46. YA UDAH IYA!

587 72 2
                                    

Mew pulang ke apartemen buru-buru. Sudah jam dua siang dan Gulf masih belum membalas pesannya. Mew yakin si bayi besar belum makan siang.

"Gulf.." Mew hati-hati masuk ke dalam kamarnya. Terlihat Gulf sedang duduk disana menghadap ke arah kanvas. Ia memakai headset untuk memdengarkan musik dari ponselnya.

"Sayang.." Mew mengusap pundak Gulf pelan.

"Hmm" Gulf hanya memjawab dengan gumaman pendek.

"Makan dulu yah, kakak belikan pasta di resto tadi, sini kakak suapin." Kata Mew sambil membuka kemasan take away dari sebuah restoran. Gulf hanya mengangguk dan menuruti Mew ketika Ia memintanya membuka mulut.

Gulf masih berkonsentrasi pada kanvas dan cat nya. Ia sama sekalo tidak bicara atau merespon dengan kata-kata.

Mew hanya duduk diam memperhatikan Gulf setelah selesai menyuapinya. Karena bosan Mew mengambil sebuah gitar dan mulai memainkan lagu "We could be in love" milik Brad Kane dan Lea Salonga.

Mendengar alunan musik Mew yang merdu, Gulf mengecilkan volume musik di headsetnya perlahan-lahan sampai akhirnya Ia melepaskannya.

"We could be in love..." baris terakhir dinyanyikan Mew dengan sempurna.

"Lagi kak, sekali lagi." Akhirnya Gulf mengeluarkan kata-kata setelah berjam-jam.

"Mau lagu apa?" Tanya Mew tersenyum. Gulf masih sibuk mencampur cat di palet nya.

"Yang barusan." Jawabnya pendek.

"Ulangin?" Mew meminta konfirmasi. Gulf mengangguk. Mew bersiap dan mulai memetik gitarnya lagi, memainkan bagian intro.

"Be still my heart...." Mew mulai menyanyi lagu yang sama.

Gulf mendengarkan Mew menyanyi dengan tenang, sesekali ia menggerakkan kepala atau kakinya mengikuti irama gitar Mew.

"We could be...in love..." kali ini Gulf ikut menyanyikan baris terakhir lagu itu seraya menatap Mew dan tersenyum. Petikan gitar dan suara nyanyian Mew akhirnya bisa menghentikan tarian jemari Gulf di atas kanvasnya.

Mata mereka bertemu. Mew mendekatkan wajahnya ke arah Gulf dan perlahan mengikis jarak antara keduanya. Mew mendaratkan sebuah kecupan singkat namun lembut di bibir Gulf.

"Kakak sayang sama kamu.." kata Mew ketika melepaskan ciumannya dari Gulf.

"Aku tau." Jawab Gulf pendek.

"Kok jawabnya gituuu." Mew merengut kesal.

"Dih, yaudah gini jawabnya." Gulf mendekatkan wajahnya kembali pada Mew dan menempelkan bibirnya. Mew tentu saja menyunggingkan senyimnya sebelum akhirnya melumat bibir milik lelaki yang lebih muda darinya itu.

Mereka menikmatinya. Gulf sama sekali tak menolak apa yang Mew lakukan padanya, ia mengizinkan lidah Mew masuk ke mulutnya dan bermain disana. Ciuman dalam itu berlangsung cukup lama, hingga keduanya haus akan udara dan akhirnya melepaskan pagutan mereka.

"Jadi udah boleh?" Tanya Mew tersenyum lebar.

"Apa?" Gulf balik bertanya seolah tak terjadi apa-apa.

"Jadi pacar." Jawab Mew.

"Dilarang pun tetep begitu kan?" Pertanyaan yang selalu Gulf ucapkan setiap kali Mew meminta izin.

"Enggak, kalo dilarang aku mundur." Kali ini Mew menjawab dengan segenap hatinya.

"Ya udah." Gulf mengangkat bahunya lalu kembali pada kanvasnya.

"Ih kok gituuuu." Mew merajuk.

"Ya maunya gimana?" Kata Gulf, wajahnya tak berpalinh dari kanvas dan kuasnya.

"Ya mau jadi pacarrr." Mew mulai kesal layaknya anak -anak yang mainannya direbut.

"Ya udah.." kata Gulf lagi, memberikan jawaban ambigu.

"Ya udah apa?" Mew meminta penjelasan.

"Ya udah iya." Jawab Gulf menyunggingkan seulah senyum di sudut bibirnya.

Mew meletakkan gitarnya di lantai lalu menghambur memeluk Gulf. Penantiannya tak berakhir sia-sia.

ClichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang