Rumah sakit

274 34 17
                                    

Beberapa hari kemudian, keluarga Becker berduka. "Astaga, mommy tersayang. Kenapa daddy harus pergi?" tanya Daniel sambil bersedih. "Tenanglah, anakku sayang. Mungkin ini sudah saatnya" jawab Julieta sambil memeluk. "Benar sekali, daddy tersayang. Mungkin ini sudah saatnya" kata Diana sambil ikut memeluk. "Tetapi, mommy tersayang. Rasanya aku tidak rela" kata Daniel sambil terus bersedih. Seketika itu juga, Daniel pingsan.

Sementara itu dari kejauhan, Dastan mendengar semuanya. "Astaga, mommy tersayang. Kenapa daddy harus pergi?" tanya Daniel sambil bersedih. "Tenanglah, anakku sayang. Mungkin ini sudah saatnya" jawab Julieta sambil memeluk. "Benar sekali, daddy tersayang. Mungkin ini sudah saatnya" kata Diana sambil ikut memeluk. "Tetapi, mommy tersayang. Rasanya aku tidak rela" kata Daniel sambil terus bersedih. Seketika itu juga, Dastan datang mendekat keluarga Becker.

Sementara itu di rumahnya, Carlos sedang merasa sedih. "Astaga, Valentino Becker. Kenapa kau harus pergi?" tanya Carlos sambil menangis. "Tenanglah, Carlos Santos. Mungkin ini adalah saatnya" jawab Johannah memeluk. "Tetapi, Johannah Robles. Seharusnya aku yang mati" kata Carlos sambil terus menangis. "Tidak, Carlos Santos. Kemungkinan ini saatnya" kata Johannah sambil memeluk. "Tetapi, Johannah Robles. Rasanya aku tidak rela" kata Daniel sambil terus bersedih. Seketika itu juga, Carlos terisak.

Sementara itu di kamarnya, Carlos dan Constanza bersedih. "Astaga, uncle Valentino Becker. Kenapa kau harus pergi?" tanya Carlos sambil menangis. "Tenanglah, Carlos Santos. Mungkin ini adalah saatnya" jawab Constanza memeluk. "Tetapi, Constanza Fernandez. Dia adalah orang baik" kata Carlos sambil tersedu-sedu. "Tenanglah, Carlos Santos. Mungkin ini adalah saatnya" kata Constanza sambil memeluk. "Tidak,Constanza Fernandez. Aku tidak rela" kata Carlos. Seketika itu juga, Carlos terisak.

Sementara itu di kamar lainnya, Daniel dan Michelle bersedih. "Astaga, uncle Valentino Becker. Kenapa kau harus pergi?" tanya Daniel sambil menangis. "Tenanglah, Daniel Santos. Mungkin ini adalah saatnya" jawab Michelle memeluk. "Tetapi, Michelle Osorio sayang. Dia adalah orang yang baik" kata Daniel sambil tersedu-sedu. "Tenanglah, Daniel Santos. Mungkin ini adalah saatnya" kata Michelle sambil memeluk. "Tidak, Michelle Osorio sayang. Aku tidak rela" kata Daniel. Seketika itu juga, Daniel terisak.

Sementara itu di teras belakang, Diego dan Veronica bersedih. "Astaga, uncle Valentino Becker. Kenapa kau harus pergi?" tanya Diego sambil menangis. "Tenanglah, Daniel Santos. Mungkin ini adalah saatnya" jawab Veronica memeluk. "Tetapi, Veronica Bracho sayang. Dia adalah orang yang baik" kata Diego sambil tersedu-sedu. "Tenanglah, Diego Santos. Mungkin ini adalah saatnya" kata Veronica sambil memeluk. "Tidak, Veronica Bracho sayang. Aku tidak rela" kata Diego. Seketika itu juga, Diego terisak.

Sementara itu di kursi lainnya, Damian dan Caroline bersedih. "Astaga, uncle Valentino Becker. Kenapa kau harus pergi?" tanya Damian sambil menangis. "Tenanglah, Damian Santos. Mungkin ini adalah saatnya" jawab Caroline memeluk. "Tetapi, Caroline tersayangku. Dia adalah orang yang baik" kata Damian sambil tersedu-sedu. "Tenanglah, Damian Santos. Mungkin ini adalah saatnya" kata Caroline sambil memeluk. "Tidak, Caroline tersayangku. Aku tidak rela" kata Damian. Seketika itu juga, Damian sedih.

