BAB 7 (Kehilangan kendali)

66 21 3
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholi ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!

"Berjuanglah kamu melawan hawa nafsumu sebagaimana kamu berjuang melawan musuh-musuhmu.''

HAPPY READING!!

*******

Hari ini tepatnya hari Minggu, sudah dua hari Hanna mengurung diri di kamarnya, gadis itu enggan keluar bertemu dengan sang Ayah.

Meskipun sang Bunda sudah membujuk gadis itu, tapi Hanna tetap kekeuh dalam pendiriannya. Hatinya masih belum memaafkan Ayahnya, apalagi Ayahnya tidak pernah sekalipun bertanya dengan keadaannya sekarang ini.

Tok!

Tok!

"Sayang? Bunda masuk, ya?" teriak seseorang dari depan pintu kamar gadis itu.

Hanna tidak menjawab, melainkan ia malah menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal.

"Sayang? Makan dulu, ya? Dari kemarin kamu cuman makan, satu kali." buju Bunda Hania pada putrinya.

Hanna tetap bergeming, mencoba untuk tidak menghiraukan ucapan Bundanya.

"Sayang Hanna? Dengarkan Bunda, Ayah sudah benar menjodohkan kamu dengan pria itu. Bunda yakin, setelah kamu hidup berumah tangga dengannya, kamu akan bahagia. Percaya sama Bunda!" kata Bunda Hania pada Hanna, mencoba  untuk meyakinkan gadis itu.

Hanna membuka selimut yang menutupi wajahnya, objek pertama yang dia lihat adalah sang Bunda dengan senyum menghiasi wajahnya yang cantik.

"Bunda? Kenapa Bunda tidak pernah menanyakan, keadaan Uno?" tanya gadis itu menatap Bunda Hania.

Bunda Hania tertegun sejenak mendengar penuturan putrinya, "Baiklah, Bunda akan bertanya. Bagaimana dengan keadaan Nuno sekarang?"

Hanna tersenyum, "Dia sudah pergi Bunda. Dia pergi meninggalkan Hanna,"

Bunda Hania menatap heran putrinya, "Pergi? Dia pergi ke mana? Kenapa Bunda tidak tahu jika dia pergi?" tanya Bunda Hania sedikit tidak mengerti dengan jawaban putrinya.

"Kenapa, Bunda baru menyadarinya sekarang? Sudah dua Minggu ini. Uno hilang di laut BUNDA!"

"BUNDA TIDAK PERNAH BERTANYA KEADAAN NUNO, APAKAH NUNO BAIK-BAIK SAJA? NUNO ITU KEKASIH HANNA Bunda ...," lanjutnya lagi, dengan memelankan suaranya di akhir kata. Kembali gadis itu terisak di hadapan sang Bunda.

Bunda Hania menatap sang putri tak percaya, jadi pria yang telah menjadi kekasih putrinya itu telah pergi meninggal dunia?

"H-hanna maafkan Bunda, m-maaf ...,"

"Sakit Bunda ... sakit ...,"

"Ayah egois, Bunda! Dia tidak memikirkan perasaan Hanna, di saat Hanna belum lama kehilangan Nuno, Ayah sudah menjodohkan Hanna dengan pria yang Hanna saja tidak tahu!"  raung Hanna lagi dengan terus terisak.

Bunda Hania menatap putrinya dengan sendu, ia tidak tahu jika hati putrinya tengah terluka dengan kehilangan seseorang, yang putrinya sangat cintai.

Hanna terisak cukup lama, membuatnya tak sadar tertidur setelah menangis, meluapkan isi hatinya pada sang Bunda.

Bunda Hania mengelus surai rambut Hanna, setelah itu wanita paruh baya itu pergi keluar dari kamar putrinya dengan membawa nampan berisi makanan yang masih utuh.

Pria Laut Sang Nahkoda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang