5. Kejadian apa?

223 23 6
                                    


Havza mulai menyapu lantai kotor itu dengan telaten, dari pojok sampai batas bagiannya. Lalu mengulang hal yang sama sampai bagiannya selesai.

"Ivyy, nih sapunya!" teriak Havza.

"Iyaaa!" Arshaka berlari menghampiri Havza, sempat hampir oleng kalau dia tidak bisa menahan tubuhnya.

"Ivyy lain kali hati-hati, untung ga jatuh, kalau jatuh sakit." omel Havza, Arshaka yang di omelin hanya cengengesan dan mengambil sapu lalu menyapu.

Jeano melihat Arshaka, bagaimana cara Arshaka menyapu, mengelap keringat yang mengucur karena memang di sini tidak ada kipas atau pendingin ruangan. Entah mengapa, semua yang di lakukan Arshaka menarik bagi Jeano. Jeano tersenyum gemas kala melihat Arshaka terjingkat kaget saat mendengar teriakan Harsa.

"Ivyy awas, kecoa!" teriak Afrel membuat Arshaka menatap kebawah, dan benar saja, ada kecoa melintas di kakinya. Dia sebenarnya juga takut, tapi selagi tidak terbang dia masih bisa menahan.

Junan mengendap-endap kearah kecoa itu, lalu menapoknya dengan sepatu yang entah milik siapa. Namun naasnya, kecoa itu gagal di bunuh, karena dia terbang menuju Arshaka. Arshaka yang melihat bahaya lantas mendelik takut, berteriak kencang dan berlari saat sadar kecoa itu seperti mengejarnya.

"Mamaa!" teriak Arshaka seraya berlari kencang.

"Shaka jangan lari!" teriak Jeano. Karena ia melihat pel yang tidak sengaja di jatuhkan Dama saat melihat kecoa.

Arshaka hampir menginjak pel tersebut jika Jeano tidak menarik Arshaka kedalam pelukannya. Modus Jeano aja sih itu.

"Lo ga papa? Lain kali jangan lari, itu pel kalau lo injek lo kepleset. Tapi lo beneran ga papa kan Sha?" oceh Jeano panjang lebar dengan raut khawatirnya.

Arshaka mengerjap sebentar, "engga papa kok, makasih ya, Jeano." ujar Arshaka seraya tersenyum manis. Pelukan mereka belum terlepas ngomong-ngomong.

"Ekhem, maaf ya, tapi itu PINGGANG SAHABAT GW JANGAN DI PELUK BANGSAT!"  teriak Harsa. Kemudian dua kaum adam beda posisi ini melepaskan pelukan mereka.

"Aca harusnya ga usah teriak, kaget.." cicit Arshaka.

"Ga peduli. Dan buat lo, Jeano Albert, sekali lagi sentuh Arshaka putra krasivyy, gw jamin besok tangan lo ga bisa gerak!" sentak Harsa pada Jeano.

"Sa, udah anjir, kasian teme-"

"Diem, Junan aksara." potong Jinan cepat. Bahaya jika Harsa dan Junan bertengkar, Bisa-bisa dunia hancur.

Junan yang mendengar intonasi datar kakak kembarnya terdiam. Benar, seharusnya dia tidak ikutan menyulut emosi Harsa.

Sementara Jeano diam, ia bingung harus berbuat apa. Banyak pertanyaan di benaknya, siapa Harsa? Kok dia teriak waktu gw peluk Shaka, shaka-nya biasa aja tuh, napa dia marah? Apa Shaka punya hal buruk di masa lalu-nya? Atau hubungan Harsa sama shaka ga sekedar teman ya?

Jeano menggeleng saat pertanyaan terakhirnya terbesit. ga mungkin, soalnya Harsa tadi nangis waktu Havza nangis, bahkan di peluk Junan. Fikirnya lagi.

"Jeano, maafin Aca ya, dia emang sedikit tempramen kalau soal physical touch. Apalagi ke aku." kalimat Arshaka yang terakhir di lanjutkan di dalam hati tentunya.

Jeano tersenyum, "iya, gapapa kok sha, Harsa pasti takut lo kenapa-napa." ujar Jeano.

Mereka semua melanjutkan hukuman mereka, satu jam kemudian mereka selesai, mereka langsung menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang kembali lapar setelah bersih-bersih.

Harsa dan Arshaka masih diam-diaman, Harsa yang khawatir dan Arshaka yang tak tau harus bagaimana itu membuat suasana di antara mereka menjadi canggung. Sungguh, Arshaka tidak suka suasana canggung.

FUTSAL | Jaesahi [treasure ft. mashidam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang