Tanda Lahir

116 11 0
                                    

Happy reading


。。。。。🐺。。。。。




Sebuah bola bisbol terlempar jauh setelah dipukul menggunakan tongkat bisbol. Sang pemukul segera berlari menuju base atau tempat aman. Para penjaga lapangan mencoba mengejar dan menangkap bola itu. Suara riuh terdengar baik dari penonton dipinggir lapangan maupun dari para pemainnya sendiri.

Para pemain merupakan siswa yang mengenakan seragam olahraga. Sedangkan penontonnya hanya beberapa anak saja yang merupakan teman sekelas mereka yang tidak ikut bermain.

Mereka saat ini sedang ada pelajaran olahraga. Mengambil nilai lari jarak pendek dan lempar lembing serta teman-temannya. Karena pengambilan nilai telah selesai dan masih ada waktu kurang lebih setengah jam sebelum pelajaran selanjutnya, mereka memiliki waktu bebas. Akhirnya mereka memilih untuk bermain bisbol meski hanya sebentar. Itupun tidak wajib, hanya yang ingin ikut saja.

Suna duduk di bawah pohon untuk berteduh. Dia tidak ikut bermain karena sedang malas. Jadi yang dia lakukan adalah menonton dipinggir lapangan. Beberapa meter darinya para gadis dikelasnya juga tengah menonton dengan sesekali berseru heboh.

Giliran Osamu yang memukul bola. Dia sudah bersiap ditempatnya dengan tongkat pemukul ditangannya. Bola dilemparkan dan dengan cepat dipukul oleh Osamu. Bola melambung jauh, tanpa membuang waktu Osamu segera berlari. Dia bahkan bisa sampai di base dua karena bolanya terlempar cukup jauh. Dia juga membantu rekan timnya yang masih berada di base untuk kembali.

"Wah ... Osamu keren sekali!"

"OSAMU ... SEMANGAT!!"

"KYAA!! OSAMU!!"

Teriakan-teriakan dari para gadis untuk Osamu terus menguar di udara. Suna yang mendengarnya ingin sekali menutup mulut mereka semua agar tidak berisik. Apalagi yang mereka teriaki adalah pasangannya.

Suna tiba-tiba ingat dengan pesan singkat yang Atsumu kirimkan padanya dua hari yang lalu. Entah apa yang terjadi malam itu hingga Atsumu mengirimnya pesan dengan kata-kata yang aneh.

"Jika kau serius, segera dapatkan dia!"

Begitulah kira-kira pesan yang dikirim oleh Atsumu. Awalnya dia tidak paham, makannya diapun bertanya apa maksudnya.

"Jangan mempermainkannya!"

Suna semakin heran dengan jawaban yang diberikan oleh Atsumu. Dia tidak merasa bahwa telah mempermainkan Osamu. Dia juga sedang berusaha untuk mendapatkan kepercayaan Osamu. Memangnya Atsumu kira itu hal yang mudah?

"Aku sama sekali tidak mempermainkannya!" Jawab Suna. Tidak ada jawaban lagi setelahnya. Saat itu Suna hanya menghela nafasnya kasar.


Kembali ke saat ini.

Suna masih terus memperhatikan Osamu yang tengah bersiap untuk berlari lagi. Di posisinya bersiap Osamu mengangkat kaos olahraganya untuk menyeka keringat di wajah dan leher. Dengan ekspresi serius dan buliran keringat yang menetes membuatnya terlihat seksi dan menggoda.

Para gadis semakin gencar berteriak saat melihat perut Osamu yang terekspos.

Suna sudah sadar sejak awal bahwa Osamu juga lumayan populer sama seperti Atsumu. Bedanya hanya Osamu terlihat cuek dan enggan untuk menanggapinya.

Jika diperhatikan Osamu memang tampan, tubuhnya juga tinggi atletis dengan bodi yang lumayan. Jika diingat lagi, dulu pasangannya memang sedikit lebih tinggi daripada gadis seusianya. Tapi dia tidak pernah menyangka bahwa pasangannya bisa menjadi setinggi itu saat menjadi laki-laki.

The Bright Spot Between Us // SunaOsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang