Aku tidak suka di sini.
Tidak ada pohon, tidak ada sungai, dan sejauh mata memandang yang kudapati hanyalah lautan manusia yang hilir-mudik dengan kesibukan masing-masing. Entah sudah berapa kali bahuku bertabrakan dengan orang-orang itu. Dan aku masih saja terlonjak kaget tiap ada benda sebesar badak--Jane menyebutnya mobil--yang melintas di dekatku.
Inggris ternyata semenyesakkan ini--sama sesaknya dengan kemeja dan celana panjang ketat yang saat ini kukenakan. Kalau tahu sejak awal, aku pasti akan langsung menolak ajakan Jane untuk berkunjung.
"Ayolah, Tarzan Sayang. Cerialah sedikit." Jane tertawa setelah melihatku. Pasti dia sudah menangkap wajah kusutku. Dia kemudian menggandeng tanganku dan menarikku agar melangkah di sampingnya. "Inggris tidak seburuk itu, kan?"
Wajah istriku berseri-seri ketika mengatakan itu dan kalau sudah begini, bagaimana mungkin aku tidak menyetujui perkataannya? Mau tidak mau aku ikut tersenyum. "Ya. Kau benar."
Ini pertama kalinya Jane kembali ke Inggris sejak memutuskan untuk menetap denganku di hutan. Dia bilang rindu kampung halaman dan kupikir tidak ada salahnya mengizinkannya pulang sesekali. Namun, kali ini Jane bersikeras mengajakku.
Aku ingin kau juga mengetahui apa yang pernah menjadi duniaku.
Begitulah katanya. Mendengar itu, aku seperti merasakan sensasi pahit di ujung lidah. Di satu sisi, aku senang Jane memilihku. Sayangnya di sisi lain, dengan memilihku dia justru terpaksa membuang kehidupan lamanya di Inggris. Jane memang berkali-kali bilang kalau dia tidak masalah dengan itu, bahwa dia bahagia tinggal bersamaku dan bersyukur bisa mengenal Terk, Tantor, serta keluarga barunya yang lain.
Namun, tetap saja aku merasa bersalah.
Jane berhenti melangkah. "Hei, lihat aku."
Aku berhenti dan menatapnya heran. Kebingunganku semakin bertambah saat mendadak dia menaruh sebelah tangannya di pipiku.
"Sudah berkali-kali kubilang. Aku tidak apa-apa." Jane tersenyum. Sepasang mata birunya seolah melihat jauh ke dalam diriku. "Tidak ada yang kusesali. Sekarang kau adalah duniaku. Semua yang ada di sini hanyalah masa lalu yang--yaa, masa lalu yang terkadang kurindukan. Jadi, jangan berpikir yang tidak-tidak. Oke?"
Aku menyentuh punggung tangannya dan mengangguk.
Jane Porter memang selalu punya cara untuk menenangkanku.
"Baiklah." Jane kembali terdengar ceria. "Pertama-tama, bagaimana kalau kita ke sana?" Dia menunjuk sebuah gedung abu-abu yang tidak setinggi bangunan lain. "Itu tempat makan langgananku dulu."
"Ayo." Aku mempererat gandengan tangan kami. "Mari lihat seperti apa duniamu itu."
Apa pun itu, yang jelas aku sungguh bersyukur sekarang Jane memilihku.
***
TEMA 15:
Hasil yang kuperoleh:
Tokoh yang Kupilih:
TARZAN***
Aww, Tarzan~
Ini OOC nggak sih 🤣 Tapi kusenang bikin tokoh cowok bucin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Magical Days
Short Story[Kumpulan Cerpen] #DWCNPC2023 ❝Every day holds new magic.❞ ================================= Karya ini diikutsertakan dalam "Daily Writing Challenge" yang diadakan oleh Nusantara Pen Circle (NPC) Mulai : 1 Juni 2023 Selesai : 30 Juni 2023 ==...