Awal

323 28 6
                                    

Gak tau caranya basa-basi, jadi langsung baca aja!

Happy reading

。。。。。🐺。。。。。

Seorang wanita dengan usia dipertengahan dua puluh tahun terbaring lemah ditempat tidurnya yang sederhana. Tubuhnya tampak kurus, pipinya tirus, dan pucat. Rambut hitamnya yang panjang terlihat lembut meski berantakan. Kepalanya bertumpu pada sepasang paha kekar milik suaminya.

Sepasang mata berwarna abu-abu gelap terbuka dan dengan tatapan sayu menatap suaminya yang juga tengah menunduk menatapnya. Seulas senyum tipis muncul dibibir wanita itu.

Tangan besar milik suaminya mengelus pipi tirusnya pelan. "Kenapa kau tersenyum, hm?" Tanyanya.

"Ka..rena a..ku bahagia." Jawab sang wanita terbata.

"Meski kau tengah sekarat seperti ini?"

Senyum sang wanita semakin melebar. Tangannya yang hanya tersisa kulit dan tulang itu terangkat. Berusaha menggapai pipi suaminya. Cukup sulit meski jaraknya tidaklah jauh. Suaminya yang mengerti pun membantu istrinya untuk menempatkan telapak tangan istrinya di pipinya.

"Se..tidak..nya aku ma..sih pu..nya kesem..patan la..gi." jawab sang wanita.

Sang suami hanya mengangguk kecil menyetujuinya. Meski begitu hatinya tetap teriris melihat kondisi istrinya yang memprihatinkan karena sebuah penyakit yang menggerogotinya. Dia tidak siap jika harus melihat orang yang dicintainya mati didepan matanya, meski dilain kesempatan dia bisa bertemu lagi dengannya.

"Rin?"

Yang dipanggil namanya tersadar dari lamunannya. "Ya?"

"Aku.. mencintaimu." Butuh usaha yang besar untuk mengucapkannya tanpa terbata sedikitpun.

"Aku tau. Aku juga mencintaimu, selalu." Jawab sang suami dengan senyum manis.

"Tung..gu a..ku sera..tus ta..hun lagi!"

Sang suami mengangguk. "Aku akan selalu menunggumu. Bahkan bila harus menunggu seribu tahun lagi, aku akan tetap melakukannya."

Sang wanita menutup matanya perlahan dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya. "Terima kasih!"

Tangan kurus digenggamannya melemas, namun dia tidak membiarkannya jatuh begitu saja. Dia terus menggenggamnya hingga beberapa saat. Lantas dia mengecup punggung tangan wanitanya sekilas sebelum meletakkannya diatas perutnya. Dia menyingkirkan rambut yang ada di dahi wanitanya dan mendekatkan wajahnya.

"Selamat tidur, sayang!" Bisiknya pelan dan mengecup keningnya.

。。。。。🐺。。。。。

Sepasang mata sipit terbuka. Cahaya matahari yang menerpa langsung ke wajahnya membuat warna matanya terlihat jelas. Warna hijau zamrud yang menawan.

Sang pemilik mata yang ternyata seorang pemuda itu bangun dari posisi awalnya yang berbaring beralaskan rumput. Dia mengacak rambut gelapnya untuk membersihkannya dari daun atau rumput kering yang menempel.

Pandangannya terangkat menatap langit biru yang cerah. Matahari telah condong ke sisi barat pertanda bahwa sebentar lagi sore akan datang.

Suna Rintarou, pemuda itu berdiri dan menatap kebawah. Suasana kota terlihat sesak saat dia melihatnya dari atas bukit kecil tempatnya berada saat ini.

The Bright Spot Between Us // SunaOsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang