37. Late Night Talk

608 74 1
                                    

"Aunty belom tidur?" terdengar Davikah berbicara di telepon pada seseorang yang dipanggil Aunty olehnya.

Malam sudah larut ketika mereka sampai di apartemen Mew. Gulf sudah tertidur nyenyak memeluk boneka kesayangannya. Tul dan Singto akhirnya menginap di gedung apartemen yang sama. Mew memiliki dua unit disana.

Mew merebahkan dirinya di sofa ruang tengah apartemen mewah itu setelah menaruh jus semangka pesanan gulf di dalam kulkas. Rasa lelahnya seolah terbayar ketika melihat Gulf tidur dengan damai. Baru saja memejamkan matanya, Mew mendengar hembusan nafas kesal dari Davikah. Ya, perempuan tangguh yang Ia kagumi semenjak beberapa minggu lalu, yang kini ada di kehidupannya.

wanita itu membanting dirinya ke sofa di sebelah sofa yang ditempati Mew.

"Ngapa lu?" tanya lelaki tampan yang sedang kelelahan itu.

"Bokap gue minta ketemu. Bukannya urusin itu anak sialannya." gerutu Davikah kesal.

"Ya biar gimanapun kan doi bokap lo, pasti ada kangen sama anak-anaknya." kata Mew, Ia kembali memejamkan matanya.

"Lu gak tau sih, kalo gue ketemu dia ujung-ujungnya mesti berantem, entah gue yang ditabok atau gue walk out." kata Davikah. "Lagipula gue masih takut bawa Gulf keluar. Takut dia kumat kayak kemarin lagi loh." lanjutnya, Ia memijat kepalanya yang terasa pening.

"Lo lupa kalo udah ada gue? gue ga akan biarin ada yang sakitin Gulf." Mew menatap Davikah, gadis itu terlihat lebih lelah daripada dirinya. Tentu saja beban yang ditanggungnya jelas tak main-main.

"Gue ga mau ngerepotin lu mulu Mew. Mau bayar pake apa gue? pake nyawa? gue ga mau hutang budi sama siapapun. Lu bilang aja gue mesti ngapain." celoteh Davikah, membuat Mew menarik nafas panjang.

"Ngomong apa sih lo..mending mandi gih. Rendeman air panas biar relax...mau gue bikinin teh anget ga?" tanya Mew, Ia tahu tubuhnya lelah namun melihat Davikah yang lebih membutuhkan perhatiannya Ia masih bisa menggunakan tenaganya yang tersisa.

"Ga usah, mending lu juga istirahat gih temenin Gulf, gue bisa bikin minum sendiri nanti.." Kata-kata Davikah terhenti ketika melihat Gulf berjalan keluar kamar sambil mengucek matanya.

"Huk huk...." lelaki itu terisak. Sontak Mew langsung bangkit dari sofa dan bergegas menghampiri Gulf lebih dulu lalu memeluknya. Davikah yang terlambat sepersekian detik hanya bisa duduk di tempatnya melihat Mew mengurusi si bayi besar.

"Kebangun ya? yuk bobok lagi yuk....." Mew berusaha mengajak Gulf kembali ke kamar, namun Gulf menggelengkan kepalanya. Mew akhirnya membawa Gulf duduk di sofa.

"Mau sama Davi dulu ya?" Mew bertanya lagi, Gulf mengangguk. "Jangan nangis tapi, kasihan Davi nya capek...kalo mau nangis nanti kakak temenin di kamar ya ssshh.." Mew mengusap air mata dari pipi Gulf, lelaki yang lebih muda itu hanya menganggukkan kepalanya. "Kalo gitu kakak mandi dulu ya." Gulf mengangguk lagi, Mew memalingkan wajahnya pada Davikah. Gadis itu mengerti Ia lalu bangkit dari sofa nya dan menggantikan Mew duduk di sebelah Gulf.

Setengah jam kemudian Mew keluar dari kamarnya, ia sudah mandi dan mengganti bajunya. Ia menghampiri Gulf yang masih bersandar di pelukan Davikah. Keduanya terdiam, Gulf lalu duduk ketika Mew datang, Ia memberi isyarat pada Davikah untuk mandi dan istirahat. Davikah mengangguk dan mengecup kening sang saudara kembar lalu bangkit dari sofa.

"Gue benci lo anjeng." katanya ketika berhadapan dengan Mew. Lelaki berbadan kekar itu hanya terkekeh.

"I love you too kakak ipar." kata-kata Mew disambut acungan jari tengah oleh Davikah.

"Davi kenapa dah.." Mew masih terkekeh ketika menghampiri Gulf dan menariknya ke dalam dekapannya. Gulf mendongakkan wajahnya menatap mata Mew. Gulf menunjuk ponsel Davi yang tergeletak di meja lalu membuka aplikasi notes yang baru saja mereka gunakan, lalu menunjukkannya pada Mew.

Davi kita ketemu papa. biar Davi ga cape

Aku bakal baik2 aja kok. Davi jangan khawatir.

Kalau Davi sayang sama aku percaya sama aku. kita temu papa. say let us go

Aku pengin Davi sekolah lagi, biar jadi pengacara. please Davi. aku udah bisa cari uang sendiri kok aku akan kerja kalau udah sembuh. Tapi Davi harus sekolah lagi. boleh jadi artis tapi harus sekolah

Kan ada temen-temen, sama kak Mew

I do Davi.. I do believe him

harus sayang dulu ya? aku belum tau....

mungkin nanti...

I allow him to be near us...tapi kalau dia keberatan it's ok. kubilang kita bisa beli apartemen minta tolong kak Mild carikan

Tapi Davi...sejak ketemu kak Mew, i feel safe. Davi bisa kerja dengan tenang. aku gak ganggu Davi tidur lagi kan...kalo sayang kak mew boleh??

Iya juga jadi ganggu dia...jadi gimana?

Iya nanti ku tanya

Gulf mengetik sesuatu di ponsel Davi.

Kalau kk merasa terganggu, aku berani tidur sendiri kok biar kk gak kebangun gegara aku

"Apaan sih kamu nih, nggak sayang kakak gak terganggu sama sekali." kata Mew mendekap Gulf lebih erat.

kita ga mau hutang budi sama kakak loh

"Aduuuhh udah deh jangan ngomong kayak gitu ah, listen. Aku sayang sama kamu, dan Davi udah aku anggep adik sendiri. Don't ask me why, I don't know why either. it's destiny i don't know but please let me love you two..." kata Mew. Sejujurnya memang Ia sendiri gamang dengan perasaannya. Namun seiring waktu rasa itu memang tumbuh semakin kuat.

Gulf menelusup ke dalam ketiak Mew dan melingkarkan lengannya di pinggang lelaki kekar itu. Mew mengerti, sosok lelaki yang lebih muda itu sudah bisa menerima dirinya.

"Jangan jauh-jauh dari aku ya.." bisiknya, si bayi besar hanya mengangguk.

ClichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang