40. Pagi yang rusuh

608 77 2
                                    


"Gulf...gulf makan dulu yuk.." Mew membelai pipi Gulf pelan. Lelaki itu masih tertidur di pelukan Mew. Singto membangunkan Mew dan yang lain untuk makan pagi itu. Suasana sudah lebih tenang dari semalam.

Gulf meringis ketika menggeliat untuk bangun. Ia memegang lengannya. Mew segera mengecek tubuhnya ia menemukan memar cukup besar si lengan Gulf.

"Sayang..ini kenapa?" Tanya Mew panik.

"Hmmm" Gulf membuka matanya perlahan, lalu menutupnya kembali.

"Kakak masih punya salep memar deh, bentar cari dulu." Mew menggeser tubuhnya menjauh, namun Gulf menarik tangannya.

"Don't leave.." suara Gulf lebih terdengar seperti bisikan. Mew duduk di tempat tidur mengusap pelan rambut tebal Gulf.

"Tapi harus makan kamunya..mau dibawain sini?" Tanya Mew. Gulf menggelengkan kepalanya.

"Ayo dong makan...Singto udah beliin bubur tuh..mau ya? Kakak suapin deh.." Mew memohon. Gulf masih menggelengkan kepalanya. Ia kembali menarik selimut biru yang dikenakannya.

Mew meletakkan telapak tangannya di dahi Gulf. Agak demam. Mew membuka laci nakas di samping tempat tidur. Ada kotak p3k disana. Mew menemukan sebuah pelster demam yang biasanya ia taruh disana. Ia membukanya lalu menyibakkan rambut Gulf untuk memasangnya.

"Ga mau.." Gulf menolak, menyingkirkan tangan Mew.

"Nurut yaa biar sembuh." Bujuknya, Gulf masih menolak. Gulf menatap Mew dengan matanya yang sembab. Mew memberikan senyuman terbaiknya pagi itu sehingga meluluhkan Gulf.

"Makasih yaa udah mau nurut..aku gak maksa kamu ngomong banyak. Tapi aku seneng kamu udah mau bicara. Besok cek dengan papanya Tul mau?" Tanya Mew. Gulf mengangguk.

Mew mengeluarkan ponselnya lalu menelepon Bosser untuk membatalkan semua janjinya dalam beberapa hari ke depan.

"Kenapa dibatalkan?" Tanya Gulf, suaranya sedikit lebih jelas dari sebelumnya.

"Aku mau sama kamu dulu." Jawab Mew singkat.

"I'm okay. Kalau kakak mau kerja gapapa." Lelaki yang lebih muda itu beringsut duduk di sebelah Mew. Mew mendekatkan tubuhnya dan menyandarkan kepala kecil Gulf di dada bidangnya.

"No, aku mau sama kamu dulu." Mew mengulang kata-katanya.

BRAK!

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, Davikah menghambur masuk menyerbu Gulf. Menindih saudara kembarnya yang masih bersandar di dada Mew.

"Huhuhu aku kangen suaramuuuu!!" Teriaknya tak kuasa menahan tangis haru.

"Mohon maap ni kaka ipar ye...biar kata lu kurus tapi lu berat Dav." Suara Mew membuat Davikah memalingkan wajahnya ke arah Mew dan menatapnya tajam.

"Lemah lu anjeng!" Serunya sambil mencubit puting Mew.

"AAAAAAAAAA" Mew menjerit kesakitan berusaha melepaskan dirinya dari tangan Davikah.

"Davi..ga boleh kasar." Kata Gulf pelan seraya menarik lembut tangan Davikah dari dada Mew.

"Huhu aku kangen tauuu..huhuhu..." Davikah membenamkan wajahnya di ceruk leher Gulf.

"Ya..i know, tapi bangun dulu kesian kak Mew berat." Kata Gulf walaupun lelaki itu masih memeluk kembarannya erat-erat.

Ring ring!

Ponsel milik Mew berdering, Mew meraih ponselnya di nakas dan melihat kontak yang muncul. Alih-alih mengarahkan ponsel ke telinganya, Mew menghadapkan ponsel itu ke wajahnya dan menjawab sambungan video call.

"Melvin! Kenapa gak pulang-pulang sih kamu?" Suara seorang perempuan terdengar dari ponsel milik Mew.

"Dih, sendirinya masih mampir-mampir Tokyo..aku pulang kok, ke apartemen tapi yang di z tower." Kata Mew. Gulf dan Davikah menggeser tubuh mereka agar tak tertangkap kamera ponsel Mew.

"Rumah kosong dong? Kamu mah kita pergi kan buat bisnis Vin...vin... jagain rumah kek gitu." Wanita itu mengomel.

"Kan ada mbak banyak Mi, buruan pulang mangkannya punya anak semata wayang ditinggal mulu kalian tidak berperasaan emang." Mew menggerutu.

Melvin?? Nama Mew itu Melvin? Trus Mi maksudnya? Maminya apa?. Batin Davikah.

"Cari pacar mangkannya biar ada yang diajak jalan-jalan." Kali ini suara pria yang terdengar.

"Papi juga samanya..pulang buruan! Awas ya kalo ga bawa oleh-oleh." Mew merengut.

"Semingguan lagi Vin. Masi ada urusan disini kita. Cari pacar Papi bilang. Jangan malu-maluin Papi, masa ganteng-ganteng ga bisa cari pacar. Mainnya Tul lagi Singto lagi bosen Papi dengar." Pria yang di panggil Papi itu terkekeh.

"Ada Pi...tapi gatau deh orangnya mau kapan jadi pacar aku." Kata Mew melirik Gulf dari sudut matanya.

"Ah no pic hoax Vin! Mainan mulu kamu foto mana ada posting gebetan." Pria itu terkekeh lagi, membuat Mew memanyunkan bibirnya.

"Wes lah, udah dulu ya, nanti sambung lagi ya Vin. Ingat log no pic hoax ya. Bye"

"PI! oleh oleh! Bawain Gundam!" Mew berteriak sebelum sang ayah menutup telepon.

"Melvin siapa anjir??" Tanya Davikah heran, Gulf pun tak kalah bingung, Ia mengerutkan dahinya.

"English name gue. Nyokap kan half US jadi gue dikasih English name." Jelas Mew. Ketiganya hening tak bicara selama beberapa detik.

"PPPFFTRR BUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA TAMPANG LU MESUM GITU SOK IMUT NAMA MELVIN ANJENG BAHAHAHAHAHAHAHAHA" Davikah tak kuat menahan tawanya Ia berguling sambil memukul-mukul tempat tidur. Mew cemberut sementara Gulf berusaha menghentikan Davikah.

ClichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang