Chapter 4

5 3 4
                                    

Hari ini semua murid telah selesai menuntut ilmunya di sekolah, mereka yang sudah menanti-nanti bel pulang sekolah di bunyikan pun segera berbondong-bondong pergi dari area kelas untuk segera cepat berada di parkiran karena mereka tahu pasti akan sangat penuh dan susah untuk keluar jika tidak buru-buru sampai disana. Berbeda dengan Alena dan Cila yang saat ini sangat santai memakan coklat di dalam kelas yang sekarang sudah mulai kosong.

"La gue gak mau pulang ke rumah" ucap Alena tiba-tiba

"Kenapa?" Tanya Cila

"Ya males aja, bawaannya suka kebawa emosi mulu. Kadang juga suka cape kalo gue baru pulang, terus langsung kena semprot sama nyokap." Ucap Alena lagi

"Tapi kan mau gimana pun juga dia itu Mama lo, dan lo juga anaknya. Itu artinya seburuk-buruknya beliau, dia adalah orang yang udah ngelahirin lo dan bahkan dia rela ngebesarin lo." Nasihat Cila kepada Alena yang sekarang sedang memasang wajah murungnya.

"Gak usah murung gitu mukanya, muka julid lo jadi ilang" menepuk pelan pundak Alena, Cila pun berjalan terlebih dahulu untuk ke luar dari kelas mereka. Sedangkan Alena yang mendengar itu hampir saja menjambak rambut panjang Cila tapi ia urungkan karena mengingat dia adalah teman baiknya di sini.

Gadis itu pun langsung mengejar Cila dan segera mensejajarkan dirinya di sebelah gadis berambut panjang itu, dan setelahnya mereka pun berjalan beriringan dengan sesekali bercanda tawa bersama.

Setelah mereka berada di depan gerbang, dering ponsel Alena pun berbunyi menandakan adanya seseorang yang meneleponnya. Alena yang mendengar itu pun segera mengangkat telepon tersebut.

"Hallo Ma, ada apa?" Tanya Alena kepada orang yang di sebrang sana

"Kamu dimana? Sekolahnya masih lama?"

"Udah pulang, ini lagi nunggu angkutan umum sama Cila" Ucap Alena

"Oh ya sudah kalau begitu cepat pulang. Jangan kemana-mana dulu."

"Iya Ma." Usai berkata seperti itu percakapan di antara mereka pun berakhir.

"Nyokap lo?" Tanya Cila setelah Alena menyimpan ponselnya ke dalam saku bajunya

"Iya"

"Nah kan apa kata gue bilang. Seburuk-buruknya perlakuan mereka tetap aja kalo ada apa-apa selalu berdiri paling depan" ucap Cila, dan Alena langsung mengangguk membenarkan.

"Ih mobilnya lama banget, cape berdiri buat nunggunya tau. Mana ini panas banget" gerutu Alena mengusap dahinya yang sedikit berkeringat lalu ia pun berjongkok di sebelah Cila yang tetap setia untuk berdiri. Dan kesempatan itu tidak ia sia-siakan untuk menghalangi pancaran sinar matahari yang menyorot keduanya.

"Lumayan, gak terlalu panas" ucap Alena menyengir lebar, sedangkan Cila hanya memaksakan senyum nya karena kelakuan gadis yang di sebelahnya ini yang sudah menjadi hal biasa untuknya.

"Dodol emang" ucapan itu tiba-tiba terlontar begitu saja dari seseorang yang berada di atas motor sebelah Alena.

"Sini naik, gua anterin pulang." Ucapnya kemudian, sedangkan Alena dan Cila yang merasa kebingungan pun mulai bertatap-tatapan. Bahkan Alena yang tadinya berjongkok kini berdiri kembali

"Maksudnya?" Tanya keduanya bersamaan

"Lo cuma perlu naik ke motor gue terus sebutin alamat rumah lo Qy, dan lo-" tunjuk orang itu kepada Cila

"Lo ikut Deva pulang, biar sekalian. Kebetulan juga rumah lo sama rumah dia searah, noh tinggal tunggu aja anaknya masih di parkiran. Tenang aja gue udah ngomong kok buat dia bareng sama lo, dan dia juga udah setuju." Sambungnya panjang lebar lalu orang yang mengajak Alena pulang itu pun segera menarik tangan Alena ke arahnya dan segera memakaikan helm baby blue kepada kepala Alena tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada pemiliknya.

ARKARAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang