliru--Zia pun mengirimkan tugas tersebut ke email dosennya. Dia bahkan harus memastikan alamat email pak Salman sekitar 10 kali sebelum menekan tombol send.

Zia menahan napas saat melihat logo loading berputar di layar laptop. Namun, bukannya pemberitahuan bahwa email sudah terkirim, yang muncul di layarnya justru sebuah pemberitahuan.

Pesan tidak terkirim. Periksa kembali koneksi jaringan Anda.

Di waktu yang bersamaan, jam digital di sudut kanan layar laptop menunjukkan angka 00:00.

Zia terdiam. Terlalu terpukul untuk dapat bereaksi apa-apa. Berbagai rutukan, kata-kata kasar, dan nama seisi kebun binatang sudah memenuhi hati sanubarinya, tapi tidak ada satu pun yang berhasil disuarakan. Perlahan kedua bahunya merosot dan hembusan napas berat meluncur dari sela-sela bibirnya.

Jam menunjukkan pukul 00:01.

***
TEMA 26:

***TEMA 26:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

My MBTI:

My MBTI:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Based on true story bgt sih ini 😭
Tp untungnya aku selalu berhasil ngumpulin tugas dengan selamat setelah berjuang mati-matian kayak Zia. Tapi yaa ... waktunya emang mepeeeettt banget plus sambil deg-degan parah. Habis itu nyesel dan bertekad buat ga ngulangin, tapi ujung-ujungnya tetap gitu lagi sih 🥹👍🏻

Combo antara perfeksionis + suka menunda-nunda itu memang sangatlah mematikan ☠️

[End] Magical DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang