Hai!
Apakabar kalian?
Happy reading alll !!
─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─
Kirana mengangguk. Beberapa waktu lalu, ia sempat membuat lilin aroma. Tentu itu ia lakukan semata mata karena ia memiliki waktu yang cukup senggang untuk membuatnya. Untungnya, lilin simpanannya masih belum ia pakai, hingga dapat ia bawa besok.
"Nggih, Romo. Akan Kirana buatkan.."
⭑⭑⭑⭑
Ia tak menghiraukan dinginnya malam ini, malam mungkin saja sudah larut, karena semua orang dirumahnya telah tertidur. Tetapi itu bukanlah hal yang mengganggu pikirannya. Sengaja, ia tak memejamkan matanya untuk sekedar beristirahat malam ini, justru ia tengah duduk di kamarnya, didampingi oleh Ratri yang sudah tertidur malam itu.
Ada beberapa hal yang mengganggu pikirannya. Pertama, saat ia bertemu Kalingga. Saat menatapnya, rasanya kepingan kepingan memori berputar didalam otaknya, merasa bahwa pernah melihat pria itu sebelumnya.
Yang ia ingat adalah saat ia terakhir kali sadar adalah dirinya yang pingsan ditengah kerumunan orang, tepat setelah melihat lelaki itu. Lalu entah bagaimana jiwanya bisa sampai kesini, kekuatan magis apa yang dapat membawanya kesini? Atau, ini hanyalah mimpi?
"Aish.. Sudahlah, memikirkan hal setidak penting itu bisa bisa otakku njebluk. Oke, aku memang ndak tau mengapa aku disini, 'ia' bahkan tidak mengatakan dengan jelas kala itu. Hanya berkata membutuhkan bantuanku untuk menepati janjinya.." Batinnya memandangi langit malam berhiaskan bintang bintang, dan bulan sabit yang memperlihatkan keelokannya.
Jangan bertanya apa yang sedang dirinya lakukan saat ini, aroma wangi bunga mawar menyapu indra penciumannya, membuatnya sedikit rileks dalam pikirannya. Benar saja, Kirana tidur lebih larut untuk menyuling minyak aroma yang akan ia campurkan kedalam lelehan lilin lilin kecil itu.
Merasa sedikit terusik, Ratri membuka matanya perlahan, mendapati Kirana yang masih terjaga dari tidurnya.
"Mbakyu Kirana belum tidur?" Tanyanya.
Melihat adiknya terbangun, ia mendekat "Belum, Masih membuat beberapa lilin. Lilin waktu itu ternyata tinggal tiga batang, Ratri. Maaf jika kamu terbangun karenaku, tidurlah lagi. Kamu sendiri toh, yang bilang kalau esok kita akan berangkat lebih pagi, kan?"
Ratri mengangguk, namun tak menuruti perkataan Kirana untuk tidur kembali. "Tidak perlu, Ratri ingin membantu Mbakyu membuat beberapa batang lilin, boleh?"
Kirana memegang lembut pundak adik perempuannya. "Tidurlah saja, kamu masih terlihat mengantuk, Ratri. Biar Mbak saja yang menyelesaikan ini. Sekarang tidurlah."
Ratri masih bersikeras membujuk Kirana agar dapat membantunya. Jujur saja, sebenarnya Ratri adalah gadis yang cukup rajin, mengingat bahwa dulu waktu seusia Ratri, Naya terkadang masih malas untuk melakukan sesuatu.
"Baiklah, Ratri. Kamu bisa membantu melelehkan batang lilin lilin kecil itu? Berhati hatilah dengan api." Ujar Kirana.
Oke, sepertinya memberi nasehat seperti itu tidak mempan oleh Ratri, toh, dia cukup mandiri untuk gadis seusianya. Namun tidak ada salahnya menasehati adik sendiri, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Darma
FanfictionDarma, :pengabdian; perjuangan; pengorbanan, ─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─┈─ Pengabdian, perjuangan, dan pengorbanan adalah cara mempertahankan sesuatu, atau bahkan seseorang, untuk tetap tinggal bersama kita. Tak peduli resiko dibaliknya. Sebagian or...