Prolog

31 3 4
                                    

Namaku Ajisaka Alvan Baswara. Kata bunda aku adalah anak yang baik dan dewasa. Orang lain juga memujiku begitu. Hari ini 14 Juli 2003 aku masuk ke sekolah TK Tunas Bangsa, sepertinya disana akan membosankan. Lebih seru bermain PS atau catur dengan ayah. Yah anak-anak lain kan tidak sepintar aku.

Setelah turun mobil aku turun diantar bunda ke kelas. Bunda berpesan padaku untuk mencari mencari teman baru dan jangan bersikap sombong apalagi terlalu ikut campur masalah orang lain. Tentu saja itu merepotkan bagiku. Bunda juga menyematkan pin namaku dari kelompok apel. Katanya itu kelompok belajarku. Satu kelompoknya berisi sepuluh orang.

Aku berjalan ke kelasku disana sudah banyak anak-anak yang berisik. Bunda mengusap kepalaku dan mencium keningku.

"Bunda berangkat kerja dulu. Mulai hari ini kamu akan sekolah untuk bermain dan belajar dengan teman baru. Jangan merepotkan gurumu dan berkenalanlah dengan anak-anak lain." Bunda terus saja berbicara begitu padaku.

"Iya bunda." Jawabku.

"Coba kiss dulu pipi bunda." Pinta bunda.

"Gamau aku udah besar." Aku langsung menyalimi tangan bunda dan pergi duduk di meja yang bergambar apel.

Setelah lama menunggu anak-anak lain juga datang. Tiga anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Sepertinya belum datang semua.

Saat suasananya ramai dimana anak-anak saling berkenalan satu sama lain, tiba-tiba tiga anak laki-laki tadi menghampiri anak perempuan yang ada disebelahku.

"Hei kau, kamu bukan anak kelompok ini kan? Mana pin namamu?" Tanya anak laki-laki ditengah sambil menyilangkan tangannya.

"Oh itu, aku baru daftar kesini jumat kemarin, katanya sekolah belum sempat menyiapkannya. Jadi ibuku menggantinya dengan kertas yang mirip bentuknya." Jawab anak itu tenang.

Salah satu dari anak laki-laki itu langsung mengambil kertas berbentuk apel yang dipegang anak perempuan itu.

"Heh ini sih penipuan. Kau bukan teman kami."

"Iya betul. Kita jangan temani dia. Masa dia baru daftar sekolah minggu kemarin."

"Aku baru pindah minggu lalu ke kota ini. Kembalikan pin namaku." Pinta si anak perempuan.

"Gamau. Kau kan bukan teman kami."

Anak laki-laki itu langsung merobel kertas itu berkeping-keping.

"Heh anak nakal itu tak sopan. Kau harus minta maaf pada Aruna." Teriak anak perempuan lain yang berkenalan tadi.

'Oh namanya Aruna ya. Rasanya tidak asing.' Batinku.

"Gamau ngapain juga. Dia itu penyusup dan bukan teman kita. Lagian ngapain kau membelanya sih."

Anak yang bernama Aruna itu mengepalkan tangannya. Sepertinya ia menahan untuk tidak menangis.

"Aku juga tidak punya pin namaku. Kenapa kalian mempermasalahkannya?" Kataku yang sudah menyembunyikan pin namaku dibalik saku celana.

"Ya sudah kamu juga bukan teman kami."

"Minta maaf.." Aruna mulai berbicara.

"Minta maaf karena kalian sudah merusak pin nama buatan ibuku!!" Aruna langsung menerjang dan memukuli tiga anak itu.

Guru-guru langsung menghampiri untuk memisahkan mereka. Ketiga anak itu juga menangis. Wajah mereka babak belur namun penampilan Aruna jauh lebih berantakan lagi.

"Hei sudahlah. Bukankah aku juga sudah membantumu?" Kataku berbisik pada Aruna.

"Aku melihatmu memasukkan pin namamu kedalam saku celana. Tapi tetap saja aku tidak butuh simpati atau bantuanmu dasar bodoh!" Aruna langsung melayangkan tinjunya memukul wajahku.

'Oh bunda, jadi ini maksudmu jangan bersikap sombong dan ikut campur masalah orang lain.' Batinku disaat wajahku ditinju gadis itu untuk pertama kalinya.

Dan pandanganku menggelap.



HAHHHHHHHHH

Aku terbangun dari mimpiku. Tubuhku berkeringat banyak. Bisa-bisanya aku memimpikan kejadian dua belas tahun lalu.

"Ah anjir, gak tidur lagi." Gumamku.










TBC.....

CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang