Roro Jonggrang

16 3 0
                                    

Salah satu ruangan di dalam bangunan mewah itu tengah ramai oleh perempuan yang hilir mudik membawa air dan lap basah. Ratu mereka akan segera melahirkan, Prabu Baka memberi pengumuman bahwa kerajaannya sebentar lagi akan memiliki penerus tahta. Ia dan sang ratu sangat menantikan kelahiran anak mereka. Tidak terkecuali dengan masyarakat yang ada disekitar. Kabar itu pun segera disebar hingga penjuru negeri, rakyat membicarakannya tanpa henti siang dan malam, beberapa diantaranya menebak jenis kelamin penerus tahta, salah seorang diantara mereka bergosip tentang siapa yang akan menjadi menantu Prabu Baka. Hingga akhirnya tengah dini hari, suara kencang terdengar dari dalam ruangan itu, Ratu berhasil melahirkan anak perempuan yang cantik, tangis nya pecah ketika ia sampai di dunia. Semua orang yang ada disana bergembira menyambut lahirnya putri Prabu Baka. Namun naas, dua jam setelah sang Ratu menyambut bayi mungilnya, ia menghembuskan nafas terakhirnya. Raja berduka, kerajaan pun ikut berduka, tidak ada lagi suka cita diantara mereka.

Waktu telah berlalu, putri Prabu Baka yang diberi nama Roro Jonggrang itu kini menginjak usia tujuh belas tahun. Ia dikenal sebagai sosok perempuan yang cantik, beretika, sopan, santun, dan tentunya sangat bertanggung jawab kepada rakyat dan kerajaannya. Tidak ada lagi kesedihan di raut wajah Prabu Baka, ia berhasil mendidik dan membesarkan Roro seorang diri. Dengan bantuan orang kepercayaannya juga, ia banyak mengajarkan putrinya itu tentang kekuatan militer dan bagaimana cara memenangkan hati rakyat nya. Hingga suatu hari, Prabu Baka berkeinginan untuk memperluas wilayah kerajaan, ia bersama pasukannya menyerang kerajaan milik Prabu Damar Maya yang tidak lain merupakan ayah dari Bandung Bondowoso. Setelah mendengar kabar penyerangan itu, Prabu Damar Maya meminta bantuan anak nya untuk ikut menyerang dan melindungi kerajaan mereka. Dalam pertempuran yang terjadi, Bandung Bondowoso berhasil menumbangkan Prabu Baka dan membuat nya tewas di tempat. Berita tentang kematian Prabu Baka sampai ke wilayah kerajaan, hingga akhirnya tiba di telinga Roro Jonggrang. Sebelum pergi menyerang, Prabu Baka sudah menitipkan Roro kepada orang kepercayaannya, dan menyuruh mereka untuk segera pergi ke tempat yang aman, tempat yang lebih terpencil. Namun tanpa disadari, pelarian mereka sudah sejak lama diawasi oleh Bandung.

Saat usia Roro menginjak dua puluh tahun, betapa terkejutnya Bandung, ternyata putri yang melarikan diri dengan bertelanjang kaki sambil terus memperhatikan rakyatnya dulu, kini telah beranjak dewasa. Ia berubah menjadi sosok perempuan rupawan dengan paras cantik nya yang siap memikat hati laki-laki manapun. Tidak terkecuali dengan Bandung. Hati nya entah mengapa terasa mengganjal, setiap kali ia melihat Roro ada sesuatu yang hendak mendobrak keluar, bercampur dengan perasaan bersalah karena telah membunuh Prabu Baka. Dan selama tiga tahun pula Bandung menyaksikan Roro tumbuh. Usia mereka terpaut sepuluh tahun saat itu. Bandung memahami bagaimana Roro belajar bertahan hidup tanpa kemewahan istana, Roro yang belajar bagaimana cara melindungi rakyatnya, dan Roro yang terus belajar memenuhi kebutuhan rakyat nya yang masih tersisa. Mungkin hal itu lah yang membuat Bandung Bondowoso luluh. Hati yang mengeras karena peperangan dan dendam menjadi lebih lunak. Roro Jonggrang telah mengisi hatinya. Persis ketika usia Roro telah menginjak dua puluh dua tahun, Bandung Bondowoso memberanikan diri melamarnya. Tidak ada arak-arakan yang dilakukan, tidak ada penyambutan mewah, yang ada hanya reaksi terkejut warga sekitar, begitu pun dengan Roro. Di momen itu, pada pandangan pertama, Roro jatuh hati pada Bandung Bondowoso. Ketika mata mereka saling bertemu, menatap amat dalam seperti ingin menyampaikan betapa besar rasa sayang Bandung untuk Roro, dan ketika dalam sekejap mata seluruh dunia milik Roro runtuh karena keputusan orang tua angkatnya.

"Ulur waktu, nak. Prabu Baka sudah bertitah dan menitipkan pesan" ayah angkatnya berbisik ketika ia menarik Roro keluar rumah.

"Tapi, pak. Bagaimana caranya? Mas Bandung pasti sangat sakti. Saya tidak akan mampu menyainginya"

"Mas Bandung? Jangan terlalu akrab, nak. Dia tetaplah musuh kita. Waktu boleh berlalu, tapi dendam dan amarah masih membekas" mata ayah angkat Roro berkaca-kaca, ia seperti masih bisa merasakan bagaimana hawa ketika peperangan itu berkobar.

REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang