Chapter 7

1.2K 141 3
                                    

Hari demi hari aku lalui bersama keluarga kecilku ini sampai tak terasa besok adalah hari di mana Athanasia berusia tepat satu tahun.

Para pelayan sibuk mempersiapkan pesta ulang tahun untuk putri kecil Obelia itu, begitu juga dengan Claude. Seharian ini dia benar-benar sibuk mengurus hal itu karena ingin membuat pesta ulang tahun yang mewah untuk putrinya.

Padahal aku sudah bilang yang biasa saja, tapi berhubung ini pesta ulang tahun pertama Athanasia dan sekaligus pertama kalinya Athanasia ditunjukkan kepada publik, itulah mengapa Claude bersikeras ingin membuat pesta terbesar yang pernah ada. Beberapa pejabat tinggi dan raja-raja dari kerajaan lain akan datang nantinya.

Namun di saat semua orang sedang sibuk, aku hanya selalu bermain dengan Athanasia seperti sekarang. Gadis kecil itu sedang asik bermain di atas tempat tidur dengan bonekanya. "Padahal besok pesta ulang tahun kamu, tapi kenapa ibu yang sangat gugup ya?"

Athanasia hanya berceloteh panjang menanggapi omonganku. Aku yang merasa gemas langsung menghujamnya dengan ciuman di pipi. "Aduh gemasnya. Anak siapa kamu? Anak ibu."

Claude yang tiba-tiba datang pun ikut menyaut. "Anak aku juga."

Aku terkekeh. "Iya, anak ayah Claude juga."

Athanasia yang melihat kedatangan Claude langsung menghampirinya. Namun karena terlalu bersemangat menghampiri sang ayah, hampir saja Athanasia terjatuh dari tempat tidur yang cukup tinggi tersebut.

Untung saja Claude bergerak sangat cepat jadinya Athanasia tidak terjatuh. Tetapi Athanasia yang terkejut pun menangis dengan keras.

Claude langsung menggendongnya dan menepuk punggung Athanasia pelan. "Sudah sudah anak baik, ayah di sini. Tidak apa-apa, jangan menangis."

Aku yang ikut terkejut langsung menghampiri mereka berdua. "Apakah Athanasia terluka?!"

"Tidak, aku sempat menangkapnya sebelum dia terjatuh. Mungkin dia terkejut makanya menangis," jawab Claude.

Aku menghela nafas lega ketika mendengarnya. Aku ikut mengelus punggung Athanasia. "Sudah jangan menangis lagi, Athanasia. Bukankah besok hari ulang tahunmu? Nah ayo berhenti menangis."

Athanasia yang seperti mengerti ucapanku langsung berhenti menangis dan tertawa senang.

Claude yang melihat itu ikut tertawa. "Sepertinya anak ini mengerti apa yang kau ucapkan."

"Iya, Athanasia kan anak pintar. Iya kan, sayang?" ucapku sambil mengelus kepalanya.

Athanasia merentangkan tangannya seolah ingin digendong dan dipeluk olehku.

Mengerti akan keinginannya itu, aku langsung mengambil alih dirinya dari Claude. Athanasia yang telah berada di gendonganku langsung memelukku dan mengusap wajahnya di leherku.

Teng..teng...teng. Jam berbunyi yang menunjukkan kalau sudah tengah malam.

"Selamat ulang tahun, Athanasia. Semoga putri kesayangan ibu selalu sehat dan bahagia. Terima kasih telah lahir di rahim ibu." Aku mencium kening Athanasia dan memeluknya.

Dari belakang Claude memeluk kami berdua. "Selamat ulang tahun, Athanasia. Tumbuhlah dengan sehat. Ayah akan selalu mengabulkan apapun yang kau inginkan karena ayah sangat menyayangimu."

Claude membuat kue dengan sihirnya, lengkap dengan lilin dan tulisan selamat ulang tahun di atasnya.

"Nah Athanasia, ayo tiup lilinnya," ucap Claude mengarahkan kuenya ke arah Athanasia.

Athanasia mengerucutkan bibirnya dan berusaha meniupnya. Namun bukannya udara yang keluar dari mulutnya itu malah air liur yang keluar.

Aku dan Claude tertawa menyaksikan tingkah konyolnya itu. Kami pun membantu Athanasia meniup lilinnya sebelum kamar ini banjir air liur Athanasia.

Reinkarnasi Diana ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang