Nine

134 18 1
                                    

Aku memandang langit-langit malam di sudut balkon mansion yang baru-baru ini kubeli bersama Peter. Alasan aku lebih memilih mansion ini bukan karena fasilitasnya yang mewah. Spotnya yang terdapat di atas perbukitan mengarah langsung pada keramaian kota di bawah sana membuatku tak ingin melepaskan mansion ini. Hah, cahaya purnama malam ini benar-benar indah. 

Angin berhembus perlahan. Peter muncul di sampingku. Satu tangannya memegang sebuah buku bertuliskan 'Singing Over Death', sebuah novel karya penulis terkenal, Jane Seille. Aku teringat bahwa aku pernah membacanya. Novel misteri berlatar tahun 1500an itu menceritakan seorang gadis buta yang dituduh sebagai penyihir karena membunuh satu keluarga bangsawan. Rumornya, novel ini terinspirasi dari kejadian nyata 100 tahun silam di New Marine.

"Aku rasa kau benar-benar tertarik dengannya" sindirku

Peter menyadari maksudku. Ia tersenyum tipis.

"Ya, bagaimana tidak. Kejadian dalam cerita ini tepat dengan hari kelahiranmu, kan" tekannya

"Sepertinya kau memang tahu banyak. Tak heran jika kau dianggap yang paling genius" 

Aku melirik ke arahnya sejenak dan kembali pada cahaya rembulan yang selalu menarik perhatianku. "Aku bahkan tidak sepenasaran itu meskipun rumor yang dikatakan orang-orang itu sekalipun benar" lanjutku

"Kita hidup lebih lama dari manusia. Tentu saja kita tahu banyak hal yang telah terjadi di dunia ini" ujar Peter sembari menatap novelnya itu.

"Jadi, apa yang kau inginkan? Aku tahu kau bukanlah orang yang akan berbasa-basi seperti ini"

Peter terdiam, ia kemudian menoleh ke arahku dan menatapku dalam.

"Siang tadi semenjak di rumah teater kau pergi kemana?"

Aku tak membalas pertanyaannya.

"Aku tak berniat mengusikmu. Tetapi, apa ada hal yang sedang kau sembunyikan?"

Wajah Peter kini benar-benar menginterupsiku.

"Aku pergi bersama seseorang" ungkapku

"Kau membunuhnya?" tebaknya

"Tidak"

"Ethan, ingatlah. Apa pun yang sedang kau sembunyikan aku tak peduli"

"Hanya satu," Peter mengecilkan suaranya hampir seperti berbisik. "kuharap kau tetap fokus dengan apa yang akan kita lakukan"

⛧•˖⁺‧₊˚♡˚₊‧⁺˖•˖⁺‧₊˚♡˚₊‧⁺˖•⛧

AKHHHH 

"SIALAN!"

"DASAR WANITA SIALAN!"

Gisella. Gadis itu terus berteriak-teriak frustrasi seolah telah hilang akal semenjak beberapa waktu lalu kembali dari kelas baletnya. 

Melempari segala furnitur mahal yang terdapat dikamarnya, amarahnya tak akan pernah bisa padam ketika ia kembali teringat bagaimana lawannya berjalan melewatinya.

"BISA-BISANYA DIA MENGGANTIKANKU"

PRANKKK

"WANITA ITU TAK PANTAS MENDAPATKAN PERAN ITU"

Para pelayan tak ada yang berani menghentikannya. Bahkan beberapa dari mereka sudah menjadi korban dari kemarahan gadis itu. 

"Apa kalian semua tahu? Aku beberapa kali tampil dan sukses menyita perhatian" Ia menatap dirinya di dalam cermin dan tersenyum lebar. "Aku adalah Giselle terbaik tahun ini" 

"Tapi semenjak wanita itu muncul kembali," senyumnya memudar ekspresinya kini kembali berubah kesal. Ia mendatangi salah satu pelayannya dan menarik rambutnya dengan kasar.

Velvet Night Fate : The Violet Heart [Ddeungromi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang