Tusuk konde -08

2 0 0
                                    

Haii!!

Happy reading, all!!

─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─

"Tidak, sepertinya aku salah memasuki ruangan. Raden Gentala tidak mungkin bersifat sepertimu, Tuan." Elak Kirana. Ia tidak tau apa benar lelaki aneh yang menuduhnya kala itu adalah orang yang ia cari??

Sekarang, alur macam apa ini? Lelaki ini? yang benar saja.. RADEN GENTALA? BAGAIMANA MUNGKIN??

"Apa perlumu kemari, Ndoro"

⭑⭑⭑⭑

Hari mulai berganti. Siang terik tak membuatnya malas untuk mencari benda yang sedari tadi ia telusuri di sekeliling pasar. Memang, itu bukanlah benda yang sulit ditemui di pasar, banyak penjual yang menjualnya, dari harga murah meriah hingga harga yang lumayan menguras koin yang ia miliki. Berbekalkan titah sang Romo, Kirana menuju ke pasar mencari barang belanjaannya.

'Nduk, bisakah kamu mengambil pesanan rempah yang dijual oleh Ni Cutaka? Romo belum sempat mengambilnya. Koin emas ini cukup untuk membayar rempah barang segenggam saja, Kirana.' 

Setelah ditelusuri, ia belum menemukan tempat Ni Cutaka berjualan. Bahkan setelah menanyai beberapa penduduk, mereka hanya menggelengkan kepalanya, atau bahkan tidak mengetahui siapa Ni Cutaka yang gadis itu cari.

Kalingga membuntuti kemanapun gadis itu pergi. Sepertinya, ini adalah pekerjaan barunya selain menjabat menjadi prajurit di kadipaten, menjaga Kirana atas perintah Mpu Trijaya.

"Ndoro, belum menemukan informasi tentang tempat Ni Cutaka?" Tanyanya.

Sekiranya, gelengan kepalanya cukup menjawab pertanyaan lelaki itu. Surya sudah berada di atas kepala, namun pencarian rempah itu belum juga selesai. Lebih tepatnya, kediaman Ni Cutaka.

"Tuan," Suara wanita itu menghampiri Lingga.

Sang empu menoleh, mendapati wanita yang memanggil dirinya tadi.

"Apakah Tuan.. Mencari kediaman Ni Cutaka? Beliau sudah tidak berdagang disekitar sini, Tuan." Ujar wanita itu memberi tau bahwa sebenarnya Ni Cutaka sudah lama tidak berdagang dipasar ini. Ni Cutaka sudah sangat jarang kemari, Tuan."

Lingga menatap wanita itu, lalu bertanya. "Tapi, dimana saya bisa menemui beliau? Nyisanak?"

Seusai bertanya, wanita itu menunjukkan alamat kediaman Ni Cutaka, yang lalu kemudian keduanya berangkat menuju kesana. Perkiraan jaraknya tidak terlampau jauh, rumah di tepi wilayah kadipaten.

Seusai berjalan kaki mengikuti arahan wanita tadi, keduanya menemukan rumah sederhana yang berdiri kokoh di wilayah tepi kadipaten. Rumah kuno nan sederhana. Sangat khas dengan jaman kala ini.

Disana, terlihat seorang wanita paruh baya dengan kain jarik yang ia pakai guna menutupi seluruh tubuhnya, dan rambutnya yang telah tergelung rapi. Wanita itu terduduk di bangku bambu sembari memilah daun kering di tampahnya itu. Sepertinya itu adalah tanaman herbal? atau teh? atau semacamnya, mungkin? Yang pasti, Kirana tidak mengetahui secara benar apa yang sedang wanita itu lakukan.

Lingga dan Kirana menghampiri wanita itu. Begitupun wanita itu yang menyadari kedatangan dua orang ke kediamannya, langsung berhenti dari aktivitasnya. Dan menghampiri kedua insan tersebut.

Kirana mendekat, bertanya untuk memastikan apakah ia memang benar orang yang sedari tadi ia cari? "Permisi, Ni. Apa benar ini kediaman Ni Cutaka?"

Wanita paruh baya yang merasa namanya terpanggil, ia pun menganggukkan kepalanya. "Nggih, Nduk. Kula Ni Cutaka. Ada apa gerangan yang membuat kalian berdua lelah lelah mencari kediaman saya?" Kini, Ni Cutaka menatap keheranan kepada seorang gadis dan lelaki di hadapannya.

Darma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang