Bab II - Kamu Aneh

68 31 11
                                    

"Iqbal ! lo ngak punya rasa manusiawi?" tanya Key tak terima.

"Punya kok!"

"Terus tadi sikap lo ke Eva itu bisa dibilang manusiawi?"

"Terserah lo aja sih!" jawab Iqbal santai.

"Plis! jawab dengan jujur, lo suka Eva kan?"

Iqbal menatap Key tanpa sepeser katapun yang keluar dari mulutnya, ia terlihat linglung.

"Dahlah Key! ngak guna interogasi orang kayak Iqbal, pahami perasaan sendiri aja ngak bisa!" komentar Arhan.

"Diem!" tegas Iqbal.

"Atau jangan-jangan lo iri karena Eva terpilih sebagai perwakilan sekolah dalam program pertukaran  pelajar di Kediri?"

BUGH!!!
Sesak rasanya mendengar pernyataan Key.

"Argh! Key berhasil baca pikiran gue!" batin Iqbal.

Key menghela nafas kasar.

"Seru juga kisah lo!" ucap Key pelan.

"Suka sama saingan sendiri emang agak laen rasanya!" sambung Arhan.

Iqbal hanya diam tak berkutik sedikitpun.

"Hidup di dalam kehampaan, itu rekomendasi judul buat certain kisah lo!" tambah Key dengan artikulasi yang jelas.

Melihat Iqbal tak merespon, Key memilih diam begitupun dengan Arhan.

Senyap.

"Hey anak muda!" ucap Pak Agus sambil menepuk pundak Arhan dan Key.

"Astagfirullah!" ucap ketiganya bersamaan.

"Pak Agus hobi banget ngagetin!" omel Key.

"Saya ngak ada niat ngagetin sama sekali, cuma pengen ajak kalian makan seblak!"

Key tersenyum sampai matanya nyaris tak terlihat.

"Seblaknya ada 4 porsi gak pak?"

"bukan 4 tapi 5!"

"loh kok lebih?" tanya Arhan.

"Karena Key kalu makan sukanya 2 porsi!" jelas Pak Agus diselingi gelak tawa dari yang lainnya.

🍂🍎🍂

Sekret OSIS, tempat ini menjadi wadah perkumpulan ide-ide pengurus yang akan dituangkan dalam bentuk kegiatan dan tentunya memerlukan perencanaan bukan perwacanaan.

"KO-MI-SI PE-MILIHAN O-SIS" Ucap Rifal mengeja tulisan yang sedang ditulis oleh Wahyu ketua OSIS yang akan berakhir masa jabatannya.

"Kita langsung to the point, di pertemuan kali ini kita akan bahas tentang persiapan pemilihan OSIS periode berikutnya," buka Wahyu.

Aurel gadis berkacamata yang duduk di samping kanan Pembina OSIS Tengah sibuk mencatat pada sebuah buku tebal itu wajar karena dia adalah sekretaris umum di organisasi ini.

"Kepanitiaan kita kali ini hanya dikhususkan untuk pengurus kelas XII saja, bagi yang lainnya kalian diberi hak untuk maju menjadi kandidat bukan hanya dari pengurus melainkan dari siswa di luar pengurus juga bisa berpartisipasi! selebihnya keputusan ini dapat terubah bila mana dibutuhkan!"

Iqbal mengangguk paham mendengar penjelasan Wahyu ketuanya.

"Untuk lebih terarahnya pertemuan kita pada pagi hari ini, kami persilahkan kepada bapak Sutrisno,S.S. selaku Pembina OSIS untuk memberikan arahan lebih lanjut, baik bagi panitia maupun bagi yang akan menjadi kandidat kedepannya, kepada bapak Sutrisno,S.S. kami persilahkan dengan hormat"

Terlebih dahulu pak Sutrisno tersenyum kepada semua pengurus yang hadir sebelum mengucapkan salam. Hal itu menjadi ciri khas tersendiri bagi beliau.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh"

"Waalaikummussalam Warahmatullahi Wabarakatuh" jawab yang lainnya bersamaan.

*TOK,TOK,TOK!*

Suara ketukam berhasil mengambil alih semua perhatian pengurus. Iqbal yang duduk dekat dengan pintu segera membuka pintu sesuai instruksi Pak Sutrisno.

"Pegangin bentar!" diberinya buku catatannya pada Bella yang duduk di sampingnya.

"Assalamualaikum, maaf mengganggu Pak, boleh saya masuk?" tanya Eva sopan dengan menggunakan seragam lengkap yang biasanya digunakan pada hari senin.

"Waalaikum salam, boleh! masuk sini, ada perlu apa?"

Eva melangkah masuk, membuat Iqbal tak berpindah posisi.

"Eva ijin pamit pak, mohon doa restunya!" Ungkap Eva sambil mencium tangan Pak Sutrisno.

"In sha Allah, kamu juga baik-baik di kampung orang yah!"

"Terima kasih pak! kalau begitu Eva pamit pak, maaf sudah mengganggu sebelumnya pak!"

Eva berbalik menuju pintu, barulah ia tersadar ternyata yang membuka pintu untuknya tadi adaalh Iqbal karena ia masih berada di posisi yang sama.

Pada saat langkahnya sejajar dengan Iqbal, Eva memilh menatap Iqbal, seakan- akan tatapannya tersirat makna bahwasanya ia pamit, Iqbal juga menatap Eva. Tanpa basa-basi Iqbal langsung menutup pintu Sekret setelah Eva keluar.

🍂🍎🍂

VALUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang