Kerajaan Putri Salju

6 1 1
                                    

Mata Sima mengerjap ngerjap, sebuah tangan meraih pipinya, tangan berlapis bulu itu sejak tadi mengusap matanya, hingga akhirnya ia terbangun, dan betapa terkejut nya Sima, yang sejak tadi berusaha membangunkannya adalah anak harimau putih, dia mengeong pelan, sebenarnya seperti "rawr", begitu, tapi suaranya sangat pelan. Sima bergegas bangun, bola matanya berputar, mencari jalan keluar, dan kemudian ia tersadar bahwa dirinya sedang diikat pada sebuah kursi, kursi ini memiliki empat kaki yang terbuat dari berlian asli, pada bagian atasnya runcing seperti mata tombak, empat kaki kursi berwarna biru dengan beberapa butiran salju yang menempel di setiap sisi nya. Bola mata Sima berputar, melihat-lihat sekeliling nya, kosong, tidak ada orang disana, hanya seekor anak harimau mungil, ukurannya hampir seperti kucing mainecoon, tapi dia sadar bahwa anak harimau di dunia nyata tidak memiliki ukuran seperti ini. Bulu ekor anak harimau itu terkibas, kemudian beranjak mengitari kaki kursi yang diduduki Sima, "geli" Sima berteriak kecil. Dan entah apa yang Sima lakukan, anak harimau itu lantas terdiam, dia berada di posisi santai, menjilati bulu-bulunya dengan tenang. "Ruangan apa ini?" Sima menelisik sekitar, bangunan berbentuk pentagon itu terlihat sangat luas, bak aula kerajaan yang selalu ia lihat melalui webtoon.

"Selamat datang di wilayah kerajaan ku, kakak ipar" sebuah suara menggelegar dari ujung lorong. Bunyi sepatunya menggema. Niscala berjalan dengan anggun, kedua tangannya terlentang, sebuah senyuman sinis mengembang. "Maaf kan aku, kakak ipar. Kami tidak bisa menyediakan makanan atau jamuan lainnya" lanjut nya.

Sima menoleh, "apa maumu?"

"Membuat kalian berdua berpisah" kata Niscala sinis. Kaki nya melangkah dengan santai mendekati Sima. Begitu tiba di depan Sima, tangan kanannya terulur, memegang dagu Sima, "sungguh wajah yang sangat rupawan. Tentu saja, bahkan seluruh pemeran utama pria akan mencintaimu dengan wajah ini".

"Apa maksudmu?"

"Astaga, maaf kan lah diriku ini. Seperti nya memorimu yang kembali hanya sedikit. Baiklah, akan aku ceritakan terlebih dulu. Pada za-"

"Aku tidak butuh cerita dari mu" potong Sima. Ia masih berusaha meronta, tinggal sedikit lagi ia bisa melepaskan diri, tentunya dengan sedikit bantuan anak harimau yang seperti nya tidak bisa dilihat oleh Niscala. PLAK! Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kanan Sima, membuat pemiliknya meringis tertahan. "Dengarkan aku, Yang Mulia. Kelahiranmu hanya akan memperburuk situasi para umat manusia. Membawa bencana, keseimbangan terhenti, membawa mara bahaya. Jadi tolong tutup mulutmu, selagi aku masih berbaik hati" ujar Niscala, "dan ngomong-ngomong, rantai itu tidak akan pernah bisa kau lepas, kecuali legenda yang beredar di masyarakat benar. Legenda apa? Legenda yang bercerita bahwa Roro adalah seorang dewi tingkat atas, berpangkat S++, dengan sayap terindah yang mampu melindungi orang-orang baik dan menghukum mereka yang jahat. Yang konon katanya, kekuatanmu setara dengan pemimpin Dewan Pertama, Yang Mulia Mahatma".

"Terus membual tidak akan membuatmu selamat" ejek Sima. Tinggal sedikit lagi rantai yang mengikat tangannya akan terlepas. Ajaibnya, begitu rantai yang mengikat Sima terlepas, anak harimau yang sejak tadi menggigit gigit rantai itu tiba tiba saja menghilang, bak sebuah cahaya kecil, ia masuk kedalam pergelangan tangan Sima.

Niscala menoleh, ia menatap sinis Sima, "aku tidak membual, lagi pula, semua yang masuk ke dalam domain milikku sudah dipastikan tidak akan keluar dengan selamat".

"Oh, benarkah?" tangan Sima terulur ke depan, sempurna sudah rantai yang mengikatnya lepas, ia beranjak dari kursinya, hingga membuat Niscala mundur selangkah. "Bagaimana mungkin, rantai itu sudah aku pelajari dan disempurnakan bahannya selama ratusan tahun" lanjut Niscala, bibirnya bergetar, tangannya mengepal, SPLASH! Sebuah gelembung disertai dengan kesiur angin dingin menerjang ke depan, tapi Sima lebih cepat, ia menghindar, "apa itu? Kamu suka main tembak gelembung?" ejek Sima. Lagi, SPLASH! Tiga serangan dengan tiga gelembung yang sama di keluarkan, tapi kali ini PLOOP! Gelembung gelembung itu meletus sebelum tiba di depan Sima. Niscala mengangkat tangannya, situasi ini tidak ada dalam perkiraannya. Sebuah tongkat berwarna biru keemasan turun ke hadapannya. "Astaga, apa itu senjata milikmu? Hanya satu?" lagi-lagi Sima mengejek, namun lawannya kembali mendapatkan kepercayaan dirinya dan seluruh keberaniannya, "kamu bukan tandingannya, Sima" Niscala tersenyum sinis, tongkat yang ada di genggamannya teracung ke depan. Sima tertawa keras, bola matanya berubah warna menjadi merah, ia mengepalkan tangannya, kemudian melambaikan jari telunjuk kanannya, "aku memanggilmu, Justice!" TES! Setetes darah keluar dari sana, bak air yang tenang terkena tetesan air dari daun, sebuah pedang berwarna merah keemasan muncul, seorang wanita muda dengan zirah keemasan hadir sebagai perwujudan dari pedang itu, dialah Justice. Kali ini kehadiran Justice membuat Niscala terperanga, bibirnya bergetar, tangannya pun sudah tidak sanggup menahan tongkat yang sejak tadi ia genggam, kepercayaan dirinya hilang, "bagaimana mungkin kamu sudah bisa memanggil Justice?" tanya Niscala. Sima berdehem, ia menyiagakan Justice, kemudian tangan kirinya melambai, bergerak dari bawah ke atas, sebuah bangku berlapis mutiara dan berlian muncul, dengan santai ia duduk di atasnya, "sayang sekali, apa tiga informan mu kurang cekatan, hingga akhirnya adik ipar ku ini tidak tahu kebenarannya?". Kemudian BRAK! Sebuah sinar memecah lengang, serangan pertama telah diluncurkan oleh Niscala, namun gagal, Sima sudah menduga serangan itu akan datang, "bodoh sekali" lanjut Sima, ia masih santai duduk di atas singgasananya, "aku akan bicara terus terang padamu, Niscala. Ingatan ku sudah kembali, bahkan seratus persen pulih, itu sebabnya kakak ku mendapatkan kekuatannya, dan Alanna bisa bicara baik-baik dengan Dirgantara. Pertama, Justice adalah satu satu nya kekuatanku yang bisa dipanggil dengan kekuatan sempurna, harusnya kamu tahu itu, Niscala. Kedua, jika kamu belajar di Akademi dengan rajin, seharusnya kamu juga tahu kekuatan milik Justice. Lalu yang terakhir, aku berakting, Niscala, tapi di depan kakak ku, aku tidak mau Mas Nawa cemas, itu sebabnya aku ikut menganga dan terkejut, kamu tertipu, kalian tertipu, kecuali Dirgantara tentu saja. Kemudian tentang efek domain milikmu yang mampu membekukan takdir sekalipun, perlu kamu ketahui bahwa ikatan antara aku dan Dirgantara tidak akan pernah bisa dibekukan".

REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang