7

744 117 1
                                    

Hinata bahkan belum masuk ke dalam kantor, tapi helaan napasnya telah lebih dulu mengudara. Menunjukkan betapa enggan ia bergelut bersama pekerjaan -- andai saja tak mengingat jika dirinya hanya seorang karyawan rendahan yang harus mengutamakan profesionalitas dibanding keinginan hati.

Singkatnya, jika tak kerja, maka tak ada imbalan. Tak ada makanan serta keperluan hidup lainnya.

Padahal, ada yang berkata, menghela napas di awal hari merupakan sebuah larangan. Mungkin saja segala kegiatan tak akan berjalan baik dan hal sial bisa mengikuti. Tapi, Hinata akan coba tak peduli sama sekali.

Bersama langkah malas, ia menapak. Suasana lobi perusahaan terlihat normal seperti hari-hari biasa. Tak ada sesuatu yang menarik serta harus mendapat perhatian lebih.

Tapi, ketika Hinata berniat menuju lift, rentetan 'selamat pagi' yang terdengar beberapa kali, menggulir kepalanya agar menoleh dan ... sial.

Jika memang benar menghela napas adalah salah satu penyebab hal ini terjadi, maka, Hinata menyesal telah melakukannya.

Bukan apa, hanya saja, si pirang itu juga terlihat baru saja tiba, ditemani seorang pria lain di sebelahnya -- Nara Shikamaru -- dan sedang berjalan menuju ke arahnya -- atau tepatnya, bukan menuju Hinata, melainkan lift khusus yang berada tak jauh dari lift karyawan.

Berniat berpura-pura tak melihat, namun karena Sakura mendadak datang serta lebih dulu memberi sapaan pada sang atasan, mau tak mau, dengan sangat tak ingin, Hinata juga ikut membalikkan diri agar dapat menghadap pribadi-pribadi di sana.

"Selamat pagi, Direktur, Nara-san." Sakura terlalu bersemangat. Bagaimana tidak? Meski kerap berada di kantor, Naruto cukup jarang terlihat seperti ini. Jikapun ada yang bertemu dengannya, pasti hanya orang-orang yang terkena masalah dan berakhir dengan teguran yang membuat ingin memecahkan kepala. Jangan lupakan jika mulut Naruto sangat berbisa.

Hening terjadi.

Melalui tempatnya, Naruto tak menoleh serta hanya menunduk singkat untuk memberi tanggapan tanpa suara.

"Selamat pagi," Shikamaru-lah yang balas melihat dan memberi senyum manis untuk ditebar secara tipis.

"Selamat pagi." Sejenak, suara sapaan Hinata berhasil membuat Naruto menggulir kelereng biru melalui sudut mata, tanpa benar-benar mau menoleh secara penuh.

Jika Sakura menerima tundukan kepala, Hinata bahkan hanya menerima angin hampa tanpa gubrisan. Tak ada respon sama sekali, hingga membuat hati sedikit tercubit karena merasa tak dihargai. Tapi, untung saja Shikamaru mau menawarkan senyuman, hingga rasanya, usaha si rembulan jelita tak begitu sia-sia.

"Selamat pagi, Hyuga-san."

Tanpa menunggu interaksi lebih banyak, Naruto telah melengos masuk begitu saja setelah lift terbuka.

Diam-diam, Hinata mendengus dalam hati. Berniat menyerukan makian dalam kepala, namun belum sempat hal tersebut terjadi, Sakura sudah lebih dulu merangkul bahunya.

"Kau memiliki masalah denganku, Nona muda."

Sigap, Hinata coba melepaskan diri. Tetapi, lengan sang sahabat sungguh mengunci pergerakan dengan tak main-main.

.

.

"Seperti bukan dirimu saja."

Naruto menyadari sesuatu. Jika biasanya Shikamaru selalu terlihat malas -- baik dari tindakan dan perkataan, namun ketika membalas sapaan Hinata tadi, suaranya menjadi lebih dalam dan lembut.

Teori yang pernah Naruto dengar, jika seorang pria berubah manis dan terlihat lebih berwibawa ketika sedang berhadapan dengan lawan jenis, maka artinya, ia menyimpan suatu ketertarikan.

Marriage Without Dating - NaruHina [ M ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang