4

14 2 2
                                    

Alangkah baiknya vote dulu sebelum membaca. Tinggal pijit bintang kok gak susah. Biar authornya semangat ya.. makasih 😊





























Setelah dua jam berlalu, aku menyadari bahwa aku terlalu lama di perpustakaan. Aku segera pergi ke tempat peminjaman buku untuk mengembalikan buku dan meminjam buku yang lain. Setelah selesai aku kembali ke parkiran dan pergi menggunakan motorku.

'Oh iya aku kan mau pergi ke toko barang antik itu kan ya. Masih buka gak ya?' Pikirku selama perjalanan.

Tanpa berpikir panjang lagi aku langsung belok di pertigaan dan pergi dulu ke toko barang antik itu. Kalau buka ya syukur, kalau tutup juga ya tidak apa-apa.

Setelah lima menit perjalanan, akhirnya aku sampai disana. Kulihat nenek pemilik toko itu sedang berdiri didepan toko. Terlihat juga papan nama toko yang lepas dan tergeletak di trotoar. Aku segera menyampirkan motorku dan menghampiri nenek pemilik toko.

"Nek, permisi apa ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku.

"Ya ampun kamu Ajisaka bukan? Wah kamu sudah besar ya. Terakhir kamu kesinu waktu kapan ya? Padahal dulu kamu masih kecil dan suka ikut-ikut ayah atau gak kakekmu." Jawab nenek itu.

"Iya, terakhir waktu saya SMP. Sekarang saya juga sudah kelas SMA mau lulus juga tahun depan. Oh iya nek, papan ini kenapa?" Tanyaku balik.

"Ah iya juga. Ini barusan ada angin kencang, tapi sepertinya pakunya sudah tua sehingga saat ada angin papannya jatuh terlepas. Tadinya nenek mau minta tolong anak nenek, tapi belum pulang dari kantor."

"Gimana saya yang pasang lagi saja. Selama ada tangga, paku, dan palu mungkin saya bisa bantu." Tawarku.

"Oh baiklah. Ikut nenek ke belakang untuk mengambil perkakas ya." Nenek berjalan dengan menggunakan tongkat dan mengajakku ke belakang toko.

"Nah ini tangga besinya. Lalu dalam kotak itu ada perkakas dan paku yang masih bagus. Apa tidak masalah kau membantu nenek seperti ini?" Nenek itu terlihat khawatir.

Aku meletakkan jaket dan tasku di atas salah satu lemari etalase toko.

"Tak masalah nek, soalnya aku kan kuat." Jawabku sambil memamerkan otot lengan atasku.

"Wah baiklah, baiklah. Nanti nenek buatkan es jeruk peras ya." Kata nenek pemilik toko itu sambil pergi kedalam.

Aku membawa tangga dan kotak perkakas itu keluar. Aku mulai memasang paku di kedua sisi tembok sesuai ukuran papannya itu. Setelahnya turun tangga dan memeriksa gantungan papan itu. Ternyata gantungannya masih kokoh dan aman, sepertinya benar pakunya saja yang bermasalah. Aku kembali menaiki tangga dan memasang papan itu. Selesai.

Kemudian aku membereskan alat perkakas secara rapi kembali ke kotaknya. Aku pergi ke belakang untuk menyimpan kembali barang-barang itu. Saat aku masuk ke dalam toko ternyata nenek sudah menyajukan es jeruk perasnya di meja dan menyuruhku duduk di salah satu kursi. Nenek juga memberikan satu wadah kue kering untuk dimakan.

"Wah, terima kasih ya nek. Nenek malah repot-repot menyuguhiku." Kataku.

"Sama-sama. Harusnya nenek yang berterima kasih. Kamu sudah banyak membantu nenek." Nenek tersenyum padaku.

"Baiklah, kalau begitu es jeruknya aku minum ya." Aku kemudian meneguk minuman itu. Rasanya sangat menyegarkan.

"Jadi kamu yang sudah lama kesini malah datang. Apa ada barang yang mau kamu lihat?" Tanya nenek.

"Iya nek, tadi pagi aku saat berangkat sekolah lewat jalan sini. Terus aku melihat tokonya, jadi sepulang sekolah aku berniat mampir deh." Jawabku.

"Begitu ya. Bagaimana kalau kau mengambil barang yang kau mau disini? Nenek akan memberikannya gratis sebagai tanda terima kasihku."

"Waduh, aku sudah disuguhi makanan dan minuman enak, sekarang malah disuruh untuk menerima barang gratis."