Sementara itu di rumahnya, Daniel baru saja tersadar. "Astaga, anakku Diana Becker. Dimana sekarang aku berada?" tanya Daniel sambil terkejut. "Tenang saja, daddy tersayang. Kita berada dalam kamarmu" jawab Diana sambil mendekat. "Astaga, uncle Daniel Becker. Akhirnya kau sadar" kata Daniela sambil mendekat. "Baiklah, Daniela Rueda. Bagaimana caranya aku pingsan?" tanya Daniel heran. "Entahlah, uncle Daniel. Mendadak kau pingsan" jawab Daniela sambil merangkak. "Baiklah, Daniela Becker. Apakah yang kau lakukan?" tanya Daniel sambil tersenyum. "Tenang saja, uncle Daniel. Tolong buka bajumu" jawab Daniela sambil mendekat. Seketika itu juga, Daniel lemas.

Sementara itu di rumahnya, Carlos sedang merasa sedih. "Astaga, Valentino Becker. Kenapa kau harus pergi?" tanya Carlos sambil menangis. "Tenanglah, Carlos Santos. Mungkin ini adalah saatnya" jawab Johannah memeluk. "Tetapi, Johannah Robles. Seharusnya aku yang mati" kata Carlos sambil terus menangis. "Tidak, Carlos Santos. Kemungkinan ini saatnya" kata Johannah sambil memeluk. "Tetapi, Johannah Robles. Rasanya aku tidak rela" kata Daniel sambil terus bersedih. Seketika itu juga, Carlos terisak.

Sementara itu di kamarnya, Carlos dan Constanza bersedih. "Astaga, uncle Valentino Becker. Kenapa kau harus pergi?" tanya Carlos sambil menangis. "Tenanglah, Carlos Santos. Mungkin ini adalah saatnya" jawab Constanza memeluk. "Tetapi, Constanza Fernandez. Dia adalah orang baik" kata Carlos sambil tersedu-sedu. "Tenanglah, Carlos Santos. Mungkin ini adalah saatnya" kata Constanza sambil memeluk. "Tidak,Constanza Fernandez. Aku tidak rela" kata Carlos. Seketika itu juga, Carlos terisak.

Sementara itu di kamar lainnya, Daniel dan Michelle bersedih. "Astaga, uncle Valentino Becker. Kenapa kau harus pergi?" tanya Daniel sambil menangis. "Tenanglah, Daniel Santos. Mungkin ini adalah saatnya" jawab Michelle memeluk. "Tetapi, Michelle Osorio sayang. Dia adalah orang yang baik" kata Daniel sambil tersedu-sedu. "Tenanglah, Daniel Santos. Mungkin ini adalah saatnya" kata Michelle sambil memeluk. "Tidak, Michelle Osorio sayang. Aku tidak rela" kata Daniel. Seketika itu juga, Daniel terisak.

Sementara itu di teras belakang, Diego dan Veronica bersedih. "Astaga, uncle Valentino Becker. Kenapa kau harus pergi?" tanya Diego sambil menangis. "Tenanglah, Daniel Santos. Mungkin ini adalah saatnya" jawab Veronica memeluk. "Tetapi, Veronica Bracho sayang. Dia adalah orang yang baik" kata Diego sambil tersedu-sedu. "Tenanglah, Diego Santos. Mungkin ini adalah saatnya" kata Veronica sambil memeluk. "Tidak, Veronica Bracho sayang. Aku tidak rela" kata Diego. Seketika itu juga, Diego terisak.

Sementara itu di kursi lainnya, Damian dan Caroline bersedih. "Astaga, uncle Valentino Becker. Kenapa kau harus pergi?" tanya Damian sambil menangis. "Tenanglah, Damian Santos. Mungkin ini adalah saatnya" jawab Caroline memeluk. "Tetapi, Caroline tersayangku. Dia adalah orang yang baik" kata Damian sambil tersedu-sedu. "Tenanglah, Damian Santos. Mungkin ini adalah saatnya" kata Caroline sambil memeluk. "Tidak, Caroline tersayangku. Aku tidak rela" kata Damian. Seketika itu juga, Damian sedih.

The Perfect DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang