Situasi kelas seperti biasa, proses belajar mengajar berlangsung khidmat. Tapi hal itu tidak dirasakan oleh Eva sejak 3 semester pertama ia duduk di bangku SMA."Bella!" bisik Eva.
Bella menoleh ke arah kanan dan tidak sengaja bertatapan dengan Iqbal yang merupakan siswa populer saat ini. Iqbal duduk disebelah kiri Eva dengan denah kelas berbentuk huruf U, jadi wajar jika Eva hanya selalu menoleh ke kanan karena ia malu pada Iqbal.
Bella menggelengkan kepalanya,spontan berkata,
"Aaaaa?" tanya Bella pada Eva.
"Ngak jadi!" ini sudah kesembilan kalinya Eva melakukan hal yang sama sejak satu jam pelajaran dimulai.
Keduanya kembali fokus mengerjakan 30 soal sejarah, dimana sisa 15 menit dari waktu pengerjaan.
"Eva!Eva!"
Eva menelan ludah, menarik nafas sepelan mungkin lalu memberanikan diri menoleh ke sumber suara.
"Kenapa?" Eva berusaha mengontrol ekspresinya.
Iqbal tersenyum sampai lesung pipinya terlihat jelas. Ouh betapa manisnya pemuda yang satu ini.
"Ya Rabb!" teriak Eva di dalam hati, sambil mencubit pahanya guna mengantisipasi pergerakan di luar prediksi BMKG.
"Bagi jawaban nomor 33!" pinta Iqbal dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Oh iya boleh!" Eva dengan sigap memeriksa jawabannya.
Sedangkan Iqbal dan Key sedang berusaha menahan tawa takut mengganggu teman-teman lainnya. Finally Eva sadar kalau,
"Iqbal lo pengen jahilin gue? jelas-jelas soalnya hanya ada 30 nomor!"
"Oh iya juga sih, astaga gue lupa! sorry Eva, dimaafin yah?" pinta Iqbal dengan wajah memelas yang dibuat-buat.
Eva membalas dengan tatapan side eyes. Kesal sudah tentu. Tapi kekesalan itu sudah hilang sejak kalian membaca kalimat ini sampai selesai.
Key yang merupakan dalang dibalik semua ini tidak dapat menahan tawa, seperti yang kalian pikirikan tawa Key pecah membuat seisi ruangan menatapnya.
"Ehm!" tegur Pak Rahim guru sejarah.
"Maaf pak"
Pak Rahim menatap Key dari ujung kaki sampai kepala sambil menyesuaikan kacamata yang ia gunakan. Puas menatap Key, Pak Rahim mengambil laptopnya untuk dimasukkan ke dalam tasnya.
"Yang sudah selesai, silahkan kumpul lalu istirahat!"
Satu per satu siswa mengumpulkan buku tugas sejarahnya, lalu kembali duduk di kursi masing-masing.
"Fany, kok anak-anak yang lain belum keluar?kan tadi udah disuruh keluar sama Pak Rahim?" tanya Acha murid pindahan dari Jakarta.
"Siswa di sekolah ini, ngak bakalan berani keluar kelas sekalipun udah dipersilahkan kayak tadi!" Jawab Fany sambil memastikan semua soal sudah ia jawab.
"Terus?"
"Kita tunggu sampai guru yang mengajar keluar terlebih dahulu"
"Why?"
"Karena disekolah ini, adab dinomorsatukan"
🍂🍎🍂
Mata Eva fokus memandang dinding sage yang menjadi dasar ruangan itu. Sesekali ia mengangguk, lalu kembali takzim mendengar niat baik Pak Hamka kepadanya. Pak Hamka sendiri merupakan kepala sekolah yang sudah memasuki tahun ke 3 masa jabatannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
VALUE
Genç Kız Edebiyatı"Siapa kamu sebenarnya?" Tanya Eva sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Akankah selamanya Eva tenggelam dalam penilaian orang lain. Seakan-akan membandingkan prosesnya dengan orang lain adalah pekerjaan utama. Accept, Ikhtiar, and Tawakkal is...