"Tak apa, nenek tak masalah. Toko antik ini sudah terlalu banyak barang. Sejak toko ini buka puluhan tahun ratusan barang antik sudah masuk dan keluar toko ini. Beberapa barang antik untuk kau bawa tak masalah. Lagipula keluarga kalian adalah pelanggan tetap toko ini sejak generasi kakekmu. Jadi bagiku tak masalah." Jelas nenek pemilik toko.

"Baiklah nenek, bagaimana kalau begini saja? Aku hanya akan menerima satu barang yang paling menarik bagiku saja. Gimana?" Tanyaku riang.

"Baiklah terserahmu."

"Oke. Makasih nenek." Aku memeluknya.

Setelah melepaskan pelukanku dari nenek, aku berkeliling toko. Banyak sekali barang antik di toko ini. Ada berbagai macam guci, piring, mangkok, sendok garpu yang berasal dari berbagai negara dan wilayah nusantara . Lalu ada berbagai macam alat musik, jam, pigura, lukisan, dan macam-macam barang antik lainnya.

Saat aku memasuki bagian etalase yang berisikan jam yang berjajar, aku melihat ternyata semua barang disana bagus-bagus, keren, dan terlihat antik. Sampai netraku menangkap salah satu hourglass yang berukirkan bentuk naga berwarna biru. Menurutku itu sangat, sangat, sangat keren. Bukankah semua anak laki-laki menyukai naga?

Aku langsung mengambilnya dan memperlihatkannya pada nenek pemilik toko.

"Nek, bolehkah aku mengambil barang yang ini?" Tanyaku dengan semangat.

"Oh.. kau mengambil barang yang bagus sini kulihat dulu." Nenek lalu memegang jam itu.

"Dua puluh lima tahun lalu, seseorang dari Jepang menjualnya kemari karena tidak punya biaya untuk menikah katanya. Dia juga menceritakan bahwa naga yang diukir di jam itu adalah naga yang bertanggung jawab mengurusi jiwa dan roh manusia. Yah tapi itu semua hanya cerita. Nah aku sudah membungkusnya disebuah kotak dengan bantalan khusus supaya tidak pecah saat kau berkendara." Nenek menjelaskan sejarah jam pasir itu.

"Oh, baiklah nek. Terima kasih." Aku menerimanya hati-hati dan memasukkannya ke dalam tasku.

Aku lalu memakai jaketku dan berpamitan pada nenek. Terlihat saat aku melaju pergi nenek pemilik toko antik itu terus melambaikan tangannya padaku.

'Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan padamu, Nek.' Doaku dalam hati.









Sesampainya di rumah aku melakukan rutinitasku yang biasanya. Agak sedikit berbeda karena ibu menyuruhku untuk memotong rumput halaman belakang malam-malam, sehingga aku tidak bisa belajar malam ini.

Karena badanku kotor, aku memutuskan untuk mandi. Setelah berganti baju, aku mengeluarkan jam pasir pemberian nenek tadi dari dalam kotaknya. Kuperhatikan dengan seksama bentuk dari jam pasir itu.

"Yap, ini keren." Aku berbicara sendiri sambil mengangkat jam pasir itu.

"Kalau tidak salah, nenek bilang naga biru itu mengatur jiwa ya. Hemm.. ah gak mungkin. Kalau bisa tukar saja aku dengan Juna supaya aku yang berpacaran sama Aru. Hahahaha..." Aku terus berbicara sendiri.

"Ah siapa peduli. Itu cuma takahayul dan dongeng turun menurun." Kataku sambil menaruh jam pasir itu sebagai hiasan dan pergi tidur.





......






Aku terbangun di pagi hari seperti biasa. Tapi kenapa alarm yang kudengar berbeda ya? Apa aku tidak sengaja merubah set alarm-nya ya? Aku meregangkan badanku di kasur. Kok langit-langit kamarku aneh, tapi aku tidak merasa asing dengan suasana kamar ini.

Ah, ya mungkin ini kamarku kali ya? Bangun tidur kan suka bikin linglung. Daripada itu aku harus bersiap. Ku berjalan ke kamar mandiku, tapi kok tidak ada? Aku melihat sekeliling kamar, tidak ada pintu kamar mandi. Begitu melihat tubuhku di cermin aku sangat terkejut sekali.

"AAAAAAAARRRRGGGHHH" Teriakku.

"Ke..ke..ke..kenapa?? Kenapa aku..kenapa tubuhku..kenapa aku berada ditubuh Arjunaaa??"








TBC.....

CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang