26 [End]

27K 1.3K 39
                                    

Akhirnya Mark berhasil mengabulkan apa yang diinginkan oleh ayah Haechan, membawa ayah Haechan ke makan almarhum adik ayahnya atau bisa dikatakan makam almarhum kekasih ayah Haechan. Belum menjadi mantan kekasih, kan, itu karena memang mereka belum memutuskan hubungan mereka sebelum sang submisif meninggal.

Jam menunjukkan angka dua belas siang, waktunya makan siang.

"Uhm ... Appa ingin makan siang bersama?" ajak Haechan.

Sang ayah melirik sang putera.

"Ya. Sekaligus Appa ingin membahas perceraian Appa dan Eomma-mu," jawab sang ayah.

"Tapi-"

"Tak ada penolakan, Haechan-ah. Appa sudah memikirkan dengan matang-matang, kalau Appa harus berpisah dengan Eomma-mu."

"Keluarga tak akan harmonis bila seperti ini, Haechan-ie."

"Appa tak bisa hidup seperti ini, Nak."

"Tolong mengerti ya?"

"Appa juga merasa bersalah pada Eomma-mu, sebab setiap apa yang Appa lakukan, Appa membayangkan wajah kekasih Appa."

Haechan terdiam saat mendengarkan setiap penjelasan ayahnya. Dia tak bisa melanjutkan ucapannya yang dipotong oleh sang ayah.

"Mianhae ... Appa tak bisa makan siang dengan kalian. Appa merasa kalau Appa pantas untuk kembali ke sel tahanan Appa. Nanti, Eomma-mu yang akan mengirim surat perceraian Appa dan Eomma-mu nanti," jelasnya.

Tanpa menunggu jawaban Haechan, pria paruh baya itu meminta Mark untuk mengantarnya kembali ke tahanannya.

Di dalam mobil menuju perjalanan, tak ada perbincangan diantara mereka bertiga. Hanya ada keheningan tanpa ada suara ataupun canda tawa.

Hanya sekitar satu jam lebih perjalanan mereka, dan akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

Sebelum masuk ke dalam sel, ayah Haechan menatap puteranya dan juga kekasih puteranya dengan nanar.

"Kalau kalian berusaha untuk mempertahankan hubungan kalian, bersiap-siap kalian harus bertengkar dengan norma dunia."

"Tapi, semoga kisah kita berbeda."

"Appa hanya memberikan salah satu contohnya."

"Tolong saling percaya satu sama lain dan jangan saling menyalahkan."

"Dunia masih buta akan hubungan seperti kalian. Jadi, terima konsekuensi yang akan mendatang."

"Hidup tak selamanya berjalan mulus. Adakalanya kalian harus menempuh jalan berduri."

Sang ayah tersenyum, sedangkan Haechan dan Mark dengan segera memeluk pria paruh baya itu dengan erat.

Sang ayah menangis dan tak berhenti berdoa di dalam hati agar hubungan anaknya berjalan baik tanpa harus ada hambatan seperti kisahnya.

Sekitar sepuluh menit pelukan itu berlangsung, pada akhirnya mereka harus berpisah.

Haechan dan Mark yang harus kembali ke rumah baru keluarga Haechan dan ayah Haechan yang harus kembali ke dalam sel tahannya.

"Hei ... Jangan sedih," ucap Mark lembut sambil menggenggam tangan kanan Haechan dengan penuh kasih.

Haechan melirik Mark sambil menghela napas panjang.

"Aku takut, Hyung. Aku takut kalau nantinya kita berakhir seperti kisah-"

"Sstt!"

Haechan mengatupkan bibirnya dengan cepat karena Mark yang meletakkan jari telunjuknya dengan lembut di atas bibirnya. Dia memberi kode agar kesayangannya itu diam dan tak melanjutkan ucapannya.

Baby Don't Like It | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang