8

9 3 2
                                    

Alangkah baiknya vote dulu sebelum membaca. Tinggal pijit bintang kok gak susah. Biar authornya semangat ya.. makasih 😊























Aku benar-benar terkejut saat membaca dokumen yang disimpan oleh Juna. Aku mencoba membacanya dengan hati-hati.

"Tunggu thalasemia itu penyakit yang itu kan?" Gumamku.

Seingatku thalasemia itu penyakit akibat kelainan produksi darah merah, karena berkurangnya atau tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia, hal ini menyebabkan eritrosit mudah pecah dan menyebabkan pasien menjadi pucat karena kekurangan darah singkatnya anemi yang parah.

Dan Juna menderita thalasemia sejak lahir dan baru terdeteksi saat dia duduk di taman kanak-kanak sehingga sering pingsan. Didalam dokumen ini tercatat bahwa Juna juga ternyata selama sekolah dasar itu home-schooling dan baru masuk SMP saat kelas dua dulu.

"Juna, kenapa kau merahasiakan ini semua dari kami? Kalau Aru tahu juga dia akan... mungkin dia akan kecewa padamu." Gumamku lagi.

Jujur aku sangat kesal masalahnya, kami berteman sudah lima tahun sejak dia masuk SMP untuk pertama kali. Rasanya seperti dikhianati, tapi itu memang hak dia juga untuk merahasiakannya dari kami.

Sekarang juga sudah jelas alasannya setiap bulan entah izin sakit, acara keluarga, ataupun karena keperluan orang tua ternyata iti disebabkan dia harus transfusi darah. Sial aku sangat kesal.

Aku menyimpan kembali dokumen dari rumah sakit itu ke laci dengan rapi. Itu baramg milik Juna bukan milikku jadi aku harus hati-hati. Aku kemudian berbaring di kasur sambil menatap langit-langit kamar Juna.

"Tunggu dulu, kenapa Juna menunjukkan ini padaku ya? Apa karena tubuh kita tertukar atau... ah tidak mungkin dia seperti itu."

Aku kemudian tertidur lelap karena kasurnya terlalu nyaman untuk digunakan berbaring. Dan akupun mulai pergi ke alam mimpi.

Aku bermimpi berada di rumahku. Aku tahu ini mimpi tapi suasananya sangat mengerikan. Seluruh rumah terbakar dalam kobaran api. Tidak ada jalan keluar karena yang terlihat disekeliling adalah api yang bahkan lebih tinggi dariku. Mimpi ini terasa sangat nyata karena panas dari api itu seperti menyengat kulitku.

Kemudian atap rumahku terbuka terlihat semua temanku juga ayah dan ibuku berada diatas langit. Mereka seperti dikendalikan sesuatu. Yang membuatku sangat hancur adalah melihat mereka semua terluka. Aku merasa marah dan ingin menolong mereka. Tapi tubuhku tidak bisa bergerak sama sekali.

"Aji..tolong bunda..Aji..sakit." Pinta Bunda.

"Aji..tolong ayah..." Pinta Ayah.

"Aji ini sakit..." Rintih Aruna.

"Aji setidaknya tolonglah Aru. Cepat bawa dia pergi dari sini." Suruh Juna.

"Sudah kubilang kan Aji. Kau harus hati-hati. Benda itu akan merengut semuanya darimu." Kata Yoshi.

Sisanya aku hanya melihat Bima, Yudhis, dan Lila sudah tidak bergerak sama sekali.

Mataku teralihkan oleh dua orang yang menggunakan jubah bertudung. Terlihat dari jubah itu ada gambar naga yang aku yakin sepertinya pernah melihat bentuk itu.

"Jangan terkejut begitu Ajisaka. Sudah takdirmu kalau orang-orang yang kau sayangi direnggut oleh 'Sang Pemilik Jiwa'. Jadi jangan pernah menyalahkan aku." Ucap salah satu orang yang berjubah itu sambil akan membuka tudungnya.

Tepat saat orang itu akan memperlihatkan wajahnya, aku terbangun dari tidurku. Tubuhku sangat berkeringat seperti sudah melakukan lari maraton 10 km saja.

CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang