"Ternyata mimpi! Syukurlah ...."
Mina mengembuskan napas lega. Tangannya berada di atas dada dan dapat dia rasakan jantungnya masih berdebar sangat cepat. Rambutnya lepek dan dia tengah berada di atas tempat tidur. Mimpi buruknya barusan terasa begitu nyata dan Mina benci otaknya yang kembali memutar ulang semua adegan.
Semua bermula dari dia yang tanpa sengaja memergoki Lia--teman sekamarnya--sedang menyembunyikan sesuatu di dalam lemari.
"Kamu sedang ap--"
Perkataan Mina terputus saat melihat jemari berlumuran darah yang menyembul keluar dari dalam tas ransel yang hendak disembunyikan Lia.
"Itu ...." Mina kehilangan kata-kata. Tatapan dingin Lia yang tengah tertuju ke arahnya terasa begitu menakutkan. Firasatnya buruk.
"Aku nggak lihat apa-apa, kok," tukasnya terbata-bata. Terdengar sangat tidak meyakinkan bahkan di telinganya sendiri. Dia refleks mundur saat mendapati Lia perlahan melangkah ke arahnya. Ransel mencurigakan itu masih berada di tangannya.
Selanjutnya, Mina membanting pintu kamar dan berlari bagaikan kesetanan. Dia merasa seperti mangsa yang berusaha kabur dari kejaran predator. Mina berusaha bersembunyi, tapi selalu ditemukan. Berkali-kali dia terjatuh dan hampir tertangkap. Tidak ada yang bisa dimintai tolong dan kos-kosan tempat tinggalnya--tidak seperti biasa--terasa begitu sepi. Tidak ada orang lain selain dirinya dan Lia yang tampak seperti bukan Lia.
Mina ingat saat itu berhasil tertangkap. Lia mengacungkan sebuah pisau ke arahnya dan dia pun terbangun.
"Benar. Benar. Itu hanya mimpi buruk sial." Mina masih berusaha meyakinkan diri sendiri. "Lia itu anak baik. Orang paling kalem di kos-kosan ini. Tidak mungkin dia berbuat seperti itu. Aku kebanyakan menonton film."
Pintu kamar dibuka dan Mina langsung terlonjak. Dari baliknya muncul Lia. Gadis itu menatap Mina heran.
"Loh, kok kamu sudah bangun?" Lia memiringkan kepala. Ekspresinya tampak kecewa.
"Aku mimpi buruk." Mina meringis. "Di mimpiku, kamu mengejar-ngejarku dan seperti mau membunuhku. Padahal itu nggak mungkin, kan." Kali ini dia tertawa kecil.
Di hadapannya, Lia tampak tertegun. Tak lama kemudian, dia ikut tertawa.
"Mina. Mina." Lia menggeleng-gelengkan kepala. Tawanya makin lama makin keras. "Siapa bilang itu cuma mimpi?"
Dan Lia memperlihatkan sebuah pisau daging yang sejak tadi dia sembunyikan di balik punggung.
"Seharusnya tadi kamu tetap tidur biar rasanya nggak terlalu sakit."
***
TEMA 13:
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Magical Days
Short Story[Kumpulan Cerpen] #DWCNPC2023 ❝Every day holds new magic.❞ ================================= Karya ini diikutsertakan dalam "Daily Writing Challenge" yang diadakan oleh Nusantara Pen Circle (NPC) Mulai : 1 Juni 2023 Selesai : 30 Juni 2023 ==...