"Anjing!! Bangsat!! Sakit bangettt, siall!!"
"ROSÉ!!! ARGHHH!!! lo kenapa bisa sama dia sih, Anjing!!!"
"Mark bajingan!! Caper banget sama cewe gue, anjing!!!"
"Arghhhh!!! Bangsat!!!!"
"Ian!!! Udah!! Gila! Lo udah minum berapa botol, woiiii?!!"John yang menemani Ian malam ini di club mulai panik melihat Ian yang mulai menggila.
Ian juga bahkan mulai menyakiti dirinya sendiri dengan meninju-ninju meja dengan sangat keras, membuat tangannya sudah lumayan membiru.
"Sakittt banget John!!! Mereka kaya keluarga bahagia banget sama anak kecil itu. Mungkin Rosé pengen hal kaya gitu ya, John? Apa mungkin Rosé bakal milih Mark dari pada cowo gak jelas kaya aku ini? Tapi gak boleh, anjing!!!! Rosé harus milih gue John!! Harus gueeee!!! Argghhhhh bangsattt!!! Rosé!!!! Balik lagi sama gue pleaseeeee arrrrgghhh!!!"detik setelah itu, air mata Ian turun. Ia semakin meracau tak jelas dengan air matanya yang menetes.
John sedikit malu melihatnya, yang benar saja? Seorang Ian menangis? Orang-orang disana langsung berbisik-bisik, para perempuan bayaran langsung gencar mendekati Ian.
"Kamu kenapa ganteng? Lagi sedih, ya? Sini, cerita sama aku, yuk"ucap salah satu perempuan bayaran itu, ia mengusir perempuan bayaran lainnya yang juga hendak ingin mendekati Ian.
"Awas, anjing! Gue gak butuh lo!"ucap Ian, membuat John lumayan terkejut. Biasanya Ian paling tak bisa menolak godaan seperti ini, memang Ian melakukannya jika hanya sedang ada masalah dengan Rosé, itu pun tak sering, tetapi kali ini. Ia menolaknya bahkan saat ada masalah dengan Rosé.
Tak ingin menambah keributan, akhirnya John menyeret Ian keluar dari club itu. Sebenarnya John merasa kasihan melihat Ian seperti ini, tapi mau bagaimana lagi? Ian yang sudah menciptakan semua masalahnya ini.
Dengan susah payah, akhirnya John berhasil memasukkan Ian ke dalam mobilnya. Lalu ia memajukan mobilnya, berniat membawa Ian ke Apartement nya.
Selama di perjalanan, Ian tetap sangat kacau, menangis meraung-raung, dengan menggumamkan nama Rosé. Dan mengatakan bahwa ia sangat menyesal menjadi brengsek seperti ini.
John hanya bisa geleng-geleng kepala, ini sangat pantas di dapatkan Ian. John kembali mengingat wajah Rosé dan sikap manis nan lembut nya, membuatnya merasa sangat wajar Ian menyesal seperti orang gila saat ini. Kehilangan berlian seperti Rosé adalah masalah besar.
Tak terasa, mereka sudah sampai di Apartement Ian. John menghela nafasnya, sembari merenggangkan otot-otot tangannya untuk memapah tubuh Ian lagi.
Saat hendak sampai di depan pintu Apartement Ian, John tiba-tiba terhenti. Ia sangat terkejut dengan apa yang di lihatnya sekarang. Bahkan Ian yang awalnya sempoyongan tiba-tiba menjernihkan matanya, ia menarik tangannya yang ada di badan John.
"S-sayang? John, dia Rosé, kan?? Gue gak salah, kan??"
"I-iya. Kok dia bisa-"
"Gak usah ge er, gue cuma ngambil notes gue yang ketinggalan disini. Gue balik"
"Gak! Gak boleh, sayang... Please, bicara dulu sama aku, ya? Hm?"ucap Ian memohon, ia menahan sebelah tangan Rosé, membuat Rosé merasa was-was, ia sangat takut jika dia luluh, apalagi tak melihat wajah Ian berminggu.
"Gak ada yang mau di bicarain, Ian. Kita udah selesai, itu udah jelas"ucap Rosé menepis tangan Ian.
"Sayang... Pleaseee... Kamu gak liat seberantakan apa hidup aku belakangan ini?? Tolong, kasih aku kesempatann.. aku mohonnn"ucap Ian, sampai Ian terduduk memegang sebelah kaki Rosé.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Be Ur 911 Anymore [End]✅
Fanfic"What If" Dari cerita DENIAL Fyi DENIAL is not published yet.