Dirgantara

16 4 0
                                    

Tapi masa bodoh dengan rencana, ia segera bertransformasi menjadi bayangan hitam. Mempersiapkan diri untuk kabur, tidak lupa juga memanggil semua bawahannya yang sejak tadi membuat Alanna sibuk. Namun transformasinya digagalkan, laki-laki yang menyelamatkan Sima mengayunkan pedangnya, ia berhasil melukai bagian ekor Siluman Wanita Tua, membuat si Siluman menjerit kesakitan. Tidak hanya sampai disitu. Serangan selanjutnya langsung menargetkan jantung Siluman Wanita Tua, namun ia menghindar, hingga akhirnya di serangan ketiga jantungnya berhasil di tusuk. Siluman Wanita Tua menjerit kesakitan. Kelemahannya ada disana. "Setelah ini, aku pastikan akan lebih banyak lagi yang menargetkanmu!" ia berteriak ke arah Sima. Siluman Wanita Tua berhasil dikalahkan, wujudnya kini berubah menjadi partikel-partikel kecil yang terbentuk seperti asap hitam, namun sudah tidak bisa bertransformasi lagi.

"Anda baik-baik saja? Saya harus segera meninggalkan tempat ini, petugas akan segera datang" Ucap laki-laki itu sambil mencium tangan kanan Sima.

Sima masih menggenggam tangannya, "kamu siapa?"

"Dirgantara"

"Apa kita bisa bertemu lagi?"

Dirgantara tersenyum, ia mengangguk. Masih ada banyak kesempatan untuk bertemu. "Anda juga jangan khawatir, TKP sudah bersih, ada malaikat yang berhasil menghentikan waktu. Ketika para petugas tiba nanti, mereka hanya akan melihat Anda saja. Dan maaf soal lift nya, malaikat nakal itu terlalu dramatis" jelasnya.

Alanna yang mendengar percakapan itu dari atas tidak terima, ia menghentikan aksi bersih bersih TKP nya dan hendak nimbrung. "Ssstt, hei! Kamu siapa?" tanyanya kemudian.

"Dirgantara" ia mendongak. Matanya kini menatap Alanna dan membuat lawan bicaranya mundur selangkah.

"Hei! Kamu bisa lihat aku dengan jelas. Kamu bukan orang sembarangan"

Dirgantara tertawa pelan, sedangkan Sima tidak tahu dia sedang berbicara dengan siapa. Karena dari pandangannya, di atas sana tidak ada siapa-siapa.

"Anda baik-baik saja?" Dari depan lift terdengar kegaduhan, para petugas sampai.

Sima menoleh, "saya baik-baik saja"

Kini prioritasnya adalah diri sendiri. Tidak lupa juga ia mengucapkan terima kasih kepada Dirgantara yang telah menyelamatkannya. Dan kemudian laki-laki itu pergi dengan portal emas yang dipenuhi dengan gelembung merah, sangat meriah dan menghebohkan.

***

"Jadi kamu diselamatkan sama ksatria pedang emas?" Mas Nawa bertanya dengan mulut penuh makanan.

Sima mengangguk. Tadi begitu sampai di rumah, orang yang pertama kali ia cari adalah Mas Nawa. Dan tentu saja, ia tidak bisa merahasiakan hal ini dari kakaknya itu.

"Terus, nama dia siapa?"

"Katanya sih Dirgantara"

"Dirgantara siapa? Mau aku stalk Instagram nya" lanjut Mas Nawa, tangan kirinya mulai membuka ponsel, bersiap masuk ke aplikasi Instagram.

Sima terkekeh pelan. Jika soal stalking Mas Nawa adalah ahli nya. "Nggak tahu, Mas. Tapi kemarin lusa, aku ketemu dia di kampus. Yang waktu itu loh, aku nggak sengaja nyenggol orang, nah Dirgantara lah orang nya"

Mas Nawa menyipitkan matanya. Jika memang sekampus, seharusnya dia mengenalnya. Karena bagaimanapun juga Mas Nawa adalah dosen di Universitas yang sama dimana Sima belajar, meski memang jurusan mereka berdua berbeda, tapi dengan relasinya yang super luas seharusnya ia mampu mengidentifikasi siapa Dirgantara ini. Mas Nawa sendiri merupakan dosen di jurusan Arsitektur sedangkan adiknya adalah mahasiswa Hubungan Internasional. "Sebentar, biarkan aku berpikir dulu" ucapnya kemudian. Kini tangannya lihai mengotak atik ponselnya, scroll dari atas sampai bawah nama-nama kontak yang ada disana.

REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang