"Jangan Jess, cewe gue lagi disini"
"Tapi gue khawatir, Ian... Gue tetep mau datang"
"Jess, please ngertiin gue dulu kali ini."
"Tapi Ian... Kemarin lo kenapa pergi gitu aja? Hah? Lo gak tau gue se khawatir apa ? Lo ninggalin gue gitu aja, bikin semua orang ngeliatin gue, gue malu banget, Ian..."
"Tapi lo tetep pulang sama Dabin, kan?"ucap Ian
"Ian, apa salahnya sih gue jenguk? Gue sama anak-anak yang lain juga"
"Intinya lo gak boleh ikut, oke? Gue gak mau pokoknya"
"Gue tetep ikut"
"Jess... Lo bisa ngertiin gue gak? Kali ini aja"
"Gue gak bakal bocor, Ian. Gue juga gak bakal deket-deket sama lo kok nanti, gue cuma mau liat keadaan lo, gue khawatir, lo ngerti gak sih?!"
"Gue baik-baik aja, oke? Cewe gue perawat, lo gak ingat? Gue di rawat baik sama dia. Udah ya, lo gak usah ikut. Gue gak mau bikin cewe gue curiga"
"Oh... Gitu, lo sadar gak sama ucapan lo barusan?"
"Jess... Please... Kepala gue lagi sakit banget, lo gak usah ikut nambah-nambahin beban pikiran gue dulu. Nanti kalo ada waktu, kita ketemu. Gue lebih suka berduaan aja kalo sama lo, oke?"
"Lo sayang gak sih sama gue-"
"Sayang. Gue sayang sama lo. Jadi please. Nurut aja. Gue gak mau cewe gue curiga, kemarin kan kita udah bareng-bareng terus"ucap Ian, terdengar helaan nafas dari ponsel Ian.
"Iya deh. Gue juga sayang banget sama lo. Cepat sembuh, ya"
"Iya"ucap Ian, dengan cepat ia memutuskan panggilan itu, lalu keluar dari kamar mandi. Ia melihat Rosé masih tertidur di atas kasur.
Ian benar-benar bingung sekarang, dia selalu membenci dirinya jika sedang melakukan hal yang salah seperti ini, tapi dia tak bisa menghentikannya. Melihat wajah Rosé, membuat dia sangat benci pada dirinya sendiri, dia tau Rosé sangat mencintainya, dan tak pernah berpikir sedikit pun berniat untuk melihat pria lain selain dirinya.
Ian juga tak akan rela jika melihat Rosé bersama pria lain.
Saat sedang asik menatap wajah Rosé, tiba-tiba Rosé menggeliat. Perlahan, ia membuka matanya, yang langsung bertemu tatap dengan Ian, Ian melemparkan senyum nya. Rosé hendak ingin bangkit dari tidurnya, yang langsung dibantu oleh Ian. Mereka duduk berhadapan.
"Kamu kok bangun?"tanya Rosé, Ian tersenyum, dia mengecup bibir Rosé sekilas
"Aku kebangun tadi, mau ke kamar mandi"ucap Ian
"Udah enakan?"tanya Rosé, Ian menganggukkan kepalanya
"Temen-temen aku mau datang"ucap Ian
"Mau datang? Kenapa gak bilang dari tadi, sih?"ucap Rosé bergegas dari tempat tidur, Ian mengikutinya.
"Emangnya kenapa? Kamu mau ngapain?"tanya Ian, membuat Rosé menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ya mau beres-beres lah, temen kamu mau datang, gak mungkin berantakan"ucap Rosé
"Kan gak berantakan"ucap Ian
"Pokoknya di beresin lagi, sekalian nyiapin minum sama cemilan"ucap Rosé, Ian tersenyum. Dia sangat suka melihat sifat ke ibuan Rosé, menurutnya, Rosé adalah istri idaman sekali, oleh karena itu, salah satu set list di hidup nya adalah menikahi Rosé.
"Aku mau bantu"ucap Ian, Rosé langsung menarik tangan Ian untuk duduk di kursi yang ada di dapur.
"Jangan, nanti kamu pusing, duduk aja disitu, oke?"ucap Rosé
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Be Ur 911 Anymore [End]✅
Fanfic"What If" Dari cerita DENIAL Fyi DENIAL is not published yet.