Sandyakala -02

22 7 3
                                    

Happy reading!!
_

_____________________


Arunika masih terlihat jelas pagi ini, memberikan binar yang terkesan elok nan adiwarna, dan kehangatan bagi makhluk hidup di jagat raya. Suasana ini, bisa dibilang menenangkan. Jalanan yang sunyi, kicauan merdu burung, dan hawa sejuk yang menyertainya.

Setelah beberapa hari Naya berada dirumahnya lantaran demam, Kali ini Naya kembali berangkat ke sekolahnya dengan diantar oleh kangmas-nya.

Lorong panjang penghubung antara ruang kelasnya telah Naya lewati. Demikian juga dengan desiran yang kembali terdengar, dan kini ia berjalan menuju ruang kelasnya, kelas paling dekat dengan kantin, namun sedikit aksa dari gerbang masuk.

Untuk ketiga kalinya, dersikan dan desiran itu kembali terdengar di telinga Naya, membuat Naya yang tengah berjalan menuju kelasnya sedikit was was.

Suara itu kembali mengusik Naya, suara lirih yang memanggil manggil namanya sedari tadi.
"Naya,"

Dengan detak jantung Naya yang sudah tak terkendali, Naya secara perlahan membalikkan badannya. "Astaghfirullah, kula mboten ngertos damel salah nopo, gusti. Pangapura nggih, kula mboten ganggu sampeyan!" Ucap Naya secara refleks seraya berteriak.

(Astaghfirullah, aku gatau punya salah apa, Tuhan. Maaf ya. aku tidak menggangumu!)

"Nay? awakmu kok kaget ngono. iki aku lho, Kemala Meshazarra alias Mala, kancamu," Jelas Mala melihat temannya yang ketakutan setengah mati mendengar suaranya.

(Nay? kok kamu kaget gitu. ini aku, Kemala Meshazarra alias Mala, temenmu,)

Nafas Mala tersengal-sengal, mungkin karena ia berlari mengejar Naya saat di lorong atau gerbang tadi. Dan mungkin desiran itu adalah suara Kemala yang memanggil Naya.

"Masih pagi lari larian, minum dulu nih," Ujar Naya mengeluarkan botol minum dari tas yang Mala gendong tadi.

Dengan senang hati tangan Mala terulur mengambil botol minum dari tangan Naya.

"Ya habisnya udah dipanggil dari tadi ga nyaut,"

Setelah deru nafas Mala normal, Naya dan Mala menaruh tas mereka di laci meja kelas, dan memilih duduk di kursi kayu yang berada di luar kelas.

"Nah, jadi gini. kemaren lusa kenapa? bisa demam ceritanya dari mana? sekarang udah bener bener sehat kan? atau masih sedikit pusing? tadi udah sarapan dulu kan? terus tadi ud-,"

"Husstt....., nek takon kui ojo kaya kereta ra mandeg mandeg. gak iso siji siji takon e, La?" Tanggapan Naya mendengar pertanyaan beruntun dari mulut temannya itu.

(Husstt....., kalau tanya itu jangan kaya kereta yang ga berhenti henti. ga bisa ditanyain satu satu, La?)

Mala yang mendengar itu hanya menyengir polos tanpa rasa bersalah apapun dimukanya.

"Oke, gue jawab pertanyaanmu, La.
Pertama, pas waktu kita beli es bareng di kantin itu sebenernya aku lumayan pilek...

Apalagi ditambah yang malah kurang tidur buat ngerjain tugas proyek individu dan kayaknya sampe ketiduran lupa ga makan, Keesokannya aku bangun tiba tiba aja kepalaku pusing dan badannya anget dikit. Dan disuruh Ibu buat dirumah aja, soalnya takut pingsan kaya dulu sebelum masuk kesini,"

Mala mendengarkan kan sesekali ber-oh ria menanggapi.

"Saiki wis mari?"

(Sekarang sudah sembuh?)

Darma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang