BAB. 19 (Mengiklaskan)

80 15 35
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholi ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!!

"Dia yg memintaku berjanji untuk tidak meninggalkannya, tapi justru dia yang memintaku meninggalkannya"
-Nuno

HAPPY READING!!

*****

Khatar saat ini berada di rumah sakit, bersama dengan para polisi yang tadi ikut bersamanya mencari sang istri di hutan. Bagaimana bisa Khatar mengetahui jika istrinya dinyatakan hilang? Tentunya setelah Khatar pulang dari melaut, pria itu di beritahu oleh sang umma jika istrinya sudah lama tidak pulang, bahkan mertuanya saja tidak tahu perempuan itu pergi ke mana.

Akhirnya Khatar yang mendengar itu sontak langsung menghubungi polisi untuk mencari keberadaan istrinya, dari mulai tempat terakhir yang istrinya kunjungi dan lokasi GPS yang masih hidup di ponsel milik sang istri. Lokasi tersebut terdapat di daerah pedalaman, tempatnya di hutan yang sangat jauh dari tempatnya tinggal.

Allah masih memberi jalan keluar untuk Hanna, supaya perempuan itu keluar dengan selamat. Ucapan syukur selalu terucap di bibir Khatar sebab hanya itulah yang bisa ia lakukan untuk berterima kasih kepada tuhan pemilik segala sesuatu.

"Pak, terima kasih atas kerja samanya. Saya menutup kasus penculikan yang terjadi pada istri saya, yang terpenting istri saya sudah di temukan." ujar Khatar pada ke tiga polisi di hadapannya.

Terlihat salah satu polisi yang bertubuh besar, tegap dan tinggi itu hanya mengangguk sambil berucap. "Baik pak. Kalau begitu selamat atas di temukan istrinya bapak, kami semua turut bahagia. jika ada apa-apa beritahu kami lagi, karena memang sudah tanggung jawab kami sebagai polisi, menjaga keselamatan masyarakat."

Khatar mengangguk sambil tersenyum tipis, ke tiga polisi itu kemudian pergi dari hadapan Khatar. Hembusan napas gusar terdengar dari pria itu, Khatar duduk di kursi rumah sakit dengan raut wajah yang sulit dijelaskan.

"Allah, semoga istriku baik-baik saja." gumam Khatar sambil mengusap wajahnya pelan.

"Boleh bicara sebentar?"

Khatar mendongak menatap ke arah seseorang yang sepertinya berkata kepadanya. Tatapan Khatar meneliti pemuda yang tengah berdiri tegap berada di depannya, dengan pakaian rumah sakit yang melekat pada tubuhnya tak lupa botol infus berada di genggamannya.

"Kamu bicara dengan saya?" tanya Khatar sambil menaik turunkan alisnya.

Pemuda itu hanya diam, kakinya melangkah duduk di kursi panjang yang tengah Khatar duduki juga, pemuda itu duduk tidak jauh dengan Khatar. Dalam diri pemuda itu tengah meyakinkan niatnya datang menemui pria di sampingnya itu hanya untuk menyampaikan sesuatu yang masih tampak ragu untuk di ucapkan.

"Jawab jujur, apa benar lo suaminya Hanna?" beberapa kata tampak lolos dari bibir pemuda itu yang terlihat sangat pucat.

Khatar mengangguk tanpa menoleh, "Benar, kami sudah menikah dan kamu tidak usah datang kembali untuk menemui istri saya."

"Lo hebat bisa dapetin Hanna dengan mudah,"

Khatar di buat tidak mengerti dengan ucapan pemuda di sebelahnya, "Apa maksudmu?" tanya Khatar menoleh sekilas pada pemuda itu.

Terlihat pemuda itu tampak terkekeh kecil, "Gue cuman pengen lo jangan pernah sakitin Hanna. Lo harus janji sama gue, karena setelah ini gue gak bakal ada lagi buat dia, sekarang lo yang akan selalu bersama dia,"

Pria Laut Sang Nahkoda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang