15

969 104 7
                                    

"Mobilnya mati."

"A-Apa?"

Pandangan mereka bertemu sesaat. Naruto berdecih kesal. Apa-apaan mereka berani menyewakan mobil rongsokan seperti ini? Belum lagi dengan biaya sewa lumayan mahal. Benar-benar tidak berguna!

"Jadi, bagaimana?" Hinata melanjutkan pertanyaan.

"Bagaimana lagi? Kita terjebak."

Mendengar jawaban yang diberikan, Hinata menjadi panik di tempat duduk. Keberadaan mereka berpijak saat ini merupakan lokasi yang asing. Ia takut dengan hal-hal buruk yang bisa menjadi kemungkinan, apalagi, area yang mereka diami terlihat sangat menakutkan. Remang dan sepi.

"Pinjam ponselmu."

Hinata memandang tak paham ketika Naruto mengulur telapak tangan.

"Ponselku lowbat dan baru saja mati. Aku akan menghubungi seseorang agar datang menjemput."

Dengan segera, Hinata merogoh tas tangan. Baru saja ponselnya diserahkan dan menampilkan wallpaper animasi kelinci, sedetik kemudian, sinyal tanda baterai kosong juga terpampang dan disusul dengan layar yang mati dengan sendirinya.

Naruto mendecak lidah kesekian kali dan mengembalikan pada sang empunya dengan suasana hati semakin buruk.

"Bagaimana ini?" Hinata bertanya hal yang sama.

"Entahlah," dan Naruto menjawab seakan telah pasrah dengan keadaan.

Suasana begitu senyap. Jalanan di hadapan mereka sangat lengang tanpa eksistensi apa pun. Lampu jalan dalam jarak lima meter di depan sana menjadi sumber cahaya seadanya, tetapi, cukup bagi Hinata untuk melihat wajah datar Naruto dari tempatnya berada.

Waktu berjalan kian jauh. Udara yang memeluk -- terasa semakin dingin. Hujan masih saja belum reda.

Bosan tak ada yang bisa dilakukan, Hinata coba untuk membuka pembahasan meski mungkin terasa tak pantas. Lagi pula, tak ada hal lain yang bisa mereka perbuat saat ini.

"Um ... Direktur?"

Naruto bergumam tanpa membuka belahan bibir. Pandangannya lurus ke depan dengan kepala yang disandarkan pada jok.

"Maaf jika aku lancang bertanya ini, tapi, apa Anda ... ngh ... maksudku, sekretaris Tuan Sabaku--ma-maksudku itu, apa--" Hah ... sial. Hinata tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Mereka kembali terdiam untuk sesaat.

"Ada hubungan apa aku dengannya?"

Naruto mengenai sasaran utama. Hinata hanya menunduk pelan tanpa suara -- yang Naruto anggap sebagai jawaban.

"Dia mantan kekasihku."

Jawaban singkat yang berhasil membuat Hinata kembali mendongak.

"Kami berpisah karena dia mengakhiri hubungan secara sepihak dengan alasan ketidakcocokan, di saat aku mulai serius padanya."

Tanpa sadar, Hinata menekuk bibir. Tolong ingat kembali pertanyaannya. Naruto paham jika pertanyaan Hinata hanya merujuk pada 'siapa' bukan 'mengapa', yang artinya hanya ada 'sebutkan' tanpa ada 'jelaskan'.

Lagi pula, Hinata tak ingin tahu apa alasan mereka berpisah dan seberapa besar perasaan Naruto terhadapnya.

"Hm," dan hanya respon singkat tersebut yang Hinata beri setelahnya.

Naruto melirik. "Kenapa?"

"Apa?"

"Kau terdengar sinis."

Hinata balas menatap. "Perasaan Anda saja."

Sekali lagi, suasana membawa mereka pada kebisuan selama beberapa saat -- sampai Naruto membuka mulut kembali.

Marriage Without Dating - NaruHina [ M ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang