(⁠◔⁠‿⁠◔⁠)

855 143 40
                                    

"Jadi nanti kamu bakal sibuk banget?Seharian?"tanya Ian, Rosé menganggukkan kepalanya.

"Kurang lebih gitu"ucap Rosé

"Seriusan seharian banget? Jadi waktu bareng sama aku gak ada?"tanya Ian.

"Ada sih, tapi cuma malam aja, soalnya aku masuk jadwal kaya biasa ke kampus, jam empat sampai jam delapan ke Rumah Sakit"ucap Rosé

"Sibuk banget sihh"rengek Ian, Rosé tersenyum ia menyentuh wajah Ian.

"Maaf ya, aku bakal sibuk banget sebulan ini"ucap Rosé

"Iya gapapa, bukan salah kamu. Yang penting kamu belajar bagus-bagus, aku gak akan keberatan dengan apapun yang berhubungan sama cita-cita kamu, karna aku tau, kamu kerja keras banget buat dapatin ini"ucap Ian tulus, Rosé tersentuh mendengar ucapan kekasihnya itu, ia membalas senyuman Ian.

"Kamu udah minum obat?"tanya Rosé mengusap wajah Ian lembut, Ian menggelengkan kepalanya, raut wajah Rosé berubah kesal, karena mengetahui kekasihnya belum meminum obat.

"Jangan marah! Aku nunggu kamu"ucap Ian dengan wajah cemberut, membuat Rosé tal tega apalagi dengan wajah Ian yang masih ada bekas-bekas luka, membuatnya semakin tak tega.

"Aku gak tega marahin kamu kalo lagi sakit, yaudah. Bentar aku ambilin obatnya, tapi kamu makan dulu, ya"ucap Rosé, Ian menganggukkan kepalanya dengan senyum manisnya.

Ian sangat suka jika Rosé sudah seperti ini, Rosé akan melakukan apapun dan tak akan bisa marah padanya jika sedang sakit, berbeda jika ia sedang tidak sakit. Terkadang, Ian merasa sedikit senang jika sakit, ia melupakan rasa sakit itu dan langsung mengingat Rosé akan bersikap seperti ini padanya.

Ian mengikuti Rosé ke dapur, ia duduk menunggu Rosé menyiapkan makanannya serta obatnya. Saat sedang menikmati pemandangan indah itu, ponsel Ian tiba-tiba berbunyi, Ian awalnya tak terlalu peduli, tapi saat melihat nama Jessica terpampang disana, Ian langsung panik. Ia beranjak dari tempat duduknya, menjauh dari Rosé.

"Jess, jangan telfon gue tiba-tiba gini"ucap Ian to the point. Membuat Jessica diseberang sana menggigit bibir bawahnya, rasa sakit itu muncul lagi.

"Ian, lo sadar gak sih sama ucapan lo barusan udah nyakitin gue? Lo pikir, karna gue mau jadi yang kedua, gue gak punya perasaan? Tolong jangan anggap cuma aku disini yang jadi penjahat, kalo emang lo sayang dan cinta banget sama cewe lo, sampe takut banget ketahuan, kenapa masih mau ngelakuin ini dari awal? Tanpa lo sadari lo juga penjahat."ucap Jessica

Ian mengerutkan keningnya. Bingung kenapa Jessica tiba-tiba seperti ini.

"Jess, lo kenapa sih tiba-tiba marah-marah gini?"

"Gue gak bakal marah, kalo lo gak ngomong kaya tadi. Emang kenapa kalo gue mau nelfon? Hubungan kita lebih dari kata temen, kalo lo lupa. Lo kemarin udah janji pas mau ngelakuin itu, lo gak nganggap gue cuma sebatas pemuas nafsu lo, kan? Karna cewe lo gak bisa ngelakuin-"

"Jessica! Shut the fuck up! Jaga mulut lo!"ucap Ian murka.

"Iann!!!" Panggilan Rosé dari dapur membuat Ian langsung mematikan sambungan telfon itu, sebelum ia pergi ke dapur, ia memblokir nomor Jessica untuk sementara waktu.

*****

Karena sebentar lagi Rosé akan melaksanakan Praktek Klinik, yang membuatnya akan semakin sibuk selama sebulan ke depan, Ian berencana untuk memberikan Rosé kejutan, seperti malam ini, Ian membawa Rosé ke salah satu restoran mewah, yang menjadi salah satu restoran favorit Rosé.

Setelah sekian lama Ian kembali mengajak Rosé makan malam di luar seperti ini, ditambah perlakuan manis dan romantis Ian. Rosé sejenak melupakan semua perlakuan buruk Ian, walaupun tersirat sebentar di benaknya, dimana setelah perlakuan manis seperti ini, Ian akan melakukan hal paling menyakitkan lagi.

Can't Be Ur 911 Anymore [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang