Happy reading!
°
°
°
°
°
___________________________________Setelah mereka bertiga pulang dari pantai, Nayana bergegas membersihkan badannya dan menuju kamar yang telah disediakan sang eyang untuknya.
Seperti biasanya, yang ia lakukan untuk mengisi waktu luangnya adalah membuat coretan coretan indah di selembar kertas yang kini ia letakkan di meja.
Merasa bosan, Naya beralih membuka ponselnya dan menuju aplikasi yang biasa ia gunakan untuk membaca sebuah cerita. Asal kalian tau, isi daftar bacaan Naya di aplikasi justru lebih banyak daripada buku cetak yang ia miliki,
Pintu kamarnya yang tak terkunci membuat sang eyang memasuki kamarnya. Suara knop pintu yang diputar membuat Naya mengalihkan pandanganya dari ponselnya.
"Naya... eyang arep takon sedela marang Naya ,"
(Naya... eyang mau tanya sebentar sama Naya)
Naya mengangguk sopan. "Nggih, eyang."
(Iya, eyang.)
Eyang duduk di kasur bersebelahan dengan cucu gadisnya itu. "cah ayu... , nopo bener Naya tau ngimpini seng aneh aneh?"
(Anak cantik, apa benar kamu pernah mimpi aneh?)
Raut wajah Naya tidak bisa membohongi eyangnya. Eyang-nya yang paham akan raut wajah Naya menggenggam tangan Naya dan mengelus tangannya.
"Ibukmu yang bilang sama eyang, nek kamu itu sering ngomong dewek pas turu,"
(Ibukmu yang bilang sama eyang, kalau kamu itu sering bicara sendiri pas tidur,)
Dengan ragu, Naya akhirnya mengangguk. "Pernah. Sesekali atau dua kali belakangan ini mimpi Naya sedikit aneh, eyang,"
"Kalau eyang boleh tau, mimpi apa itu? Tenanglah, Nduk.. eyang tidak memaksa.."
Secara perlahan, Naya akhirnya menceritakan mimpi aneh yang ia alami. Pertama, mulai dari suara aneh yang memanggil namanya, dan beberapa mimpi yang sulit untuk dicerna oleh pikirannya.
Eyang menatap wajah Naya dengan tulus. "Tidak apa apa, mungkin kamu terlalu lelah. jangan anggap itu terlalu serius, Naya,"
Naya mengangguk patuh. "Nggih eyang. Ngomong ngomong, mas Gibran ada dimana, eyang?"
"Kangmas mu sedang menemani Ibumu pergi tadi, katanya ada urusan penting,"
'Tok tok tok..'
Suara lelaki menyusul setelahnya. "Assalamualaikum, permisi!"
Ketukan dan suara lelaki itu membuat Naya dan eyang menoleh ke sumber suara.
Naya beranjak dari tempat tidurnya. "Biar Naya aja yang buka, eyang bisa istirahat ke kamar dulu,"
Naya beranjak dari kamarnya menuju pintu ruang tamu,
Knop pintu telah terputar dan pintu terbuka menampakkan jelas lelaki berjaket hitam dan celana jeans penjangnya itu. Tak lupa masker hitam dan helm yang menutupi wajahnya.
"Wa'alaikumsalam, wonten nopo niki nggih?"
(Wa'alaikumsalam, ada apa ini ya?)
"Mbak-nya ini siapa, ya?"
"Saya cucu beliau. Ada perlu apa Pak?"
"Pak? saya masih muda. umur dua puluh tahun aja belum, kok dipanggil pak." ucap pria itu seraya membuka helm beserta masker yang ia pakai.
Naya yang merasa salah sebut merasa malu tak karuan. Sungguh, siapapun bawa Naya pergi dari hadapan pria ini!,
Secara refleks, Naya melongo tidak percaya. "Lhooo? sekarang kamu jadi kurir paket? pantes sering bolos kelas,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Darma
ספרות חובביםDarma, :pengabdian; perjuangan; pengorbanan, ─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─ Pengabdian, perjuangan, dan pengorbanan adalah cara mempertahankan sesuatu, atau bahkan seseorang, untuk tetap tinggal bersama kita. Tak peduli resiko dibaliknya. Sebagian or...