"Ah, lihat .... Ibu ke sini lagi."
"Kasihan."
Kalimat yang diucapkan dengan nada prihatin itu berhasil menarik perhatian Yoyo. Benar saja, tak lama kemudian seorang wanita paruh baya memasuki ruangan. Dua robot yang barusan berbincang kembali mematung di dalam lemari kaca dan beberapa mobil hotwheels melintas cepat untuk bersembunyi di kolong tempat tidur.
Yoyo kembali menyandarkan punggungnya di bagian atas meja belajar dan berusaha untuk tetap bergeming. Bahkan saat wanita itu meraih dan menatapnya lekat, Yoyo berusaha agar tidak membuat pergerakan sedikit pun.
Selama sesaat, tidak ada yang dilakukan wanita itu selain menatapnya. Awalnya sepasang mata itu tampak biasa, tapi tak lama berubah berkaca-kaca. Sebelah tangannya mengusap bulu-bulu kepala Yoyo lembut. Dan sama seperti kemarin--juga hari-hari sebelumnya--kali ini pun Yoyo dibawa ke pelukannya.
Yoyo berkedip. Tidak jauh darinya, mainan-mainan lain yang tersebar di penjuru ruangan melihatnya dengan tatapan sedih. Baba, si boneka gajah, bahkan sudah menangis dalam diam. Tadinya hari ini Yoyo bertekad untuk kuat, tapi ujung-ujungnya dia tetap saja ikut merasa melankolis.
Pelukan itu tidak berlangsung lama. Wanita itu kembali menaruhnya di posisi semula dan keluar dari kamar. Semua mainan langsung kembali bergerak.
"Sudah seminggu sejak Azka kuliah ke luar negeri, tapi tampaknya Ibu masih belum terbiasa." Baba menggeleng-geleng seraya menyeka air matanya.
"Sejujurnya aku juga kangen banget sama dia." Perkataan Power Ranger biru itu diaminkan oleh rekan-rekannya yang lain.
"Pasti ini lebih berat buat Yoyo," timpal Dino--Trex yang lagi nangkring di atas lemari--dan membuat semua perhatian tertuju ke Yoyo. "Kamu boneka beruang kesayangan Azka yang sudah bersamanya sejak dia bayi."
Yoyo tersenyum tipis. Tentu saja ini terasa berat. Dia adalah mainan tertua di sini dan baru kali ini mereka terpisah sangat jauh, karena Azka tidak mungkin membawanya ke Amerika sana. Azka pernah bilang kalau Yoyo adalah teman yang paling berharga, hadiah terakhir dari mendiang kakek yang tidak bisa diingatnya. Selama ini dia selalu ada di dekat Azka. Bahkan saat anak laki-laki itu tidak lagi mau bermain dengannya, dia selalu ditaruh di tempat terdekat yang berada dalam jangkauan pandangan. Makanya tidak heran kalau Ibu selalu mencarinya tiap kali merindukan Azka.
"Mau bagaimana lagi?" Yoyo berusaha menahan air mata yang nyaris tumpah. "Azka kita sudah besar. Sudah waktunya dia melebarkan sayap dan terbang melihat dunia."
***
TEMA 25:***
Aku agak mellow pas nulis ini 🥹
Btw, aku udah gatau lagi bolong berapa banyak. Takut bgt ngitungnya /heh
Plis semoga ntar hukumannya ga aneh-aneh 🤲
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Magical Days
القصة القصيرة[Kumpulan Cerpen] #DWCNPC2023 ❝Every day holds new magic.❞ ================================= Karya ini diikutsertakan dalam "Daily Writing Challenge" yang diadakan oleh Nusantara Pen Circle (NPC) Mulai : 1 Juni 2023 Selesai : 30 Juni 2023 ==...