Anak Kembar

207 19 3
                                    

Happy reading!!

。。。。。🐺。。。。。

Suasana malam yang damai. Sinar bulan menembus sebuah kaca jendela. Seolah ingin menyinari seisi ruangan namun dikalahkan oleh sinar dari lampu yang menggantung di langit-langit.

Sepasang anak kembar duduk bersisian didepan meja belajar masing-masing. Sang adik dengan surai abu-abu tengah sibuk mengerjakan tugas. Sedangkan sang kakak hanya menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan yang ada di atas meja.

Miya Osamu, pemuda itu mengambil satu buku tulis miliknya dan memukulkannya ke kepala Atsumu. "Jika ingin tidur selesaikan dulu tugasmu!" Tegurnya.

Atsumu hanya memiringkan kepalanya hingga menghadap sang adik. "Aku sudah menyelesaikannya." Jawabnya.

"Oh, ya?" Osamu hanya meliriknya sekilas. Merasa ragu dengan jawaban Atsumu yang tidak meyakinkan.

Merasa Osamu meremehkannya, Atsumu menegakkan tubuhnya. Dia mengambil buku tulisnya dan menunjukkannya kepada Osamu. "Su-dah se-le-sai!" Tekannya.

"Hm.. bagus lah." Sahut Osamu malas.

Atsumu hanya berdecak kesal. Dia menutup bukunya dan membereskan mejanya sekaligus memasukkan buku-buku yang akan dia bawa besok kedalam tas. Saat membuka tasnya, Atsumu melihat sesuatu dan baru mengingatnya. Diambilnya benda yang dilihatnya.

"Nih, untukmu!" Atsumu meletakkan benda itu didepan Osamu.

Sebuah kotak pipih, dibungkus dengan kertas berwarna merah muda bercorak garis vertikal merah marun, serta diikat dengan pita berwarna merah hati.

Osamu menaikkan sebelah alisnya. "Apa ini?" Tanyanya.

Atsumu hanya mengangkat bahu singkat. "Salah satu teman di kelasku menitipkannya untukmu."

Fyi, mereka beda kelas.

Tanpa mengatakan apapun, Osamu membuka kotak itu dengan cara merobek kertas pembungkusnya. Terpampanglah apa isi didalamnya. Sebuah coklat batangan dan selembar surat diatasnya.

Osamu membaca sekilas isi suratnya dan menuliskan sesuatu dibagian bawahnya. Setelah selesai dia melipatnya lagi dan menyerahkannya kepada Atsumu. "Kembalikan padanya!"

"Apa sekarang aku menjadi burung merpati penghantar surat?" Protes Atsumu. Meski begitu dia tetap mengambilnya. Ya, karena sejatinya Atsumu itu anak yang jahil, dia membuka surat tadi untuk melihat apa yang Osamu tulis.

"HA? KAU MENOLAKNYA??" Teriaknya lantang saat mendapati satu kata saja yang Osamu tulis. Yaitu kata "tidak" dan ditulis dengan huruf kapital semua.

Osamu menatapnya kesal. Bukan karena Atsumu membacanya, tapi karena teriakannya. "Karena aku tidak menyukainya." Jawab Osamu.

"Bagaimana bisa kau bilang tidak menyukainya, padahal kau belum bertemu dengannya?" Atsumu memasukkan kertas tadi kedalam tas agar tidak lupa.

"Justru itu, bagaimana aku bisa menyukainya kalau aku saja tidak tau seperti apa dia?"

"Kau menolaknya, tapi tetap menerima coklat pemberiannya?" Tanya Atsumu saat melihat Osamu membuka bungkus coklat tadi.

"Aku tidak mungkin menolak makanan yang diberikan padaku."

Atsumu kembali berdecak. Dia lebih memilih bangkit dari tempatnya dan menuju kasur. Mulai bersantai sembari bermain ponsel. Menunggu rasa kantuk datang.

"Oh, aku baru menyadarinya." Ucap Atsumu menarik perhatian Osamu. "Kau menolak perempuan, jangan-jangan kau..."

Osamu menaikkan sebelah alisnya, menunggu Atsumu melanjutkan ucapannya. "Aku kenapa?" Tanyanya saat Atsumu masih saja diam.

The Bright Spot Between Us // SunaOsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang