[ FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA ]
Ini kisah dua insan yang di pertemukan oleh sebuah takdir. Takdir lah yang membuat mereka bertemu dan akhirnya bersama. Saling melengkapi kekurangan masing-masing. Banyak perbedaan di antara mereka berdua. Salah satu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading semuanya....
Hal apa saja yang membuat kita merasakan sakit hati, sedih, kesepian, tidak ada semangat untuk hidup. Tahun telah terlewati, orang-orang menjalani hidup seiring berjalan nya waktu. Namun tidak semua orang yang dengan sukarela menjalani hidup mereka.
Pergi tanpa pamit, kira kira apakah itu adalah hal yang pantas. Memilih untuk tidak berpamitan agar tidak menyakiti, namun malah sebaliknya.
Berbeda dengan lain, aaron dan vanya menjalani hidup dengan penuh kesedihan, tanda tanya, dan rasa bersalah. Aaron yang bertanya tanya kenapa vanya tidak pamit, dan vanya yang merasa bersalah karena pergi tanpa berpamitan.
" Malam ini kita ke rumah kakek yuk " ajak Nabila.
" Kalian aja, Aaron mau ngerjain tugas " tolak Aaron sambil beranjak.
Aathifah, Nabila, dan Theo menatap sedih Aaron. Apakah sebegitu pengaruh nya Vanya bagi kehidupan Aaron sehingga mengubah Aaron menjadi pria yang tidak memiliki semangat. Aaron mereka kembali seperti dahulu kala. Menyendiri dan tidak banyak bicara, mereka semua dilingkupi dengan kesedihan.
Nabila bingung, bagaimana lagi ia mengembalikan putra nya itu. Segala cara ia coba untuk mengembalikan putra nya, namun hal itu sia sia.
" Biarin aja, mungkin dia butuh waktu " ucap Theo.
Aathifah dan Nabila menatap Theo.
" Mau sampai kapan? " tanya Nabila.
Theo menggeleng. Ia tidak tahu sampai kapan Aaron akan kembali sedia kala.
" Kamu sudah hubungin Samuel? " tanya Nabila.
" Sama seperti Aaron, Vanya juga gitu " jawab Theo.
Nabila menggeleng tidak habis pikir.
" Wajar kalau Vanya ga pamit ke abang " ucap Aathifah.
" Wajar nya kenapa? " tanya Nabila dan Theo.
Kala itu, tepat di hari kelulusan mereka, senyuman terpantri di setiap bibir para murid. Mereka semua berteriak senang karena sudah lulus.
Begitupun dengan Aaron dan Vanya, tak lupa para sahabat mereka. Mereka berpeluk erat, menyalurkan kebahagiaan satu sama lain.
" Gak nyangka ya kita bisa lulus juga " ucap Ivora.
" Bisa lah kalo lulus mah " celetuk Agler.
Ivora menatap kesal Agler.
" Gays, quality time yuk. Sekalian ngerayain kelulusan, khusus girls time " ajak Dania.