BAB VII - SETTINGAN

58 24 14
                                    

Cuaca saat ini terasa panas, menusuk sampai ke ubun-ubun. Tapi hal itu tidak menggoyahkan niat Eva dan Lula untuk mencari keberadaan Key. Manusia ngeselin yang merasa dirinya paling tampan.

"Eva lo yakin?" tanya Lula yang mengibas-ibaskan hijabnya karena gerah.

"Udah cari aja!"

Eva dan Lula berjalan pelan disekitar lapangan demi menemukan target.

"Eh, itu Key! Eva! itu Key!" Lula mengarahkan pandangan Eva melalui jempolnya.

"Key! Key! Key!" teriak Eva sekuat tenaga.

Key tak menggubris.

"Key!" panggil Eva sekali lagi.

Lula lalu menghembuskan nafasnya pelan.

"KEY!"

Melalui teriakan Lula, usaha mereka akhirnya membuahkan hasil. Key yang berada di dekat Musholla sekolah akhirnya menancapkan pandangan pada keduanya.

"Kenapa?" tanya Key dengan suara yang tak kalah keras. Suaranya persis dengan para tentara.

Eva melambaikan tangan menyuruh Key untuk ke tempat ia berada. Key menatap sisi kanan dan kirinya, barangkali ada yang bisa menemaninya.

"Key lama banget sih, apa susahnya jalan kesini coba!" omel Lula.

"Iqbal!" Key menghampiri Iqbal yang baru keluar dari Musholla.

"Hm?"

"Temenin gue bentar!"

"Kemana?"

"Noh! Eva manggil!"

Iqbal mendongakkan kepalanya menatap Key.

"Serius?" tanya Iqbal sambil memperbaiki rambutnya.

"Iya! makanya cepetan!"

Iqbal dan Key berjalan cepat menuju tepi lapangan. Didapatinya Lula dengan ekspresi masam karena sudah lama menunggu.

Eva menarik nafas pelan. Tak ingin terlihat gugup di mata Iqbal.

"Key! jadi wakil gue ya!" ucap Eva to the point.

Key menggeleng.

"Lagian kenapa harus gue?"

"Dari sekian banyak kriteria yang lo miliki, gue rasa lo cocok jadi wakil gue! salah satunya dari postur tubuh yang tegap, itu menunjukkan kalau lo itu sosok pribadi yang tegas!"

Key tersenyum mendengar baru saja ada orang yang memujinya.

"Key!" Panggil Eva.

Key menatap Eva sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Jadi wakil gue ya!" tawar Eva dengan mata yang berbinar.

"Gimana kalau kita beneran kepilih! gak ah, yang lain aja!"
ucap Key menunjukkan pikiran polosnya.

Eva tertegun mendengar pernyataan Key barusan. Tapi ia masih berusaha membujuk Key.

"Terpilih dari mana Key! lagian Iqbal lebih banyak penggemar dari gue!" bujuk Eva dengan wajah memelas.

"Iya Key! Eva betul. Lagian pemilihan kali ini hanya sebatas settingan doang kok!" Iqbal  bermaksud membujuk Key namun nyatanya membuat Eva dan Lula down seketika.

Lula menyikut Eva, sadar akan pergerakan Lula, Iqbal menatap keduanya.

"Maksud gue ngak gitu!" Iqbal berusaha meluruskan.

"Hm, omongan lo benar kok! mana mungkin juga kita kepilih, kan Lula !"

"Iya! kita hanya sebatas pelengkap Key. Sebagai bentuk apresiasi angkatan kita atas pemilihan yang dilakukan setiap tahunnya!" jelas Lula dengan penekanan yang terdengar seperti orang yang geram.

VALUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang