BAB V - FIGURAN

49 27 7
                                    


"Eits, tapi kayaknya ada yang ganjal dari kepanitiaan kalian deh!" ucap Eva menyadari satu hal.

"Memangnya kenapa kak?" Alfin yang sedari tadi diam akhirnya buka mulut.

"Bukannya berdasarkan hasil rapat, kepanitiaan kali ini dikhususkan untuk siswa kelas XII?"

"Ouh! persoalan itu!" jawab Irfan.

Eva mengangguk, yang lainnya pun fokus menatap Irfan karena mereka tidak tahu sama sekali alasan mereka menjadi panitia.

"Karena siswa kelas XII semuanya sedang fokus persiapan ujian sekolah!" jelas Irfan.

"Bukannya masih lama?" tanya Evan.

"Mereka perlu persiapan yang matang tentunya!" jawab Irfan.

"Eits, satu lagi! kalian ngak bohong ke gue kan kalau sampai saat ini cuma Iqbal yang daftar jadi cikal bakal calon?" tanya Eva menyelidik.

"Dari 59 formulir yang kami siapkan, cuma kak Iqbal yang ambil formulir dan itu benar sesuai dengan fakta yang terjadi!" Reyhan berusaha menyampaikan fakta.

"Kok teman cowok seangkatan kak Eva gak ada yang berani daftarin diri sih! kalau kayak gini kan gak seru!!!" omel Naura pada Eva.

Eva menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya.

"Sekarang tekad gue udah bulat! demi menjaga nama baik angkatan, Eva siap menyukseskan pemilihan Ketua OSIS Periode ini!"

Seisi ruangan bertepuk tangan mengapresiasi Eva.

"Nau! boleh minta pulpen?" tanya Eva.

"Tunggu sebentar kak!" Naura bergegas mengambil pulpen di laci meja yang berada di sudut ruangan.

🍂🍎🍂

"Eva cuaca disana gimana?" tanya Friska excited.

"Tempat foto spot terbaik disana ada dimana Va?" tanya Amel tak mau kalah.

"Gramedia! disana ada Gramedia kan Va?" tanya Lula.

"Sehari habis berapa?" tanya Vanya.

"Lo punya kontak temen cowok lo yang disana? bagi dong!" bujuk Zara.

Belum ada satupun pertanyaan yang dijawab oleh Eva. Pasalnya mereka tidak memberi jeda sedikitpun pada Eva.

"Hai Eva!"

Bella menatap kebelakang, ternyata Iqbal.

"Ladies! cabut yuk!" ajak Bella.

Mereka semua berbalik menatap Iqbal dengan tatapan melotot, lalu meninggalkan keduanya di teras kelas.

"Bye Eva!" ucap Zara dengan nada meledek.

"Gue boleh duduk?"

"Why not?" jawab Eva.

Iqbal berusaha memperbaiki posisi duduknya memastikan ia tetap tegak.

"Hm....jadi gini!"

Eva mengangkat sebelah alisnya.

"Gini, jadi gini........ maksud gue gini!" Iqbal berusaha menerangkan sesuatu pada Eva namun terganggu oleh kegugupannya sendiri.

"Ya Allah, Iqbal ini gantengnya gak pake obeng!" batin Eva.

Eva terkekeh.

"Poin pertama tenang! memangnya lo mau ngomong apa?" Eva berusaha menenangkan Iqbal walaupun sebenarnya keadaannya juga demikian.

Iqbal menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.

"Hm...kalau gitu gue duluan!" Eva berusaha memberi solusi.

VALUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang