13. Nightmare

731 82 1
                                    

Mew dan Gulf beranjak dari tempat duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mew dan Gulf beranjak dari tempat duduknya. Davika memperingatkan Mew untuk tidak melepaskan genggaman tangannya dari Gulf. Bahkan Mew harus menunggunya di depan cubicle toilet. Mew mengerti dan melakukan apa yang Davikah jelaskan.

Gulf benar-benar menggenggam erat tangan Mew. Mereka berpapasan dengan beberapa orang dalam perjalanan ke toilet, beberapa kali Mew menenangkan Gulf dengan mengapit lengannya sambil sesekali mengusap punggung tangan Gulf.

Gulf masuk ke salah satu cubicle toilet, Mew menunggu tepat di depan pintunya. Setelah selesai Gulf keluar dan mencuci tangan di wastafel.

Tiba-tiba seseorang keluar dari cubicle toilet paling ujung. Tepat saat Gulf mendongak ke arah cermin. Matanya berpapasan dengan orang itu. Matanya terbelalak, nafasnya tercekat, seketika itu Ia lemas, beruntung Mew menangkap tubuhnya tepat waktu. Dengan mudah Mew mengangkat tubuh kecil Gulf dan segera membawanya ke meja mereka.

"Gulf?! Astaga, dek.. sayang... Dek!" Mild berteriak melihat keadaan Gulf yang setengah sadar. tubuhnya lemas, matanya kosong.

Davika baru saja kembali dari toilet dan langsung panik melihat keadaan Gulf.

"Mew, bantu bawa dia ke mobil, my house now! gue bayar dulu abis tu gue pulang bareng Bai." Mew tak menjawab, diangkatnya tubuh mungil Gulf lalu berjalan ke mobil diikuti Mild dan Jumpol.

Selesai pembayaran, Davika segera menyusul Mew yang sudah jalan terlebih dahulu sampai ke rumah Davika.

***

Mew membaringkan Gulf di atas tempat tidur Davika. Gulf masih belum sadar, tatapan matanya masih kosong. Tangannya mencengkram erat lengan berotot Mew. Mild membawa segelas air hangat dan meminta Gulf meminumnya. Mew melonggarkan semua pakaian Gulf, jas, vest, kemeja, dan ikat pinggang sambil menepuk-nepuk pipi Gulf dan memanggil namanya.

Tak lama Davika sampai, Ia langsung bergegas ke kamarnya. Gulf masih dalam keadaan yang sama Mew sudah melepaskan beberapa bajunya dan menyalakan AC. Tangan Gulf masih mencengkram lengannya Mew terlihat menahan sakit namun Ia tetap membiarkan Gulf melakukannya.

"Peluk Mew." kata Davika pendek, gadis cantik itu berdiri di ambang pintu sambil menyilangkan lengan di dadanya. Matanya berkaca-kaca melihat adiknya yang tak berdaya.

"Ha? maksudnya?" tanya Mew heran.

"Peluk Gulf." kata Davika lagi, Mew masih bingung, semua memandangnya.

"NOW!" Davika berteriak. Mew menghela nafas panjang, lalu berbaring di samping Gulf dan memeluknya.

Sedetik kemudian Gulf menarik nafas, seolah ruh nya kembali seketika. Ia lalu menjerit dan menangis sejadinya di pelukan Mew.

Pertahanan Davika roboh, Ia merosot dan bersandar di daun pintu sambil menangis. Bright dan Jumpol segera memeluk Davika dan menenangkannya.

Mew masih memeluk Gulf dan mengusap lembut punggungnya. Membiarkan lelaki yang lebih muda itu menangis sejadinya tanpa tahu apa penyebabnya. Ia membiarkan bajunya basah terkena air mata Gulf.

Gulf menangis hingga tertidur kelelahan. Mew membantu Davika menggantikan baju Gulf, sementara Mild menyiapkan plester anti demam dan obat penurun panas. Bright dan Jumpol menunggu di ruang tengah. Setelah selesai semuanya berkumpul disana. Suasana sudah sedikit tenang. Davika tak lagi terisak.

"Dav, gue pinjem kaos, ada gak? gerah pake baju gini. Lengket." kata Mew, Davika mengangguk dan berjalan ke kamar Gulf, lalu mengambil kaos oblong milik Gulf dan memberikannya pada Mew. Mew segera mengganti bajunya yang basah karena keringat.

"Mew, lu tadi di toilet gimana ceritanya dia bisa kumat gitu?" tanya Davika seraya menyalakan sebatang rokok. Walaupun terlihat tenang Davika tetap butuh pengalihan, rokok adalah solusi untuknya.

"Tadi tuh tiba-tiba banget. Abis dari toilet Gulf cuci tangan, terus ada orang keluar dari toilet ujung. Pas dia liat kaca. Papasan sama orang tadi langsung begitu." jelas Mew, berusaha mengingat orang yang tadi bertemu di toilet.

"Lo inget tampangnya?" tanya Davika.

"Gue lupa-lupa inget, tapi gak asing tampangnya tuh...bentar ya.." Mew mengeluarkan ponselnya dan mencari sesuatu.

"Nah ini, bener kan anak nya temen bokap." Mew menunjukkan wajah seseorang pada Davika.

"EH ANJING SI BANGSAT INI !!" Davika memaki kencang, hampir saja membanting ponsel Mew.

"Lo kenal dia?" tanya Davika, wajahnya merah padam karena menahan amarah.

"Gak kenal tapi tahu. Ini Ja Phachara anaknya temen bokap. Bokapnya orang berduit, suka ketemu bokap gue kalau ada turnamen golf." jelas Mew.

"Lo bisa ketemuin gue gak?" tanya Davika.

"Dav jangan macem-macem, kasian Gulf. Please come to your senses!" Mild mengingatkan.

"AAAAAAARRRRRRRRRRGGGGGGGGHHHHHHHHH!!!" Davika mengerang frustasi. "KENAPA LO GAK MATI AJA BANGSAT!!" Davika berteriak melepaskan amarahnya.

"Dav...Dav...mending lo istirahat deh...biar gue yang jelasin sama mereka bertiga, apa yang sebenernya terjadi. Lo capek Dav...tidur ya." bujuk Mild.

"Gue butuh waktu sendiri Kak...tapi Gulf gimana..." Davika mendongakkan kepalanya, menahan agar air matanya tak jatuh. Ia menyemburkan asap rokok ke arah langit-langit masih menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Kedua sahabatnya kembali memeluknya mencoba menenangkan Davika.

"Lo tidur kamar Gulf aja Dav, sendiri dulu.. gue sama Koh Jumpol nemenin diluar sini, kita mah tidur di sofa aja kek biasa." kata Bright.

"Adek gue gimana Bai...Kak Mild ga mungkin nginep dia harus ngurusin nyokapnya juga." kata Davika putus asa.

"Kan ada gue.." akhirnya Mew bersuara.

"Gulf kayaknya udah gak takut sama gue. Lo tinggal bilang apa yang harus gw lakuin." kata Mew menawarkan diri. Semua mata tertuju pada Mew. Mew orang baru di circle mereka, tapi memang reaksi Gulf tenang tidak seperti biasanya.

"Gulf akan sering kebangun dan gelisah. Kalau kebangun, harus dipeluk supaya dia tau dia gak sendirian. Dia bakalan demam beberapa hari dan tidur terus." Davika mengacak rambutnya sendiri.

"It's okay, gue besok free kok, sampai weekend ini malah. gue bisa temenin kalian." kata Mew.

"Dah sekarang mending istirahat dah, kita numpang mandi ye Dav, sama pinjem baju." kata Jumpol menenangkan suasana. Davika mengangguk dan segera mengambil baju untuk Jumpol dan Bright.

ClichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang