Sudah seminggu Ian tetap berusaha untuk menemui Rosé. Tetapi tak pernah sekalipun mendapatkan kesempatan untuk bertemu. Rosé sangat pandai menghindari Ian. Dan selama seminggu itu pula Ian rasanya sangat hampa.
Ia tak bersemangat melakukan apapun, bahkan semua pekerjaannya ia anggurkan, untungnya para anggota yang ada di studio bisa mengerti pada Ian, karena Ian adalah boss mereka. Walaupun di belakang, mereka menghina Ian, dengan mengatakan itu adalah karma yang pantas Ian dapatkan.
Awalnya anggotanya tak terlalu mengkhawatirkan Ian, tetapi melihat Ian selama seminggu ini seperti mayat hidup, mereka mulai merasa khawatir. Mereka tak bisa terus mendiami boss nya itu, bagaimana pun Ian adalah boss sekaligus sahabat mereka.
Mereka berencana datang ke Apartement Ian hari ini, untuk menyemangati Ian agar Ian kembali seperti biasa, dan mencoba pelan-pelan untuk melupakan tentang hubungan asmaranya untuk sementara.
Tetapi, yang teman-teman Ian dapatkan hanyalah amukan Ian, saat mereka mengatakan untuk melupakan tentang Rosé sementara.
Dabin tak ingin mengeluarkan suaranya lagi, juga John. Jika Ian sudah begini, yang bisa mengeluarkan kata-kata yang mereka tahan hanyalah Scott. Jadi, lebih baik mereka menunggu Scott berbicara.
"Kita datang kesini baik-baik ngasih semangat ke lo itu karna kita masih punya hati, walaupun sebenarnya disini lo yang salah, kita udah bilangin dari awal, gak usah main-main. Lo pikir Rosé bakal mau balik lagi sama lo kalo lo aja gini-gini terus?"ucap Scott sudah dengan nada yang tak di lembut-lembutkan lagi.
"Jadi mau lo gue harus gimana, Scott?! Gue harus gimana, hah??!! Selama seminggu ini gue berusaha buat ketemu sama dia, pengen minta maaf dan ngejelasin semua-"
"Ngejelasin apa?! Lo emang brengsek! Kalo lo malah ngebahas itu lagi sama dia, dia malah makin muak sama lo!"ucap Scott, yang dapat membuat Ian terdiam seribu bahasa.
"Sekarang lo nyesel, kan?? Makanya, kalo temen ngasih saran dan pendapat itu di dengerin, jangan anggap remeh! Sekarang lo mikir gak gimana perasaan Rosé gimana? Dia udah baik banget bisa ngertiin lo selama dua tahun ini. Tapi lo malah milih buat mainin perasaan dia. Lo pikir dia bakal datang lagi? Lo pikir karena dia cinta, terus gak mikirin rasa sakit yang lo kasih ke dia? Lo mikir gak?! Hah?!"ucap Scott mengeluarkan unek-unek yang ia tahan selama Ian mengurung dirinya selama seminggu ini.
"IYA GUE NYESEL!! GUE NYESEL BANGET, ANJING!!! GUE GAK MAU KEHILANGAN DIA, GUE MAU DIA SCOTT! GIMANA PUN GUE MAU DIA BALIK SAMA GUE!!! GUE GAK BISA NGEJALANIN HIDUP TANPA DIA!!!"teriak Ian, lalu air matanya kembali menetes, pertama kalinya ia menangis di depan teman-temannya.
Dabin, John, dan Scott hanya menatap Ian nanar. Mereka tak tau lagi harus mengatakan apa. John tak tega melihat Ian seperti ini.
"Kita bakal bantu lo buat bicara baik-baik sama dia"ucap John akhirnya, Dabin dan Scott menatap John. Begitu juga dengan Ian yang langsung mengusap air matanya kasar.
"Dia terus ngehindar, gue udah coba selama seminggu ini"ucap Ian
"Iya, karna dia tau lo bakal nunggu dia terus di tempat biasa"ucap John.
"Sekarang gini aja, nanti kita bujuk dia biar mau ngomong sama lo. Tapi dengan catatan, lo gak boleh gegabah. Ini cuma buat ngomong biasa. Omongin masalah kalian, jujur sama dia, akui semua kesalahan lo, dan minta maaf. Inget, lo gak boleh gegabah, jangan sampai kontak fisik sama dia, soalnya dia pasti udah muak sama lo. Kalo lo sampe ngelewatin batas, harapan lo buat bicara baik-baik sama dia hangus. Ini bakal jadi penentu, dia masih mau bertahan sama lo, apa enggak"ucap Dabin, yang akhirnya membuka suaranya.
Ian langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gimana kalo nanti dia bakal milih buat ninggalin gue? Gue udah bilang, gue gak mau kehilangan dia"ucap Ian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Be Ur 911 Anymore [End]✅
Fiksi Penggemar"What If" Dari cerita DENIAL Fyi DENIAL is not published yet.